بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

Setan, karakteristik setan, perbedaan jin setan iblis dan siluman perilaku setan ciri ciri setan berwujud manusia perbedaan setan dan iblis perbedaan setan dan manusia persamaan jin dan setan jin adalah setan diciptakan dari api

Kajian Tasawuf Nafsu Syahwat Setan 2.      Karakteristik Setan

a.       Ketersembunyian

Kalau saja hanya ketersembunyian yang menjadi cirri khas setan dan jin, maka sepertinya ia sudah cukup berat untuk dihadapi. Ketersembunyian itu digarisbawahi oleh Al-Qur’an dalam konteks memperingatkan anak cucu Adam agar tidak tergelincir.
Musuh yang terlihat belum tentu mudah dihadapi, apalagi musuh yang tidak terlihat. Ketersembunyian setan bisa jadi dalam satu tempat yang tidak diduga sama sekali, yakni dalam diri manusia sendiri. Ia dapar membisikkan sesuatu dan merupakan bisikan dari lubuk hati yang terdalam.

b.      Masuk dalam Diri Manusia

Rasul saw menjelaskan bahwa:
اِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى فِى اْلاِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِّ  (رَوَاهُ البُخاَرِى وَمُسْلِمْ عَنْ صَفِيَّةِ بِنْتِ حَيِّ)
“Sesungguhnya setan mengalir dalam diri putra putri Adam sebagaimana mengalirnya darah.”  (HR. Bukhari dan Muslim melalui Shafiyat binti Huyay)

c.       Kemampuan Berbentuk dengan berbagai Bentuk

Kemampuan berentuk dengan berbagai bentuk ada dua argument,ada yang percaya dan ada yang menolak. Ada pun yang percaya, maka ia meyakini bahwa jin (setan) mampu mengubah bentuknya. Tapi kemampuan itu hanya berupa kemampuan menciptakan ilusi bagi manusia, maka bagi mereka semua, ini adalah suatu kekuatan yang lebih ampuh bagi jin dari kemampuannya menyembunyikan diri. Ini karena dengan kemampuan mengambil aneka bentuk itu, ia dapat mengambil bentuk manusia atau apa pun yang dihormati atau dikagumi, dicintai atau dibenci atau bentuk apa saja yang pada akhirnya mengantar manusia yang lengah terjerumus dalam jurang yang dikehendaki setan.[6]

d.      Sangat Lihai

Kelihaian setan terlihat pada kemampuannya menggambarkan sesuatu yang buruk dan berdampak negatif sebagai sesuatu yang indah dan berdampak positif. Membunuh anak yang merupakan salah satu perbuatan amat keji dan buruk, dilukiskannya sebagai sesuatu yang baik dan perlu, demi memelihara kehormatan atau demi menghindarkan anak-anak wanita dari pemerkosaan, perzinaan atau perbudakan. Ini antara lain dilukiskan oleh firman Allah swt:

“Demi Allah, Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), Maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.” (Q.S. An-Nahl: 63)

Sementara setan dari jenis manusia dewasa ini, ada yang menggambarkan minuman keras sebagai keperkasaan dan kejantanan, tarian yang seksi sebagai seni dan budaya, demikian seterusnya.
Kelihaian setan juga tercermin pada upayanya mengiming-iming manusia dengan hal-hal yang disukainya. Ini ditegaskan Al-Qur’an antara lain dalam Q.S. An-Nisa’:120

“Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, Padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.”
Bahkan ia mengiming-imingi manusia dengan kebahagiaan ukhrawi, sampai ada diantara mereka yang walau tidak percaya adanya hari kiamat, namun tetap menduga kelak akan memperoleh kebaikan.

e.       Gigih dan Sabar

Setan tidak pernah pupus tekadnya untuk menjerumuskan manusia. Tujuan utamanya adalah menjadikan manusia melupakan Allah, mempersekutukan-Nya, bahkan mengingkari wujud-Nya.

“(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika Dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", Maka tatkala manusia itu telah kafir, Maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam". (Q.S. Al-Hasyr:16)

Setan sadar bahwa tujuan utama itu tidak mudah dicapainya, karena itu ia melakukan pentahapan. Ada enam tahap menurun yang menjadi tujuan siasatnya, yaitu :
a.       Mengajak manusia mempersekutukan Allah.
b.      Mengajak kepada kedurhakaan yang sifatnya bid’ah yang pada gilirannya dapat mengantar kepada kekufuran.
c.       Mengajak melakukan dosa besar, seperti membunuh, berzina, dan durhaka kepada orang tua.
d.      Mengajak melakukan dosa kecil.
e.       Mengajak manusia melakukan hal-hal yang mubah yang dengan melakukannya manusia tidak berdosa tetapi juga tidak memperoleh ganjaran. Dengan demikian manusia tidak memperoleh keuntungan, bahkan rugi waktu.
f.       Menghalangi manusia melakukan aktivitas yang banyak manfaatnya dengan mengalihkannya kepada hal-hal yang manfaatnya sedikit.
Demikian siasatnya, tetapi harus diingat, bahwa bila yang paling ringan telah dicapainya, ia berusaha meningkatkan rayuannya sedikit demi sedikit sehingga tujuan utamanya tercapai. Itu sebabnya Allah swt berulang-ulang kali mengingatkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢١)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S. An-Nuur:21)

g.      Berkolusi

Yang lebih parah lagi dari karakter setan ialah bahwa syetan berkolusi dengan nafsu manusia. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa setan (dapat) masuk ke dalam diri manusia, menyelami jiwanya, sehingga pada akhirnya ia dapat mengetahui keinginan manusia. Keinginan tersebut dijadikan jembatan setan atau pintu masuk mencapai tujuannya.
Keinginan nafsu yang menggebu untuk meraih gemerlap duniawi juga merupakan pintu masuk setan. Melalui pintu ini ia mendorong manusia sekuat dan sebanyak mungkin dan dengan berbagai cara sampai akhirnya manusia meninggalkan dunia ini:
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (١)حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (٢)
 “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (Q.S. At-Takatsur:1-2)[7]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa:
-          Nafsu secara etimologi berarti jiwa. Adapun nafsu secara terminologis ilmu tasawuf akhlak, nafsu adalah dorongan-dorongan alamiah manusia yang mendorong penuh kebutuhan hidupnya.
-          Pembagian nafsu
a.       Nafsu ammarah
b.      Nafsu lawwamah
c.       Nafsu Muthmainnah
-          Syahwat adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang dikehendakinya.
-          Upaya Pengendalian Syahwat
menurut Ghazâlî upaya mengendalikan syahwat ada tiga yang paling besar:
1.      Mencegah kesenangan nafsu. Karena, hewan tunggangan (kuda) yang nakal itu dapat melunak bila dikurangi makanannya.
2.      Membebani nafsu dengan ibadah yang berat-berat. Karena, khimar itu bila ditambah muatannya dan dikurangi makanannya maka menjadi tunduk dan menurut.
3.      Memohon pertolongan Allah Azza wa Jalla
-          Setan,“Kata “setan” atau “syaithan” dalam bahasa Arab terambil dari bahasa Ibrani yang berarti lawan atau musuh.



DAFTAR KEPUSTAKAN

Jauzi  Ibnul, 2009. Bustanul Wa’izhin,  Qisthi Press: Jakarta.
Al-Utsmani, Abdul Wahab, 1985. Misteri Jin, Setan dan Manusia, (Mizan Publika : Jakarta, 1985),.
Musthafa Al-Maraghy Ahmad , Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz 3, (Toha Putra : Semarang, 1985),.
Shihab, M. Quraish, Yang Tersembunyi, (Lentera Hati : Jakarta, 2000),.


[1] M. Quraish Shihab, Yang Tersembunyi, (Lentera Hati : Jakarta, 2000), hlm 94,.
[2] Abdul Wahab al-Utsmani, Misteri Jin, Setan dan Manusia, (Mizan Publika : Jakarta, 1985), hlm 20,.
[3] M. Quraish Shihab, Op Cit,. hlm 96.
[4] Ibnul Jauzi, bustanul Wa’izhin, (Jakarta: Qisthi press) 2009, hlm. 12
[5] Ahmad Musthafa Al-Maraghy, Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz 3, (Toha Putra : Semarang, 1985), hlm 71-72,.
[6] M. Quraish Shihab, Op, Cit,. hlm 126-135,.
[7] ibid,  M. Quraish Shihab,  hlm 136-143,.

Related Post:




0 Response to "Setan, karakteristik setan, perbedaan jin setan iblis dan siluman perilaku setan ciri ciri setan berwujud manusia perbedaan setan dan iblis perbedaan setan dan manusia persamaan jin dan setan jin adalah setan diciptakan dari api"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel