بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

Pemberian Syakal Tulisan Al-Qur’an, Rasm Alquran, sejarah pemberian tanda baca al quran fase pemeliharaan al qur an dalam hal pemberian harakat dan tanda baca pemberian tanda baca pada al-qur'an yahya bin ya'mar ulama yang meletakkan gramatika arab dengan memberi titik pada huruf hijaiyah adalah kapankah tanda baca alquran mulai ditemukan sejarah harakat dan tanda titik huruf dalam al quran sejarah tulisan al quran

Sejarah Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur'an  ; Pemberian Syakal Tulisan Al-Qur’an,  Rasm Al-Quran

5.      Pemberian Syakal Tulisan Al-Qur’an
Yang dimaksud dengan syakal ialah kelengkapan tulisan yang meliputi titik dan harokat. Pada masa rasulullah huruf-huruf alqur’an ditulis tanpa titik dan harokat. Al-Qur’an yang dibukukan pada masa khalifah Utsman bin Affan ditulis dalam bahasa arab quraisy, tanpa ada titik dan tanda baca. Keadaan seperti ini bagi para sahabat tidaklah menjadi suatu masalah, mereka dapat membacanya, sebab mereka orang-orang arab yang sudah terbiasa dengan tulisan seperti itu. Tetapi bagi muslim non-arab, apalagi yang baru masuk islam, hal ini merupakan suatu problem besar, mereka tidak dapat membacanya. Maka oleh sebab itu ayat-ayat al-qur’an diberi tanda baca. Pemberian tanda baca ini dilakukan pada abad ketujuh masehi (abad pertama hijrah) oleh seorang pakar bahasa, yaitu murid ali ban abi thalib abu aswad ad-du’ali (605-688)[17].

Az-zanjani menyebutkan : melihat keadaan al-quran yang sering dibaca dengan bacaan yang salah, maka ziyad bin sumayyah menyuruh abu aswad ad-du’ali membuat tanda baca pada huruf-huruf al-qur’an. Abu aswad pada mulanya menolak permintaan ziyad ini, karena takut berbuat sesuatu yaang tidak dilakukan nabi. Ziyad terus mendesak abu aswad, dia menyuruh seseorang membaca al-qur’an dengan bacaan salah dihadapan abu aswad. Orang itu membaca firman allah yang terdapat dalam surah at-taubah ayat 3 yang berbunyi أن الله بريء من المشركين و رسوله. Sebenarnya ayat tersebut dibaca dengan و رسولُه , bukan dengan و رسولِه. Jika dibaca wa rasulihi berarti allah tidak memperdulikan rasul. Padahal maksud ayat itu adalah “bahwa allah dan rasulnya tidak memperdulikan orang-orang musyrik”. Mendengar bacaan yang salah itu, abu aswad berucap “Maha suci allah. Dia tidak pernah mengabaikan rasulnya”.

Selanjutnya abu aswad mengabulkan permintaan ziyad bin sumayyah membuat tanda baca pada huruf-huruf al-qur’an. Ziyad mengirim 30 orang penulis kepada abu aswad, tetapi abu aswad hanya memilih satu orang saja diantara mereka. Abu aswad berkata kepada muridnya itu: “ambillah mushaf dan zat pewarna. Jika kamu melihat bibirku mencuat kemuka (bersuara “u”) ketika membaca huruf, buatlah titik ditengah huruf sebagai tanda dhammah, jika bibirku terbuka (bersuara “a”), buatlah titik diatas sebagai tanda fathah, jika kamu melihat bibirku agak tertutup (bersuara “i”), buatlah titik dibawah sebagai tanda kasrah dan jika kamu mendengar suaraku berdengung (ghunnah) maka buatlah titik dua diatasnya”. Kemudian abu aswad membaca al-qur’an, sedangkan muridnya membuat titik-titik itu. Dan setelah selesai satu halaman, abu aswad memeriksa ulang[18].

Namun demikian, sistem abu aswad tidak dapat mencegah kecederaan didalam pembacaan. Karena itu untuk membedakan satu huruf dengan huruf yang lain terpaksalah diberi bertitik dan dibariskan kalimah dengan secukupnya. Usaha memberi titik huruf al-qur’an itu dikerjakan oleh Nashar bin ‘Ashim dengan perintah al-hajjaj. Urusan memberi baris dikerjakan oleh Khalil bin Ahmad.

Khalil mengubah sistem baris abu aswad dengan menjadikan alif yang dibaringkan diatas huruf tanda baris diatas dan yang dibawah huruf tanda baris bawah, dan waw tanda baris depan. Beliau jugalah yang membuat tanda  mad (panjang pembacaan) dan tasydid (tanda ganda huruf).

Sesudah itu barulah penghafal-penghafal al-qur’an membuat tanda-tanda ayat, tanda-tanda waqaf (berhenti) dan ibtida’ (mulai) serta menerangkan dipangkal-pangkal surat nama surat dan tempat-tempat turunnya, dimekkah atau madinah dan menyebut bilangan ayatnya. Menurut riwayat,pekerjaan-pekerjaan ini dikerjakan atas kemauan al ma’mun.

Ada diriwayatkan, bahwa mula-mula memberi titik dan baris ialah al hasan  al bishry dengan suruhan abdil malik bin marwan. Abdul malik bin marwan  memerintahkan kepada al hajjaj ketika ia berada di wasith, lalu al hajjaj menyuruh al hasan al bishri dan yahya nin ya’mura , murid abu aswad ad du’ali. Demikianlah terus menerus raja-raja islam dan ulama-ulamanya memperbagus tulisan al-qur’an. Mula-mula al-qur’an dicetak di hamburg (jerman) pada tahun 1694 M, dipangkal abad ke 12 hijrah.


C. Rasm al-qur’an
Istilah rasm al-qur’an terdiri dari dua kata, yaitu rasm dan al-qur’an. Kata rasm sama artinya dengan atsar (bekas), yaitu bekas tulisan suatu lafal[19]. Sedangkan al-qur’an, sebagaimana telah dijelaskan adalah wahyu allah yang merupakan sumber utama ajaran islam. Dan secara istilah, rasm barearti melukiskan kata dengan huruf hijaiyah[20]. Berdasarkan pengertian di atas, al-qur’an bararti suatu kajian yang membahas tulisan suatu kata atau lafal-lafal al-quran. Tulisan al-qur’an mengenai lafal atau kata tertentu berbeda dengan arab biasa. Di antara bentuk rasm al-quran adalah kaidah mengenai hadzf ( membuang suatu hurup ), azziada ( penambahan ) , albaddal ( penggantian) , washal ( bersambung ) dan fashal ( berpisah ) . hal inilah yang membedakan tulisan al-quran dengan tulisan resmi yang digunakan dalam bahasa arab .
a.       Kaidah mengenai hadzf
Yang dimaksud dengan hadzf adalah adanya huruf yang dibuang atau tidak ditulis namun tetap ada dalam bacaan. Hal ini terdapat dalam beberapa penulisan huruf alif pada kata-kata tertentu.  Diantaranya adalah :
1.      Alif yang terletak setelah ya nida’ (seruan), seperti yang terdapat dalam kata آمنوا، يآأيها الذين   . Dalam al-qur’an alif setelah huruf ya di buang, namun tetap dibaca panjang.
2.      Alif yang terletak setelah huruf ha tanbih, seperti yang terdapat dalam kata هاؤلاء   yang ditulis dengan هؤلاء  . huruf ha tetap dibaca panjang walaupun alif tidak ditulis.
3.      Alif yangterdapat pada dhamir mutakallim ma’a ghairih نا yang bersambung dengan dhomir nashab. Hal ini terdapat dalam kata أنجيناكم , dalam al-qur’an ditulis dengan kata  أنجينكم  .
b.      Ziyadah (penambahan)
Yang dimaksud dengan penmabahan disini adalah alif setelah waw jama’. Ia disebut dengan penmbahan karena dalam tulisan arab biasanya tidak ada. Seperti pada kata بنو إسرائيل    . dalam al-qur’an ditulis dengan menggunakan alif setelah waw jama’, yaitu dalam surah yunus ayat 90 , بنوا إسرائيل .
c.       Badl (penggantian huruf)
Hal ini terdapat dalam kata الربا ، الزكاة ، الصلاة . dalam penulisan al-qur’an, hurf alif yang terdapat pada setiap kata diganti dengan waw,  yaitu : الربو، الزكوة ، الصلوة
d.      Washal (bersambung) dan fashal (berpisah)
Terdapat beberapa kata dalam al-qur’an kadang-kadang ditulis dengan bersambung dan kadang-kadang berpisah. Seperti :
ان لا ، من ما ، إن ما ، أم من ، عن ما ، من من
Jika huruf-huruf tersebut digabungkan, ia menjadi:
  ألا، مما، إما، أممن، عما،  عمن

Demikianlah pembahasan tentang rasm al-qur’an.

[1] Syaikh Muhammad Bin Utsaimin, Ushuul Fii Al-Tafsiir, hlm. 9
[2] Syaikh Muhammad ‘Ali Ash-Shobuni, Tibyaan Fii ‘Uluumi Al-Qur’an, hlm. 8
[3] Syaikh Manna’ Al-Qaththan,  Pengantar Ilmu Studi Al-Qur’an., hlm. 151
[4] HR. Al-Bukhari
[5] HR. Al-Bukhari
[6] HR. Al-Bukhari
[7] Jalaludin Abdurrahman As-Suyuti,  Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Jilid 1., hlm. 57
[8] Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an., hlm. 98
[9] Rachmat syafe’I,  pengantar ilmu tafsir., hlm. 13
[10] Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Alqur’an., hlm. 84
[11] Kadar M. Yusuf, Studi Al-qur’an., hlm. 38
[12] Muhammad Ali Ash-Shaabuuniy, Studi Ilmu Al-Qur’an., hlm. 105
[13] As-Suyuti, Al-Itqan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Jilid 1., hlm 59
[14] Az-Zarqani, Manahil Al-Irfan, hlm. 23
[15] Adnan Muhammad Zarzur, ‘Ulum Al-Qur’an, hlm. 90
[16] Kadar M. Yusuf, Studi Al-qur’an., hlm. 40
[17] Ibid., hlm. 41
[18] Az-Zanjani, Sejarah Alqur’an(Terjemahan), Bandung: Mizan, 1986, Hlm.115
[19] Abdul Fattah Ismail Shalabi, Rasm Al-Mushhaf Wal-Ihtijaj Bih Fi Al-Qira’at, Kairo: Maktabah  Nahdah, 1960, hlm. 11
[20] ibid

Related Post:




0 Response to "Pemberian Syakal Tulisan Al-Qur’an, Rasm Alquran, sejarah pemberian tanda baca al quran fase pemeliharaan al qur an dalam hal pemberian harakat dan tanda baca pemberian tanda baca pada al-qur'an yahya bin ya'mar ulama yang meletakkan gramatika arab dengan memberi titik pada huruf hijaiyah adalah kapankah tanda baca alquran mulai ditemukan sejarah harakat dan tanda titik huruf dalam al quran sejarah tulisan al quran"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel