بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

Syahwat, Pengertian Syahwat, Upaya Pengendalian Syahwat, syahwat itu apa sih syahwat lelaki macam macam syahwat hubbu syahwat tulisan syahwat apakah syahwat itu dosa , dalil syahwat, pembagian syahwat

Kajian Tasawuf Syahwat, Pengertian Syahwat, Upaya Pengendalian Syahwat

B.     Syahwat1.      Pengertian Syahwat

Kalimat syahwat disebut al-Qur'an dalam berbagai kata bentukannya sebanyak tiga belas kali, lima kali di antaranya dalam bentuk masdar, yakni dua kali dalam bentuk mufrad dan tiga kali dalam bentuk jama'.
Secara lughawi, syahwat artinya menyukai dan menyenangi (شهوة -يشهى  - شهى), sedangkan maknanya adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya (نزوع النّفس الى ما تريده).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “syahwat” yaitu nafsu atau keinginan bersetubuh, kebirahian.
Adapun Al-Qur'an menggunakan term syahwat untuk beberapa arti:
Pertama, dalam kaitannya dengan pikiran-pikiran tertentu, yakni mengikuti pikiran orang karena mengikuti hawa nafsu seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Nisa:27

27. dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).

Kedua, dihubungkan dengan keinginan manusia terhadap kelezatan dan kesenangan seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ali 'Imran:14 dan Maryam:59.


14. dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).


59. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
Ketiga, berhubungan dengan perilaku seks menyimpang seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-A'raf:81, dan QS. al-Naml:55.

81. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.( al-A'raf:81)

55. "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)".( QS. al-Naml:55.)
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut al- Qur’an, di dalam diri manusia terkandung dorongan-dorongan yang mendesak manusia untuk melakukan hal-hal yang memberikan kepada kepuasan seksual, kepuasan kepemilikan, kepuasan kenyamanan dan kepuasan harga diri.
Orang-orang yang menapaki jalan Allah, dari bermacam-macam aliran (thariqat) dan suluk mereka, telah bersepakat bahwa nafsu insaniah itu sebagai penghalang bagi hati insani untuk mencapai Tuhannya. Hidayat Allah tidak akan menembus dalam sanubarinya, sebelum ia berhasil menundukkan bahkan melenyapkan hawa nafsunya.

2.      Upaya Pengendalian Syahwat

Seorang yang berakal perlu mengetahui bahwa menderita karena menahan keinginan lebih mudah dari menuruti keinginan itu sendiri. Dampak yang paling kecil yang dihadapi oleh orang-orang yang selalu mengumbar syahwatnya, mereka tidak dapat merasakan nikmatnya, karena tidak mudah melepaskan diri dari rasa ketergantungannya, karena ia telah menjadi kebiasaan hidup mereka, seperti kebiasaan bersetubuh dan mabuk-mabukkan. Berfikir jernih tentang masalah-masalah seperti itu dapat mempermudah manusia untuk mengendalikan syhwatnya. Termasuk juga, jika manusia memikirkan dirinya, maka ia akan menilai syahwatnya sebagai sesuatu yang hina, karena ia mengetahui bahwa ia dijadikan bukan untuk menyetujui segala keinginan syahwatnya. Sebab, seekor onta mampu makan lebih banyak dari seekor burung kecil, karena itu, seekor burung kecil lebih mampu menempuh perjalanan jauh dari seekor unta.
Begitu juga, pada umumnya binatang dapat bebas mengumbar nafsunya, karena mereka tidak mempunyai fikiran yang pelik. Demikian juga, kalau seorang pandai mengendalikan nafsunya dan ia mengetahui berbagai kekurangannya, pasti ia sadar bahwa ia tidak diciptakan untuk mengumbar nafsunya.

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, bahwa cara menepis hawa nafsu ada lima puluh cara dan yang paling utama di antaranya ada sepuluh cara yaitu:

a.   Harus ada semangat secara bebas agar muncul kecemburuan terhadap dirinya sendiri.
b.   Modal kesabaran untuk menghadapi masa-masanya yang terasa pahit.
c.   Kekuatan jiwa yang bisa mendorongnya berani menenggak kepahitan itu, karena  keberanian merupakan kesabaran sesaat, dan sebaik-baik hidup adalah yang bisa diketahui seseorang berkat kesabarannya.
d.  Mencermati secara baik akibat suatu kejadian dan mencari kesembuhan dengan menenggak kepahitan itu.
e.   Mengamati dan mempertimbangkan penderitaan yang semakin bertambah dari pada kenikmatan menuruti nafsu.
f.    Mempertahankan kedudukannya di sisi Allah dan di hati manusia. Ini lebih baik dan lebih bermanfaat baginya daripada kenikmatan karena mengikuti nafsu.
g.   Lebih mementingkan kenikmatan menjaga kehormatan daripada kenikmatan melakukan kedurhakaan.
h.   Kesenangan mengalahkan musuh, mengusir dan menimbulkan kemarahannya. Sebab ia tak akan mendapatkan jaminan keamanan dari mereka. Allah senang jika hamba-Nya yang Mukmin menghindari musuh-musuh-Nya dan membenci mereka.
i.     Berpikir bahwa dia tidak diperuntukkan bagi nafsu, tapi dipersiapkan untuk suatu urusan yang besar. Urusan ini tidak akan diperoleh kecuali dengan memusuhi nafsu.
j.     Jangan membuat diri sendiri seakan-akan kondisi hewan lebih baik dari kondisinya. Dengan nalurinya, hewan bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang berbahaya bagi dirinya.

Sedangkan menurut Ghazâlî yang bisa menundukkan nafsu dan melunakkan kesenangan nafsu itu hanya tiga, yaitu:

a.    Mencegah kesenangan nafsu. Karena, hewan tunggangan (kuda) yang nakal itu dapat melunak bila dikurangi makanannya.
b.    Membebani nafsu dengan ibadah yang berat-berat. Karena, khimar itu bila ditambah muatannya dan dikurangi makanannya maka menjadi tunduk dan menurut.
c.    Memohon pertolongan Allah Azza wa Jalla

Related Post:




0 Response to "Syahwat, Pengertian Syahwat, Upaya Pengendalian Syahwat, syahwat itu apa sih syahwat lelaki macam macam syahwat hubbu syahwat tulisan syahwat apakah syahwat itu dosa , dalil syahwat, pembagian syahwat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel