بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR, kewajiban beriman kepada qada dan qadar hikmah beriman kepada qada dan qadar dalil iman kepada qada dan qadar beriman kepada qada dan qadar berbuah ketenangan hati makalah iman kepada qada dan qadar makna iman kepada qada dan qadar contoh qada dan qadar dasar hukum beriman kepada qada dan qadar

BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR, kewajiban beriman kepada qada dan qadar  hikmah beriman kepada qada dan qadar  dalil iman kepada qada dan qadar

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Iman adalah aspek agama Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi dari setiap agama. Bila sistem iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara keseluruhan. Dalam agama Islam iman ini terbagi enam, yaitu: iman kepada Allah, RasulNya, Malaikatnya, Kitab-kitabNya, Hari akhir, dan qadha & qadar.
Didalam makalah ini, kami akan membahas mengenai “Qadha dan Qadar” yang mana didalamnya adalah: pengertian, iman kepada qadha dan qadar, dan hikmah beriman kepada qadha dan qadar. Untuk menyempurnakan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran dari para uadiens.

TUJUAN
1.      Untuk memperdalam ilmu mengenai Iman kepada Qada dan Qadar.
2.    Untuk dijadikan referensi kepada pembaca yang ingin mendalami tentang iman kepada Qada dan Qadar

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN QADA DAN QADAR

Dalam al-qur’an kata qada berarti hukum atau keputusan (Q.S. An-Nisa : 65) perintah (q.s al-Isra’ :23), kehendak (Q.S Ali Imran :47) dan mewujudkan atau menjadikan (Q.s. Fussilat:12) . sedangkan kata qadar berarti kekuasaan atau kemampuan (Q.S.Al-Baqarah:236), ketentuan atau kepastian (Q.S. AL Mursalat:23), ukuran (Q.S.Ar-Ra’d:17) dan mengatur serta menentukan sesuatu menurut batas – batasnya (Q.S. Fussilat : 10).
    Ulama Asy’ariah, yang dipelopori oleh Abu Hasan Al-Asy’ari (wafat di Basrah tahun 330 H), berpendapat bahwa qada ialah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan atau keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan diciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut. Sedangkan qadar adalah perwujudan kehendak Allah SWT terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk – bentuk dan batasan – batasan tertentu, baik mengenai zat-zatnya ataupun sifat-sifatnya.


    Rasulullah bersabda :
Artinya :”Iman itu ialah engkau percaya pada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhirat, dan engkau percaya pada qadar yang baiknya ataupun yang buruk (H.R. Muslim) .
    Iman kepada qada dan qadar dalam ungkapan sehari –hari lebih populer dengan sebutan iman kepada takdir, Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup dan mati, riski dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.
    Hukum beriman kepada takdir adalah fardu ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad. Ayat – ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang iman kepada takdir cukup banyak antara lain :
•    Artinya :”Apabila Allah hendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadaNya:”Jadilah”, lalu jadilah dia” (Q.S. Ali – Imran :47)
•    Artinya : “dan ketetapan ALLAH itu suatu ketetapan yang pasti berlaku(Q.S. Al-Ahzab:38)
    Apakah manusia itu musayyar (dipaksakan oleh ketentuan Allah) atau mukhayyar (diberi kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri)?. Tidak benar kalau dikatakan manusia itu mutlak, tetapi juga keliru jika dikatakan manusia itu mutlak mukhayyar.
    Hal-hal yang musayyar misalnya, setiap manusia yang hidup di bumi tubuhnya tidak bisa terbebas dari gaya tarik bumi, beberapa organ tubuh manusia seperti paru – paru, jantung, alat pernapasan, dan peredaran darah bekerja secara otomatis diluar kesadaran atau perasaan, bahkan ketika manusia tidur sekalipun.
    Hal – hal yang mukhayyar misalnya, manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dan berbuat sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk. Allah SWT melalui RasulNya telah memberikan petunjuk tentang jalan yang lurus, yang harus ditempuh manusia, kalau ia inginmasuk surga, dan jalan yang sesat yang harus dijauhi manusia, kalau ia tidak ingiin masuk neraka. Allah SWT berfirman : 
Artinya : ”dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan   kejahatan(Q.S.AL-Balad:10)

B.     TANDA-TANDA BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR

Tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar itu antara lain:
1.     Menyadari dan menyakini bahwa segala apa yang diperoleh dan dialami oleh manusia baik berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya merupakan ketentuan dan kehendak Allah, yang telah tertulis dalam buku induk (lauh Mahfuz), yang sesuai pula dengan ilmu Allah Yang Mahaluas  lagi Mahasempurna.
Selain itu orang yang beriman kepada qada dan qadar (takdir), tentu akan menyadari bahwa nikmat dan musibah itu hakikatnya merupakan ujian dari Allah SWT.
2.     Orang yang beriman kepada takdir menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang akan menimba dirinya, apakah bencana ataukah nikmat. Kewajiban manusia ialah berikhtiar dan bertawakal agar memperoleh nikmat dan terhindar dari bencana.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai ikhtiar dan tawakal, sebagai tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar (takdir).

•    1. Ikhtiar

Islam melarang setiap pemeluknya untuk menganut fatalisme, yaitu paham atau ajaran yang mengharuskan berserah diri pada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib. Fatalisme adalah paham yang keliru, menyimpang dari ajaran tentang iman pada takdir, penghambat kemajuan dan penyebab kemunduran umat.
Diantara cara-cara yang harus ditempuh agar suatu usaha berhasil adalah sebagai berikut:
a.       Menguasai bidang usaha yang dilaksanakannya.
b.      Berusaha dengan sungguh-sungguh.
c.       Melandasi usahanya dengan niat ikhlas karena Allah.
d.      Berdoa kepada Allah agar memperoleh pertolongan-Nya.
Dalam surah yang lain, Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bahwasanya seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yag diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian dia akan diberi balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (Q.S. An-Najm, 53: 39-42)

•    2.      Tawakal

Setiap muslim/muslimah yang betul-betul beriman kepada takdir, selain wajib untuk berikhtiar, juga wajib bertawakal kepada Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT berfirman sebagai berikut: “Kemudian apabila kamu telah mmbulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal. (Q.S. Ali ‘Imran, 3:159)
Selain itu Allah SWT juga berfirman :
Artinya : “katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”. (Q.S. At-Taubah, 9:51)

Menurut istilah bahasa, tawakal pada Allah berarti berserah diri pada Allah atau menggantungkan diri pada Allah SWT. Sedangkan menurut ajaran islam tawakal pada Allah berarti berserah diri pada qada dan qadar Allah, setelah berusaha(berikhtiar) sekuat mungkin sesuai dengan kwajiban sebagai manusia.

C.    KEWAJIBAN MENGIMANI QADA DAN QADAR

Beriman kepada qadha dan qadar Allah adalah satu rukun iman. Hal itu sebagaimana jawaban Rasulullah Saw. kepada Jibril As. ketika ia bertanya tentang iman. Nabi bersabda:
    ﺃﻥ ﺗﺅﻣﻥ ﺑﺎﷲ ﻭﻣﻼﺋﻛﺗﻪ ﻭﻛﺗﺑﻪ ﻭﺭﺳﻟﻪ ﻭﺍﻟﻳﻭﻡ ﺍﻵﺧﺭﻭﺗﺅﻣﻥ ﺑﺎﻟﻗﺩﺭﺧﻳﺭﻩ ﻭﺷﺭﻩ
“Hendaknya engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir dan hendaknya engkau beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk.”   (HR. Muslim).
Orang Islam di samping wajib percaya kepada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul, dan hari akhirat, ia juga wajib percaya kepada takdir Allah, yang baik dan yang buruk dan merupakan ketentuan Allah SWT.
Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda :

الايمان بالقدر يذهب الهم و الحزن (رواه الحا كم والقضيعي)

Artinya  : “Iman kepada Qadar menghilangkan kebingungan dan kesedihan”

الايمان بالقدر نظا م التوحيد (رواه الديلمي
Artinya : “Iman terhadap Qadar itu adalah aturan tauhid”.

Harus diyakini bahwa yang menciptakan dunia ini adalah Allah, Allah pulalah yang menentukan segala-galanya, Allah telah menentukan perjalanan alam ini, sejak zaman azali, zaman purbakala, dan sebelum dunia ini ada. Ketentuan-ketentuan mengenai umur manusia, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, mendapat umur yang panjang atau pendek. Semuanya ditentukan oleh Allah SWT
Sesungguhnya keimanan setiap manusia kepada Qadha dan qadar, tidaklah bertentangan dengan keyakinan bahwa hamba memiliki kehendak dan kemampuan dalam perbuatan ikhtiarnya, sebab syari’at dan fatwanya menunjukkan hal tersebut. Sebagaimana firman Allah:
“Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.”

Adapun menurut faktanya, setiap manusia menyadari bahwa  dirinya memiliki kehendak dan kemampuan untuk berbuat atau meninggalkan sesuatu. Dan juga bisa membedakan antara apa yang terjadi dengan kehendaknya seperti berjalan atau yang terjadi diluar kehendaknya seperti menggigil.
Kehendak yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu kehendak memilih, menentukan dan memutuskan berbuat baik atau buruk. Ia memberikan akal-budi dan berbagai rangsangan sehingga dengan usaha-usahanya sendiri, ia dapat mengejar dan menggarap segala kemungkinan. Ia juga telah memberinya suatu kecendrungan kearah kebaikan.
Disamping itu, ia telah memberinya petunjuk melalui wahyu dan ilham, dan telah menganjurkan untuk menolak kejahatan dengan kebaikan, melawannya dengan yang lebih baik. Allah tidak pernah mengubah rahmat yang telah dilimpahkanNya kepada suatu kaum, sehingga mereka mengubahnya sendiri.
Memang kita tidak dapat beralasan dengan qadar, terhadap sesuatu pekerjaan yang kita mengerjakannya dan tidak pula terhadap sesuatu pekerjaan yang kita meninggalkannya. Oleh karena itulah al-Qur’an mencela orang-orang musyrikin yang beralasan dengan qadar untuk tetap berpegang teguh kepada syirik. Dan Tuhan mencela orang-orang yang beralasan dengan qadar untuk nekad mengerjakan sesuatu kejahatan, atau meninggalkan sesuatu kebajikan.
Ridha terhadap qadha dan qadar merupakan kewajiban bagi orang Muslim, karena hamba disuruh untuk bersyukur jika mendapat nikmat atau hal-hal yang menyenangkan dan bersabar apabila mengalami kesusahan/musibah.
Iman seseorang dapat dillihat dari qadhar ridhanya terhadap qadha dan qadar. Apakah ia ridha/kecewa dengan kesulitan dan penderitaan yang menimpa dirinya. Apakah ia bersyukur/lupa daratan dengan kesenangan/nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya, karena semua itu adalah amanah dari Allah yang harus kita pelihara baik-baik, sehingga apapun pekerjakan kita, kita lakukan dalam rangka menyampaikan amanah Allah. Sehingga apa pun keadaan yang ditentukan Allah kepada kita jika kita terima dengan ridha, betapa pun beratnya beban itu, kita tidak merasakannya sebagai beban, semua pekerjaan akan terasa ringan

v POSISI MANUSIA TERHADAP QADA DAN QADAR

1.      Gambaran tentang penciptaan

a.       Bahwa ilmu adalah meliputi segala sesuatu yang terjadi dan yang akan terjadi.
b.      Bahwa iradah Allah SWT bebas merdeka tidak terpengaruhi oleh apapun, juga tidak ada paksaan.
c.       Bahwa qudrah-Nya untuk menciptakan apa-apa yang berkaitan dengan iradah-Nya dan qudrah-Nya untuk meniadakan segala sesuatu adalah qudrah yang sempurna.
d.      Bahwa Dia berkehendak memilih yang paling sempurna dalam menciptakan kemaslahatan, tanpa paksaan ataupun tekanan semuanya adalah karena tuntunan kesempurnaan Allah SWT.
e.       Bahwa keadilan-Nya adalah sempurna, dan Allah tidaklah menzalimi seorangpun.

2.      Posisi manusia terhadap berbagai kemungkinan

Segala perbuatan manusia tidak terlepas dari salah satu dari tiga kemungkinan berikut :
a.       Manusia benar-benar terampas kehendak bebasnya.
b.      Manusia adalah makhluk yang dianugerahi kehendak bebas dan mempunyai kemampuan untuk mengarahkan kehendak itu hingga batas-batas tertentu, tanpa berkuasa menentukan hasilnya.
c.       Manusia adalah makhluk yang dianugerahi kehendak bebas, dan kehendak tersebut mampu menggerakkan qudrah “kekuatannya”, dan kekuatan tersebut juga mampu mewujudkan sebagian hasil tanpa dianugerahi oleh qudrah ilahi.

v FUNGSI BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR

Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
Ø    Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
Ø    Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
Ø    Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
Ø    Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
Ø    Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).

F.     HIKMAH BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR

Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar  (takdir) yang tentu mengandung banyak hikmah ,  yaitu antara lain :
Ø           Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah swt (sunnatullah atau hokum alam ). Kesadaran demikian dapat mendorong umat manusia (umat Islam) untuk menjadi ilmuan – ilmuan yang canggih di bidangnya masing – masing , kemudian mengadakan usaha – usaha penelitian terhadap setiap makhluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air , udara, barang tambang dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kea rah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Al-Mujadillah:11)
Ø           Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT . Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini , bahkan sehelai daun yang gugur, terjadi dengan sepengetahuan karena kehendak, kekuasaan, dan keadilan AllahSWT. (Lihat dan pelajari Q.S. AL-An’am :59 )
Ø           Menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji, serta menghilangkan sikap serta perilaku tercela. Orang yang betul – betul beriman kepada takdir ( umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan perilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qana’ah, dan optimis  dalam hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan perilaku tercela seperti : sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid:21-24)

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.      Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, bahwa qadha dan qadar ialah ketetapan Allah dan menertipkan segala sesuatu menurut apa yang kehendakiNya. Apa yang Allah telah takdirkan di masa azali yakni akan terjadi sesuai dengan ilmu Allah dan kehendakNya yang azali.
2.      Sesungguhnya keimanan setiap manusia kepada Qadha dan qadar, tidaklah bertentangan dengan keyakinan bahwa hamba memiliki kehendak dan kemampuan dalam perbuatan ikhtiarnya. Kehendak yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu kehendak memilih, menentukan dan memutuskan berbuat baik atau buruk. Ia memberikan akal-budi dan berbagai rangsangan. Dan juga telah memberinya suatu kecendrungan kearah kebaikan.
3.      Disamping itu, ia telah memberinya petunjuk melalui wahyu dan ilham, dan telah menganjurkan untuk menolak kejahatan, melawannya dengan yang lebih baik. Allah tidak pernah mengubah rahmat yang telah dilimpahkanNya kepada suatu kaum, sehingga mereka mengubahnya sendiri.
4.      Ridha terhadap qadha dan qadar merupakan kewajiban bagi orang Muslim, karena hamba disuruh untuk bersyukur jika mendapat nikmat atau hal-hal yang menyenangkan dan bersabar apabila mengalami kesusahan/musibah.
5.      Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada takdir.



DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abdul  Al-Maududi, dkk, Esensi Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997
Alfat, Masan, dkk, Aqidah Akhlak, Semarang: Karya Toha Putra, tt.
Aziz, Abdul Bin Muhammed, Tauhid Untuk Tingkat Pemula Dan Lanjutan, Saudi Arabia: tp., 1422
Hasbi, M. Ash Shiddieqi, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid / Kalam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973
Hubarakah, Abdurrahman. Pokok-Pokok Akidah Islam, Jakarta : Gema Insani, 1998
Mulyadi, Aqidah Akhlak, Semarang: Karya Toha Putra, 2004

Related Post:




0 Response to "BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR, kewajiban beriman kepada qada dan qadar hikmah beriman kepada qada dan qadar dalil iman kepada qada dan qadar beriman kepada qada dan qadar berbuah ketenangan hati makalah iman kepada qada dan qadar makna iman kepada qada dan qadar contoh qada dan qadar dasar hukum beriman kepada qada dan qadar"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel