بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

Qiraat dan Sejarah Munculnya Ilmu Qiraat, makalah ilmu qiraat pelopor ilmu qiraat macam macam qiraat pentingnya ilmu qiraat contoh qiraat 7 qiraat al quran qiraat sab'ah pertanyaan tentang ilmu qiraat

Qiraat dan Sejarah Munculnya Ilmu Qiraat

A.      Sejarah Munculnya Ilmu Qiraat

Salah satu kenyataan yang cukup menonjol dalam setiap bahasa manusia adalah adanya bermacam-macam dialek, gaya bahasa, ragam bahasa, intonasi dan sebagainya. Dalam bahasa itu sendiri, dapat dikatakan bahwa semua bahasa mengalami hal itu, sekalipun mungkin ada bahasa baku. Hampir setiap penutur bahasa tak dapat melepaskan diri dari gejala ini.

Hal yang sama juga terjadi dalam bahasa Arab. Ada banyak ragam bahasa meskipun tetap berinduk pada bahasa Arab. Akibat logis dari hal itu adalah munculnya beraneka ragam qiraat  dalam melafazhkan Al-Qur’an. Perbedaan qiraat ini telah dimulai sejak zaman Nabi SAW sendiri. Hal ini jelas terungkap dalam banyak hadits shahih. Jadi, Nabi SAW memang mengizinkan perbedaan qiraat itu, agar tidak memberatkan para sahabat pada satu pilihan saja. Tampaknya unsur memudahkan adalah alasan utama.

Namun, akibat lain yang ditimbulkan dari kemudahan tersebut adalah munculnya banyak qiraat, sebanyak dialek dan kecenderungan yang ada. Hal itu tentu membawa bahaya besar, mengancam persatuan umat dan kelestarian Al-Qur’an itu sendiri. Apalagi bagian terbesar dari qiraat yang banyak itu adalah qiraat yang syadz, yang meragukan, bahkan yang dibuat-buat (maudhu’). Mulai saat itulah agaknya terasa kebutuhan verifikasi dan seleksi terhadap qiraat-qiraat tersebut, mana yang dapat dipakai dan mana yang tidak.[1]



Para sahabat tidak semuanya mengetahui semua cara membaca Al-Qur’an. Sebagian mengambil satu cara bacanya dari Rasul, sebagian mengambil dua, dan yang lainnya mengambil lebih sesuai dengan kemampuan dan kesempatan masing-masing. Para sahabat berpencar ke berbagai kota dan daerah dengan membawa dan mengajarkan cara baca yang mereka ketahui sehingga cara baca menjadi populer di kota atau daerah tempat mereka mengajarkannya. Terjadilah perbedaan cara baca Al-Qur’an dari satu kota ke kota lain. Kemudian para tabi’in menerima cara baca tertentu dari sahabat tertentu. Para tabi’ al-tabi’in menerimanya dari tabi’in dan meneruskannya pula kepada generasi berikutnya. Dengan demikian tumbuhlah berbagai qiraah yang kesemuanya berdasarkan riwayat. Hanya saja,sebagian menjadi populer dan yang lain tidak. Riwayatnya juga sebagian mutawatir dan yang lainnya tidak.[2]

B.     PENGERTIAN QIRA’AT

Menurut bahasa qira’at jamak dari qiraatun yang merupakan mashdar dari qara’a. Kata ini berarti membaca. Sementara ilmu qira’ah berarti ilmu membaca.

Secara terminologi, qira’ah berarti ilmu yang membahas tata cara pengucapan kalimat-kalimat al-Qur’an berikut cara pelaksanaannya, baik yang disepakati maupun yang terjadi perbedaan, dengan menghubungkan setiap pandangannya menurut versi orang yang memindahkannya.[3]

Dan ada beberapa defenisi Qira’at menurut para ulama,diantaranya yaitu :

a.       Menurut ibn Al-jazari

yaitu Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata Al-quran dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan pada penukilnya.

b.      Menurut az-zarkasyi 

yaitu perbedaan (cara mengucapkan) lafazh-lafazh Al-quran, baik menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif (meringankan), tatsqil (memberatkan) dan yang lainnya.

c.       Menurut Al-qasthalani 

yaitu Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati atau diperselisihkan ulama yang menyangkut persoalan lughat, hadzaf, i’rab, isbat, fashl, washl yang kesemuanya diperoleh secara periwayatan.

Qira’at berbeda dengan tajwid qira’at menyangkut cara pengucapan lafal,kalimat,dan dialek kebahasaan Al-quran. sedangkan tajwid sesuai dengan pengertiannya adalah pengucapan huruf Al-quran secara tertib,sesuai dengan makhraj dan bunyi asalnya.jadi tajwid menyangkut tata cara dan kaidah-kaidah tekhnis yang dilakukan untuk memperindah bacaan Al-quran.

Informasi tentang qiraat diperoleh melalui dua cara, yaitu melalui pendengaran nabi oleh para sahabat mengenai bacaan ayat-ayat Al-quran, kemudian ditiru dan diikuti tabi’in dan generasi-generasi sesudahnya hingga sekarang. Cara lain ialah melalui riwayat yang diperoleh melalui hadis-hadis yang disandarkan kepada nabi atau sahabat-sahabatnya.

Para sahabat tidak semuanya mengetahui semua cara membaca Al-qur’an. Sebagian mengambil satu cara bacanya dari Rasul, sebagian mengambil dua, dan yang lainnya mengambil lebih, sesuai dengan kemampuan dan kesempatan masing-masing. Para sahabat berpencar keberbagai kota dan daerah dengan membawa dan mengajarkan cara baca yang mereka ketahui sehingga cara baca menjadi popular dikota atau daerah tempat mereka mengajarkannya. Terjadilah perbedaan cara baca Al-qur’an dari dari suatu kota kekota yang lain. Kemudian, para tabi’in menerima cara baca tertentu dari sahabat tertentu. Para tabi’ al-tabi’in menerima dari para tabi’in dan meneruskannya pula kepada generasi berikutnya. Dengan demikian tumbulah berbagai qiraat yang kesemuanya berdasarkan riwayat. Hanya saja, sebagian menjadi popular dan yang lain tidak. Riwayatnya juga sebagian mutawatir dan yang lainnya tidak.[4]

A.      Sejarah Munculnya Ilmu Qiraat

B.     Pengertian Qiraat

C.    Al-Qur’an Diturunkan Atas Tujuh Huruf

D.  Perbedaan Qiraat dalam Membaca Al-Qur’an


Related Post:




0 Response to "Qiraat dan Sejarah Munculnya Ilmu Qiraat, makalah ilmu qiraat pelopor ilmu qiraat macam macam qiraat pentingnya ilmu qiraat contoh qiraat 7 qiraat al quran qiraat sab'ah pertanyaan tentang ilmu qiraat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel