Sejarah Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur'an ; Pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, penulisan alquran pada masa khulafaur rasyidin sejarah singkat pengumpulan al quran mengapa terjadi perbedaan bacaan al-qur'an pada masa khalifah usman penulis al quran yang terkenal makalah pengumpulan al-quran mengapa terjadi perbedaan bacaan al quran pada masa khalifah usman sebab penulisan al qur an pada masa khalifah abu bakar as siddiq ketua panitia penulisan alqur an pada zaman abu bakar as siddiq adalah
Friday, September 21, 2018
Add Comment
Sejarah Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur'an ; Pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, Pada masa khalifah Umar Bin Khattab, Pada masa khalifah Usman Bin Affan
2. Pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Abu bakar as-shiddiq adalah khalifah pertama dalam islam sesudah rasulullah wafat. Ketika beliau menjabat, bergeraklah musailamah alkazzab mendakwakan dirinya nabi. Dia mengembangkan khurafatnya dan kebohongan-kebohongannya. Dia dapat mempengaruhi banu hanifah dari penduduk yamamah lalu mereka menjadi murtad. Setelah abu bakar mengetahui tindakan musailamah itu, beliau menyiapkan pasukan tentara terdiri dari 4000 pengendara kuda, yang di pimpin oleh khalid ibn walid. Pasukan khalid berangkat menggempur mereka. Dan banyaklah sahabat yang gugur syahid ketika itu. Diantara sahabat yang gugur adalah zaid ibnul khattab, saudara’umar. Selain daripada itu, syahid pula 700 penghafal alqur’an.
Setelah umat islam mengeraskan tekanannya, pertolongan allah pun datang, barulah pasukan musailamah hancur dan lari. Umat islam mengejar mereka dan mengurung tentara musuh itu dalam suatu kebun kurma. Al barra’ ibn malik menaiki tembok kebun dan menjatuhkan dirinya kedalam benteng, lalu membuka pintu. Setelah tentara islam dapat masuk kedalam, barulah musilamah dan kawan-kawan dibunuh. Kebun tersebut dinamai kebun mati. Pembunuh musailamah itu adalah pembunuh yang telah membunuh hamzah[8]. Dia pernah berkata :
فقتلت خير الناس و قتلت شر الناس
Saya telah membunuh orang yang paling baik (hamzah) dan saya telah membunuh pula orang paling jahat (musailamah).
Melihat yang demikian, timbullah hasrat umar bin khaththab untuk meminta kepada abu bakar agar al-qur’an dikumpulkan. Beliau khawatir al-qur’an berangsur-angsur hilang kalau hanya dihafal saja, karena penghafalnya kian bertambah kurang.
Abu amer menerangkan bahwa zaid bin tsabit berkata : “umar bin khattab datang kepada abu bakar, lalu mengatakan bahwa perang yamamah telah banyak memusnahkan qurra. Aku takut al-qur’an akan hilang, karena itu aku minta supaya tuan menuliskannya”. Abu bakar menjawab : bagaimana kita melakukan sesuatu yang tidak dilakukan rasululah ?. umar berkata : ini, demi allah, sesuatu perbuatan yanng baik. Umar terus menerus mendesak abu bakar untuk menuliskan al-qur’an. Sehingga akhirnya allah melapangkan dada abu bakar untuk menulisnya dan mengakui bahwa pendapat umar benar.
Abu bakar berkata kepada zaid, : engkau wahai zaid, seorang pemuda yang berakal. Kami percaya keagamaanmu, kamu seorang penulis wahyu pada masa rasulullah, maka periksalah al-qur’an, atau carilah shuhuf-shuhuf al-qur’an dan periksalah satu persatu dan kumpulkanlah. Zaid menjawab,: demi allah, sekiranya mereka membebankan daku untuk membawa gunung, tiadalah yang demikian itu lebih berat dari mengumpulkan al-qur’an. Dan zaid berkata,: betapa anda kerjakan sesuatu yang tidak dikerjakan oleh nabi?, abu bakar menjawab ; demi allah, ini suatu perbuatan yang sangat baik. Setelah beberapa kali abu bakar menyuruh zaid untuk mengerjakannya, maka allah melapangkan dada zaid sebagaimana allah telah melapangkan dada umar dan abu bakar.
Lalu mulailah zaid melakukan pengumpulan al-qur’an berdasarkan arahan yang diberikan khalifah demi terjaminnya keotentikannya. Oleh karena itu ia tidak bersandar pada hafalannya sendiri, melainkan sesuai dengan pernyataannya bahwa ia berpegang pada dua sumber, yakni naskah-naskah yang tertulis pada masa rasulullah dan hafalan para sahabat[9]. Ia memeriksa dan mengumpulkan kepingan-kepingan yang telah ditulis dan mendatangi orang-orang yang menghafalnya. Setelah zaid melakukan usaha itu, dan ia kumpulkan kepingan-kepingan tersebut, nyatalah bahwa ada suatu ayat yang ia dengar dari rasulullah namun tidak ditulis dalam kepingan. Karena itu, ia lanjutkan pencariannya, sehingga ia mendapati pada seorang anshar, yaitu Abu Khuzaimah Bin Aus Al Anshary. Ayat tersebut adalah
من المؤمنين رجال صدقوا ما عاهدوا عليه فمنهم من قضى نحبه و منهم من ينتظر و ما بدلوا تبديلا
dan diantara para mukmin ada orang-orang yang menepati perkataan yang mereka telah janjkan dengan allah maka diantara mereka ada yang mati syahiid dan diantara mereka ada yang menanti dan mereka tiada menggantikan sesuatu. (QA 23. S. 33 : Al-ahzab).
Setelah zaid mendapatkan ayat ini, ia menempatkan pada suratnya. Lalu zaid menemukan lagi ayat yang tidak ada dalam kepingan tersebut. Ia pun mencarinya dan mendapatkannya pada Khuzaimah Bin Tsabit, yaitu:
لقد جاءكم رسول من انفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم (128) فان تولوا فقل حسبي الله لا اله الا هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم (129)
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang pesuruh dari diri kamu sendiri, yang merasa tidak senang kamu menderita kesukaran, lagi sangat berkehendak untuk kebaikanmu. Dia sangat pengasih dan sangat penyayang terhadap para mukmin. maka jka mereka berpaling, maka katakanlah (ya muhammad) : tuhan mencukupi bagi diriku. Tidak ada tuhan melainkan dia, kepadanyalah aku menyerahkan diri dan dialah tuhan yang punya ‘arasy yang besar (QA 128-129. S. 9 : At-taubah).
Zaid bin tsabit dalam menyelenggarakan tugasnya dibantu oleh beberapa anggota lain, semuanya penghafal al-qur’an, yaitu Ubay Bin Kaab, Ali Bin Abi Thalib Dan ‘Utsman Bin ‘Affan. Al-qur’an seluruhnya rampung ditulis pada masa rasulullah masih hidup, hanya saja ayat-ayat dan surah-surahnya masih terpisah.
Orang pertama yang menghimpun al-qur’an sesuai kehendak rasulullah adalah abu bakar as-shiddiq[10]. Karakter pengumpulan al-qur’an pada masa abu bakar ditandai dengan penyusunan al-qur’an dalam suatu naskah secara rapi dan berurutan, dimana suatu surat dapat dibaca secara sempurna dalam lembaran-lembaran berbeda[11].
Lembaran-lembaran yang dikumpulkan pada masa abu bakar memilliki beberapa keistimewaan[12], diantarannya :
- Diperoleh dari hasil oenelitian yang sangat mendetail dan kemantapan yang sempurna
- Yang tercatat dalam mushaf hanyalah bacaan yang pasti, tidak ada nasakh bacaannya
- Ijma’ umat terhadap mushaf tersebut secara mutawatir bahwa yang tercatat adalah ayat-ayat al-qur’an
- Mushaf mencakup qiraat sab’ah yang dinukil berdasarkan riwayat yang benar-benar shahih
3. Pada masa khalifah Umar Bin Khattab
Setelah khalifah abu bakar wafat, suhuf al-qur’an dipegang oleh khalifah ‘umar. Pemeliharaan al-qur’an pada masa umar tidak mengalami perkembangan yang begitu menonjol, akan tetapi secara politis al-qur’an pada masa itu mendapat perlindungan dan pengamanan yang begitu ketat.
Setelah khalifah umar wafat, mushaf al-qur’an yang tersimpan dirumahnya yang berupa naskah disimpan oleh hafshah, istri rasul atas pesan khalifah dengan pertimbangan-pertimbangan, yaitu :
- Hafshah adalah istri rasul dan juga putri khalifah
- Hafshah dikenal orang yang cerdas, pandai baca tulis dan hafal seluruh al-qur’an dengan fasih, serta bagus pelafazannya.
Pada masa khalifah abu bakar dan umar bin khattab al-qur’an karya dewan zaid tidak diperbanyak, karena tujuan penghimpunan al-qur’an pada masa itu semata-mata demi menjaga keutuhan dan keasliannya.
4. Pada masa khalifah Usman Bin Affan
Pada masa khilafah usman bin affan, wilayah islam sudah semakin luas, banyak orang-orang non-arab masuk islam. Terjadi interaksi dan asimilasi antara orang-orang arab dengan orang-orang ajam. Mereka yang telah memeluk islam ingin mempelajari al-qur’an sebagai sumber utama ajaran islam. Padahal al-qur’an pada masa itu dibaca dan ditulis dalam berbagai bentuk tulisan dan bacaan, dimana masing-masing pembaca mengklaim bahwa bacaan dan model penulisannyalah yang benar. Untuk menghindari persengketaan ini, yang sudah mengarah kepada perpecahan, maka usman sebagai khalifah pada masa itu mengambil kebijakan dengan mengkodifikasi kembali al-qur’an, dengan menyatukan bentuk tulisannya berdasarkan al-qur’an yang ditulis pada masa abu bakar. Kodifikasi kali ini diusulkan oleh Khuzaifah berdasarkan peristiwa pertentangan antara penduduk syam dan irak mengenai qiraah ketika menaklukkan armenia dan azerbaijan. Dia berkata kepada usman,”perbaikilah umat ini sebelum mereka bersengketa mengenai kitab suci seperti persengketaan yahudi dan nashrani”. Maka usman meminta hafshah untuk mengirim kepadanya naskah al-qur’an yang ditulis pada masa abu bakar. Setelah ditulis naskah itu dikembalikan lagi kepada hafshah[13].
Usman membentuk tim penulisan dan memerintahkan mereka agar al-qur’an ditulis dalam satu mushaf, dan selainnya harus dimusnahkan. Pekerjaan ini melahirkan suatu ilmu yang dikenal dengan ilmu rasm al-qur’an, yang selanjutnya menjadi salah satu kajian dalam ulumul qur’an[14]. Tim penulisan al-qur’an pada masa ini beranggotakan Zaid Bin Tsabit, Zaid Bin Al-As, Abdurrahman Al-Harits.
Ada dua hal yang membedakan mushaf yang ditulis pada masa usman ini dengan mushaf-mushaf yang ada sebelumnya, yaitu susunan surat dan qira’at[15]. Para sahabat yang menulis al-qur’an untuk pribadinya memiliki susunan surat yang berbeda dengan mushaf usmani dan dalam penulisannya mereka selalu memasukkan penafsiran suatu ayat dalam penulisan teks ayat, contoh, seperti mushaf ibnu mas’ud dalam penulisan surat al-baqarah ayat 198, dia memasukkan kata fi musim alhajj setelah kata min rabbikum. Demikian pula penambahan kata shalihah setelah kata kulla safinah dalam surah al-kahfi ayat 79.
Kodifikasi ini dibuat dalam empat rangkap. Kemudian, tiga rangkap diantaranya dikirim ke syam, kufah dan basyrah. Gubernur dimasing-masing wilayah boleh menggandakan asal bentuk dan urutan yang sama. Inilah yang kemudian disebut mushaf usmani[16]. Naskah al-quran yang berbeda dengan naskah mushaf usmani ini dimusnahkan guna menghindari perpecahan.
0 Response to "Sejarah Pengumpulan dan Penulisan Al-Qur'an ; Pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq, penulisan alquran pada masa khulafaur rasyidin sejarah singkat pengumpulan al quran mengapa terjadi perbedaan bacaan al-qur'an pada masa khalifah usman penulis al quran yang terkenal makalah pengumpulan al-quran mengapa terjadi perbedaan bacaan al quran pada masa khalifah usman sebab penulisan al qur an pada masa khalifah abu bakar as siddiq ketua panitia penulisan alqur an pada zaman abu bakar as siddiq adalah"
Post a Comment