BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR, kewajiban beriman kepada qada dan qadar hikmah beriman kepada qada dan qadar dalil iman kepada qada dan qadar beriman kepada qada dan qadar berbuah ketenangan hati makalah iman kepada qada dan qadar makna iman kepada qada dan qadar contoh qada dan qadar dasar hukum beriman kepada qada dan qadar
Sunday, July 15, 2018
Add Comment
BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR, kewajiban beriman kepada qada dan qadar hikmah beriman kepada qada dan qadar dalil iman kepada qada dan qadar
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Iman adalah aspek agama
Islam yang paling mendasar, dan bisa disebut pondasi dari setiap agama. Bila
sistem iman rusak, maka runtuhlah bangunan agama secara keseluruhan. Dalam
agama Islam iman ini terbagi enam, yaitu: iman kepada Allah, RasulNya,
Malaikatnya, Kitab-kitabNya, Hari akhir, dan qadha & qadar.
Didalam makalah ini,
kami akan membahas mengenai “Qadha dan Qadar” yang mana didalamnya adalah:
pengertian, iman kepada qadha dan qadar, dan hikmah beriman kepada qadha dan
qadar. Untuk menyempurnakan makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran
dari para uadiens.
TUJUAN
1.
Untuk memperdalam ilmu mengenai Iman kepada Qada dan Qadar.
2. Untuk
dijadikan referensi kepada pembaca yang ingin mendalami tentang iman kepada
Qada dan Qadar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN QADA DAN QADAR
Dalam al-qur’an kata
qada berarti hukum atau keputusan (Q.S. An-Nisa : 65) perintah (q.s al-Isra’
:23), kehendak (Q.S Ali Imran :47) dan mewujudkan atau menjadikan (Q.s.
Fussilat:12) . sedangkan kata qadar berarti kekuasaan atau kemampuan
(Q.S.Al-Baqarah:236), ketentuan atau kepastian (Q.S. AL Mursalat:23), ukuran
(Q.S.Ar-Ra’d:17) dan mengatur serta menentukan sesuatu menurut batas – batasnya
(Q.S. Fussilat : 10).
Ulama
Asy’ariah, yang dipelopori oleh Abu Hasan Al-Asy’ari (wafat di Basrah tahun 330
H), berpendapat bahwa qada ialah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan
keadaan, kebaikan atau keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan diciptakan
dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut. Sedangkan
qadar adalah perwujudan kehendak Allah SWT terhadap semua makhluk-Nya dalam
bentuk – bentuk dan batasan – batasan tertentu, baik mengenai zat-zatnya
ataupun sifat-sifatnya.
Rasulullah
bersabda :
Artinya :”Iman itu ialah
engkau percaya pada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para RasulNya,
hari akhirat, dan engkau percaya pada qadar yang baiknya ataupun yang buruk
(H.R. Muslim) .
Iman
kepada qada dan qadar dalam ungkapan sehari –hari lebih populer dengan sebutan
iman kepada takdir, Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang
terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang
subur dan yang tandus, hidup dan mati, riski dan jodoh seseorang merupakan
kehendak dan ketentuan Allah SWT.
Hukum
beriman kepada takdir adalah fardu ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi
tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad. Ayat – ayat Al-Quran yang
menjelaskan tentang iman kepada takdir cukup banyak antara lain :
• Artinya
:”Apabila Allah hendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata
kepadaNya:”Jadilah”, lalu jadilah dia” (Q.S. Ali – Imran :47)
• Artinya :
“dan ketetapan ALLAH itu suatu ketetapan yang pasti berlaku(Q.S. Al-Ahzab:38)
Apakah
manusia itu musayyar (dipaksakan oleh ketentuan Allah) atau mukhayyar (diberi
kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri)?. Tidak benar kalau dikatakan
manusia itu mutlak, tetapi juga keliru jika dikatakan manusia itu mutlak
mukhayyar.
Hal-hal
yang musayyar misalnya, setiap manusia yang hidup di bumi tubuhnya tidak bisa
terbebas dari gaya tarik bumi, beberapa organ tubuh manusia seperti paru –
paru, jantung, alat pernapasan, dan peredaran darah bekerja secara otomatis
diluar kesadaran atau perasaan, bahkan ketika manusia tidur sekalipun.
Hal – hal
yang mukhayyar misalnya, manusia mempunyai kebebasan untuk memilih dan berbuat
sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk. Allah SWT melalui RasulNya telah
memberikan petunjuk tentang jalan yang lurus, yang harus ditempuh manusia,
kalau ia inginmasuk surga, dan jalan yang sesat yang harus dijauhi manusia,
kalau ia tidak ingiin masuk neraka. Allah SWT berfirman :
Artinya : ”dan kami
telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan
kejahatan(Q.S.AL-Balad:10)
B. TANDA-TANDA BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR
Tanda-tanda keimanan
kepada qada dan qadar itu antara lain:
1.
Menyadari dan menyakini bahwa segala apa yang diperoleh dan dialami oleh
manusia baik berupa nikmat ataupun musibah pada hakikatnya merupakan ketentuan
dan kehendak Allah, yang telah tertulis dalam buku induk (lauh Mahfuz), yang
sesuai pula dengan ilmu Allah Yang Mahaluas lagi Mahasempurna.
Selain itu orang yang
beriman kepada qada dan qadar (takdir), tentu akan menyadari bahwa nikmat dan
musibah itu hakikatnya merupakan ujian dari Allah SWT.
2.
Orang yang beriman kepada takdir menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa
yang akan menimba dirinya, apakah bencana ataukah nikmat. Kewajiban manusia
ialah berikhtiar dan bertawakal agar memperoleh nikmat dan terhindar dari
bencana.
Berikut ini akan
dijelaskan mengenai ikhtiar dan tawakal, sebagai tanda-tanda keimanan kepada
qada dan qadar (takdir).
• 1. Ikhtiar
Islam melarang setiap
pemeluknya untuk menganut fatalisme, yaitu paham atau ajaran yang mengharuskan
berserah diri pada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia
dikuasai dan ditentukan oleh nasib. Fatalisme adalah paham yang keliru,
menyimpang dari ajaran tentang iman pada takdir, penghambat kemajuan dan
penyebab kemunduran umat.
Diantara cara-cara yang
harus ditempuh agar suatu usaha berhasil adalah sebagai berikut:
a.
Menguasai bidang usaha yang dilaksanakannya.
b.
Berusaha dengan sungguh-sungguh.
c.
Melandasi usahanya dengan niat ikhlas karena Allah.
d.
Berdoa kepada Allah agar memperoleh pertolongan-Nya.
Dalam surah yang lain,
Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bahwasanya seseorang manusia tiada
memperoleh selain apa yag diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihatkan (kepadanya). Kemudian dia akan diberi balasan yang paling
sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (Q.S.
An-Najm, 53: 39-42)
• 2. Tawakal
Setiap muslim/muslimah
yang betul-betul beriman kepada takdir, selain wajib untuk berikhtiar, juga
wajib bertawakal kepada Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT berfirman sebagai
berikut: “Kemudian apabila kamu telah mmbulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal. (Q.S.
Ali ‘Imran, 3:159)
Selain itu Allah SWT
juga berfirman :
Artinya : “katakanlah:
"Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan
Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang
yang beriman harus bertawakal.”. (Q.S. At-Taubah, 9:51)
Menurut istilah bahasa,
tawakal pada Allah berarti berserah diri pada Allah atau menggantungkan diri
pada Allah SWT. Sedangkan menurut ajaran islam tawakal pada Allah berarti
berserah diri pada qada dan qadar Allah, setelah berusaha(berikhtiar) sekuat mungkin
sesuai dengan kwajiban sebagai manusia.
C. KEWAJIBAN MENGIMANI QADA DAN QADAR
Beriman kepada qadha dan
qadar Allah adalah satu rukun iman. Hal itu sebagaimana jawaban Rasulullah Saw.
kepada Jibril As. ketika ia bertanya tentang iman. Nabi bersabda:
ﺃﻥ ﺗﺅﻣﻥ ﺑﺎﷲ ﻭﻣﻼﺋﻛﺗﻪ ﻭﻛﺗﺑﻪ ﻭﺭﺳﻟﻪ ﻭﺍﻟﻳﻭﻡ ﺍﻵﺧﺭﻭﺗﺅﻣﻥ ﺑﺎﻟﻗﺩﺭﺧﻳﺭﻩ
ﻭﺷﺭﻩ
“Hendaknya engkau
beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari
akhir dan hendaknya engkau beriman kepada qadar yang baik maupun yang
buruk.” (HR. Muslim).
Orang Islam di samping
wajib percaya kepada Allah, malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul, dan hari akhirat,
ia juga wajib percaya kepada takdir Allah, yang baik dan yang buruk dan
merupakan ketentuan Allah SWT.
Abu Hurairah mengatakan
bahwa Rasulullah Saw bersabda :
الايمان بالقدر يذهب الهم و الحزن (رواه الحا كم والقضيعي)
Artinya : “Iman
kepada Qadar menghilangkan kebingungan dan kesedihan”
الايمان بالقدر نظا م التوحيد (رواه الديلمي
Artinya : “Iman terhadap
Qadar itu adalah aturan tauhid”.
Harus diyakini bahwa
yang menciptakan dunia ini adalah Allah, Allah pulalah yang menentukan
segala-galanya, Allah telah menentukan perjalanan alam ini, sejak zaman azali,
zaman purbakala, dan sebelum dunia ini ada. Ketentuan-ketentuan mengenai umur
manusia, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, mendapat umur yang panjang
atau pendek. Semuanya ditentukan oleh Allah SWT
Sesungguhnya keimanan
setiap manusia kepada Qadha dan qadar, tidaklah bertentangan dengan keyakinan
bahwa hamba memiliki kehendak dan kemampuan dalam perbuatan ikhtiarnya, sebab
syari’at dan fatwanya menunjukkan hal tersebut. Sebagaimana firman Allah:
“Maka barang siapa yang
menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.”
Adapun menurut faktanya,
setiap manusia menyadari bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan
untuk berbuat atau meninggalkan sesuatu. Dan juga bisa membedakan antara apa
yang terjadi dengan kehendaknya seperti berjalan atau yang terjadi diluar
kehendaknya seperti menggigil.
Kehendak yang diberikan
Allah kepada manusia, yaitu kehendak memilih, menentukan dan memutuskan berbuat
baik atau buruk. Ia memberikan akal-budi dan berbagai rangsangan sehingga
dengan usaha-usahanya sendiri, ia dapat mengejar dan menggarap segala
kemungkinan. Ia juga telah memberinya suatu kecendrungan kearah kebaikan.
Disamping itu, ia telah
memberinya petunjuk melalui wahyu dan ilham, dan telah menganjurkan untuk
menolak kejahatan dengan kebaikan, melawannya dengan yang lebih baik. Allah
tidak pernah mengubah rahmat yang telah dilimpahkanNya kepada suatu kaum,
sehingga mereka mengubahnya sendiri.
Memang kita tidak dapat
beralasan dengan qadar, terhadap sesuatu pekerjaan yang kita mengerjakannya dan
tidak pula terhadap sesuatu pekerjaan yang kita meninggalkannya. Oleh karena
itulah al-Qur’an mencela orang-orang musyrikin yang beralasan dengan qadar
untuk tetap berpegang teguh kepada syirik. Dan Tuhan mencela orang-orang yang
beralasan dengan qadar untuk nekad mengerjakan sesuatu kejahatan, atau
meninggalkan sesuatu kebajikan.
Ridha terhadap qadha dan
qadar merupakan kewajiban bagi orang Muslim, karena hamba disuruh untuk
bersyukur jika mendapat nikmat atau hal-hal yang menyenangkan dan bersabar
apabila mengalami kesusahan/musibah.
Iman seseorang dapat
dillihat dari qadhar ridhanya terhadap qadha dan qadar. Apakah ia ridha/kecewa
dengan kesulitan dan penderitaan yang menimpa dirinya. Apakah ia bersyukur/lupa
daratan dengan kesenangan/nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya, karena semua
itu adalah amanah dari Allah yang harus kita pelihara baik-baik, sehingga
apapun pekerjakan kita, kita lakukan dalam rangka menyampaikan amanah Allah.
Sehingga apa pun keadaan yang ditentukan Allah kepada kita jika kita terima
dengan ridha, betapa pun beratnya beban itu, kita tidak merasakannya sebagai
beban, semua pekerjaan akan terasa ringan
v POSISI MANUSIA TERHADAP QADA DAN QADAR
1. Gambaran tentang penciptaan
a.
Bahwa ilmu adalah meliputi segala sesuatu yang terjadi dan yang akan
terjadi.
b.
Bahwa iradah Allah SWT bebas merdeka tidak terpengaruhi oleh apapun, juga tidak
ada paksaan.
c.
Bahwa qudrah-Nya untuk menciptakan apa-apa yang berkaitan dengan
iradah-Nya dan qudrah-Nya untuk meniadakan segala sesuatu adalah qudrah yang
sempurna.
d.
Bahwa Dia berkehendak memilih yang paling sempurna dalam menciptakan
kemaslahatan, tanpa paksaan ataupun tekanan semuanya adalah karena tuntunan
kesempurnaan Allah SWT.
e.
Bahwa keadilan-Nya adalah sempurna, dan Allah tidaklah menzalimi
seorangpun.
2. Posisi manusia terhadap berbagai kemungkinan
Segala perbuatan manusia
tidak terlepas dari salah satu dari tiga kemungkinan berikut :
a.
Manusia benar-benar terampas kehendak bebasnya.
b.
Manusia adalah makhluk yang dianugerahi kehendak bebas dan mempunyai kemampuan
untuk mengarahkan kehendak itu hingga batas-batas tertentu, tanpa berkuasa
menentukan hasilnya.
c.
Manusia adalah makhluk yang dianugerahi kehendak bebas, dan kehendak
tersebut mampu menggerakkan qudrah “kekuatannya”, dan kekuatan tersebut juga
mampu mewujudkan sebagian hasil tanpa dianugerahi oleh qudrah ilahi.
v FUNGSI BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR
Allah SWT mewajibkan
umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang tentu
mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
Ø Memperkuat keyakinan bahwa Allah
SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil
dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat
islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa)
yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di
perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran
kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
Ø Menumbuhkan kesadaran bahwa alam
semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah
SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat
manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya
masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap
mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan
gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S.
Almujadalah, 58 : 11)
Ø Meningkatkan ketakwaan kepada
Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada
dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah
yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi,
gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan
keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di
tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan
hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa,
tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan
manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa,
tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam.
(lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
Ø Menumbuhkan sikap prilaku dan
terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang
betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan
memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis
dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela,
seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup.
Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S.
Al-Hadid, 57 : 21-24)
Ø Mendorong umat manusia (umat
islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih
baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia
(umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di
dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja
dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya
yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling
bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah
yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).
F. HIKMAH BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR
Allah SWT mewajibkan
umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir) yang tentu
mengandung banyak hikmah , yaitu antara lain :
Ø
Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan
sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah swt (sunnatullah atau hokum alam ).
Kesadaran demikian dapat mendorong umat manusia (umat Islam) untuk menjadi
ilmuan – ilmuan yang canggih di bidangnya masing – masing , kemudian mengadakan
usaha – usaha penelitian terhadap setiap makhluk Allah seperti manusia, hewan,
tumbuhan, air , udara, barang tambang dan gas. Sedangkan hasil – hasil
penelitiannya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kea rah yang
lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Al-Mujadillah:11)
Ø
Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT . Iman kepada takdir dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini ,
bahkan sehelai daun yang gugur, terjadi dengan sepengetahuan karena kehendak,
kekuasaan, dan keadilan AllahSWT. (Lihat dan pelajari Q.S. AL-An’am :59 )
Ø
Menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji, serta menghilangkan sikap serta
perilaku tercela. Orang yang betul – betul beriman kepada takdir ( umat islam
yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan perilaku terpuji seperti sabar,
tawakal, qana’ah, dan optimis dalam hidup. Juga akan mampu memelihara
diri dari sikap dan perilaku tercela seperti : sombong, iri hati, dengki, buruk
sangka, dan pesimis dalam hidup. (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid:21-24)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, bahwa qadha dan qadar ialah ketetapan
Allah dan menertipkan segala sesuatu menurut apa yang kehendakiNya. Apa yang
Allah telah takdirkan di masa azali yakni akan terjadi sesuai dengan ilmu Allah
dan kehendakNya yang azali.
2.
Sesungguhnya keimanan setiap manusia kepada Qadha dan qadar, tidaklah
bertentangan dengan keyakinan bahwa hamba memiliki kehendak dan kemampuan dalam
perbuatan ikhtiarnya. Kehendak yang diberikan Allah kepada manusia, yaitu
kehendak memilih, menentukan dan memutuskan berbuat baik atau buruk. Ia
memberikan akal-budi dan berbagai rangsangan. Dan juga telah memberinya suatu
kecendrungan kearah kebaikan.
3.
Disamping itu, ia telah memberinya petunjuk melalui wahyu dan ilham, dan telah
menganjurkan untuk menolak kejahatan, melawannya dengan yang lebih baik. Allah
tidak pernah mengubah rahmat yang telah dilimpahkanNya kepada suatu kaum,
sehingga mereka mengubahnya sendiri.
4.
Ridha terhadap qadha dan qadar merupakan kewajiban bagi orang Muslim, karena
hamba disuruh untuk bersyukur jika mendapat nikmat atau hal-hal yang
menyenangkan dan bersabar apabila mengalami kesusahan/musibah.
5.
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada takdir.
DAFTAR PUSTAKA
A’la, Abdul
Al-Maududi, dkk, Esensi Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997
Alfat, Masan, dkk,
Aqidah Akhlak, Semarang: Karya Toha Putra, tt.
Aziz, Abdul Bin
Muhammed, Tauhid Untuk Tingkat Pemula Dan Lanjutan, Saudi Arabia: tp., 1422
Hasbi, M. Ash Shiddieqi,
Sejarah Dan Pengantar Ilmu Tauhid / Kalam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973
Hubarakah, Abdurrahman.
Pokok-Pokok Akidah Islam, Jakarta : Gema Insani, 1998
Mulyadi, Aqidah Akhlak,
Semarang: Karya Toha Putra, 2004
0 Response to "BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR, kewajiban beriman kepada qada dan qadar hikmah beriman kepada qada dan qadar dalil iman kepada qada dan qadar beriman kepada qada dan qadar berbuah ketenangan hati makalah iman kepada qada dan qadar makna iman kepada qada dan qadar contoh qada dan qadar dasar hukum beriman kepada qada dan qadar"
Post a Comment