بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

Bahasa Arab Era Industri 4.0N Oleh Nasaruddin Idris Jauhar

Bahasa Arab Era Industri 4.0N Oleh Nasaruddin Idris Jauhar

Akhir-akhir ini, istilah revolusi industri 4.0 (selanjutnya saya singkat RI 4.0) mendadak jadi buah bibir. Seminar, pelatihan, workshop, simposium, dan ragam bentuk forum ilmiyah lainnya seakan berlomba menjadikan istilah ini sebagai konteks temanya.

Para ahli meyakini, kalau kita mau eksis dan survive di zaman ini, kita harus hidup sesuai dengan gaya  RI 4.0. Diantaranya adalah kesediaan berkolaborasi, hidup dan bekerja dengan visi internasional, menggandeng teknologi, dan merangkul industri.
Hiruk pikuk  perbincangan tentang RI 4.0 ini membuat saya yang menekuni dunia bahasa Arab dilanda pertanyaan: belajar, mengajar dan menggunakan bahasa Arab yang sesuai tuntutan RI 4.0 itu seperti apa ya?
RI 4.0 itu spirit utamanya adalah beradaptasi dengan tuntutan hidup dunia modern yang identik dengan interaksi global dan teknologi canggih, serta meninggalkan kebiasaan lama yang sudah tidak cocok dengannya.

Artinya, belajar dan mengajar bahasa Arab di Era RI 4.0 itu intinya adalah belajar, mengajarkan, dan menggunakan bahasa Arab dengan visi yang mendukung interaksi global dan memanfaatkan perkembangan teknologi.
Lalu, bagaimana prosesnya agar kita bisa sampai kesana?
Ada banyak syarat tentunya, baik yang terkait konten, maupun media. Konten berkaitan dengan kualitas berbahasa. Sementara media berkaitan dengan alat yang dipakai dalam berbahasa. Dibanding media, konten lebih mewakili masalah berbahasa Arab kita di Indonesia. Sekedar contoh, saat kita tidak menulis dalam bahasa Arab, masalahnya bukan karena keyboard laptop kita atau keypad gadget kita tidak ada font Arabnya, tapi karena kita memang belum terlatih dan terbisa menuliskan sesuatu dalam bahasa Arab.

Solusi yang paling mendasar untuk masalah ini adalah merubah pendekatan kita dalam belajar dan mengajar bahasa Arab ke pendekatan komunikatif. Kita belajar bahasa Arab harus dengan tujuan menggunakannya untuk berkomunikasi, baik komunikasi reseptif seperti mendengar dan membaca, maupun produktif seperti berbicara dan menulis.

Apapun yang kita pelajari dari bahasa Arab, baik bunyi maupun kosa katanya, struktur maupun maknanya, harus dipraktekkan dalam empat skill berbahasa tersebut. Setiap kata yang kita pelajari, misalnya, harus bisa kita pahami ketika kita mendengar dan membacanya dalam sebuah teks ujaran dan tulisan. Juga harus mampu kita gunakan ketika kita berbicara dan menulis.

Dengan demikian, kita disebut sukses dalam belajar bahasa Arab ketika kita memahami bahasa Arab yang kita dengar dan kita baca, serta ketika kita mampu menggunakan  bahasa Arab yang kita pelajari untuk mengucapkan dan menuliskan apa yang ingin kita sampaikan.

Tidak hanya itu, visi komunikatif tersebut harus dibarengi visi global. Artinya, skill reseptif bahasa Arab kita harus sampai pada taraf memahami ucapan dan tulisan bahasa Arab standar internasional. Pun halnya skill produktif kita, harus sampai pada level berbicara dan menulis seperti orang Arab. Ini memang tidak mudah, tapi kita  tidak punya pilihan lain. Hanya dengan ini kita bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab secara global, sebagaimana tuntunan zaman sekarang.

Visi berbahasa Arab dengan standar internasional ini penting dan harus diperhatikan. Pada banyak kasus, kita orang Indonesia acap kali mengalami masalah komunikasi dengan para pengguna bahasa Arab, baik dari negara Arab maupun negara lain, karena bahasa Arab yang kita pakai tidak standar.

Beberapa teman yang pernah sekolah di negera Arab adalah contoh kasus ini. Saat di Indonesia, mereka biasanya adalah yang paling menonjol skill bahasa Arabnya. Tapi, ketika kuliah dan tinggal dengan orang Arab, sering kali bahasa Arab yang mereka miliki gagal mereka gunakan untuk memahami dan memahamkan orang Arab itu sendiri. Semacam ada kesenjangan antara bahasa Arab yang mereka pelajari dengan apa yang secara riil digunakan di lapangan.

Ternyata belajar bahasa Arab itu sulit dan ribet, ya? Apalagi kalau pakai embel embel 4.0. Wah, tambahh.

Tidak, Saudara Saudara. Bahasa itu beda dengan ilmu-ilmu lain. Potensi berbahasa itu ada di setiap kita, yang membuat kita dimudahkan untuk menguasai bahasa apapun. Satu satunya yang kita butuhkan untuk memaksimalkan potensi ini adalah rangsangan.

Terkhusus bahasa Arab, potensi dan rangsangan itu bahkan sudah tersirat dalam Al-Qur'an, bahwa Allah telah menjadikan al-Qur'an mudah untuk dipelajari. Dimudahkannya al-Qur'an untuk dipelajari juga berarti dimudahkannya bahasa Arab untuk hal yang sama, karena keduanya memang ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Disamping itu, rangsangan untuk belajar bahasa Arab sekarang ini didukung banyak hal. Keberadaan pesantren pesantren yang tak terhitung jumlahnya di bawah kolong langit negeri ini adalah salah satunya. Belum lagi pusat pusat belajar bahasa Arab yang bertebaran baik di dunia maya maupun alam nyata.

Kita juga gak kekurangan input atau model yang bisa kita tiru dalam bahasa Arab. Youtube dan berbagai situs serta applikasi android menyediakan contoh penggunaan bahasa Arab dalam berbagai konteks dan untuk berbagai tujuan.

Masalahnya kemudian hanya benar benar tergantung pada kita sendiri. Maukah kita memanfaatkan segala dukungan dan kemudahan tersebut untuk merangsang dan mengoptimalkan potensi berbahasa Arab dalam diri kita masing masing?.

Wallahu A'lam.
03 Juli 2019.

Related Post:




0 Response to "Bahasa Arab Era Industri 4.0N Oleh Nasaruddin Idris Jauhar"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel