بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

sejarah singkat Kesultanan Kerajaan Malaka, sumber sejarah kerajaan malaka peninggalan kerajaan malaka sejarah singkat kerajaan aceh kelebihan dan kekurangan kerajaan malaka makalah kerajaan malaka kesultanan malaka berhasil dikuasai portugis pada tahun islam mengalami kemajuan yang pesat pada waktu malaka mencapai asal usul kerajaan malaka

Sejarah Singkat  Kesultanan Kerajaan Malaka, Awal Berdirinya Kesultanan Malaka, Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam, Posisi Islam Dalam Konstitusi Malaka

PENDAHULUAN
Kota Malaka pada abad ke-15 adalah sebuah entrepot. Sebagai kota atau bandar pelabuhan, kekuatan dan ketahanannya dapat dikekalkan sebab adanya kegiatan dan usaha-usaha perdagangan secara besar-besaran sehingga apabila diambil kira Malaka sebagai penguasa kelautan melayu, kegiatan dan usaha inilah yang mendasari faktor ekonominya, faktor ini juga yang menjadikan Malaka sebagai kuasa dibagian barat laut nusantara yang cukup unggul. Malaka sebenarnya menjadi penyambung rantai lalu lintas perdagangan dilaut diantara bagian timur dengan bagian barat dunia.Malaka menjadi sebagian sistem perjalanan dan perdagangan dunia yang amat penting sepanjang abad ke-15 dan beberapa abad setelah itu. Oleh karena itu, inilah yang menyebabkan orang-orang Portugis bersungguh-sungguh mau menguasai dan menaklukan Malaka.


PEMBAHASAN

A.    Awal Berdirinya Kesultanan Malaka

Pembentukan negara Malaka disinyalir ada kaitannya dengan perang saudara di Majapahit setelah Hayam Wuruk (1360-89 M) meninggal dunia. Sewaktu perang saudara tersebut, Parameswara, Putra raja Sriwijaya – Palembang turut terlibat karena ia menikah dengan salah seorang putri Majapahit. Parameswara kalah dalam perang tersebut dan melarikan diri ke Tumasik (sekarang Singapura) yang berada di bawah pemerintahan Siam saat itu. Beliau membunuh penguasa Tumasik, yang bernama Temagi dan kemudian menobatkan dirinya sebagai penguasa baru. Persoalan ini diketahui oleh Kerajaan Siam dan memutuskan untuk menuntut balas atas kematian Temagi. Parameswara dan pengikutnya mengundurkan diri ke Muar dan akhirnya sampai di Malaka lalu membuka sebuah kerajaan baru di sana pada tahun 1402 M.

Menurut versi ini, kedatangan islam ke Malaka terjadi tahun 1406 M, ketika Parameswara menganut Islam dan mengganti nama menjadi Muhammad Iskandar Syah. Pengislamannya diikuti oleh pembesar-pembesar istana dan rakyat jelata. Dengan demikian Islam mulai tersebar di Malaka.
Parameswara (Muhammad Iskandar Syah) memerintah selama 20 tahun. Baginda mendapati Malaka sebagai sebuah kampung dan meninggalkannya sebagai sebuah kota serta pusat perdagangan terpenting di Selat Malaka, sehingga orang-orang Arab menggelarinya sebagai malakat (perhimpunan segala pedagang). Kitab sejarah melayu (The Malay Annals), turun menceritakan bahwa raja Malaka, Megat Iskandar Syah, adalah orang pertama di kesultanan itu yang memeluk agama Islam. Selanjutnya ia memerintahkan segenap warganya baik yang berkedudukan tinggi maupun rendah untuk menjadi Muslim.

Respon sultan dan rakyat malaka yang antusias terhadap kedatangan islam, pada gilirannya turut pula mengangkat posisi malaka sebagai pusat kegiatan dakwah. Selain rakyatnya menyebarkan dakwah keluar negeri, banyak pula orang luar yang datang ke malaka untuk menuntut ilmu. Sunan bonang dan sunan kalijaga adalah dua ulama dari jawa yang begitu terkenal menamatkan pengajiannya dimalaka.
Malaka menjadi salah satu pusat kunci dari mana islam berkembang disepanjangpesisir kewilayah-wilayah seperti kepulauan sulu di filipina. Kejayaan dan pengaruh malaka yang begitu besar diakui oleh Tomepires yang pada awal abad ke-16, mencatat bahwa “malaka begitu penting dan menguntungkan sehingga tampak bagi saya bahwa ia tidak ada tandingannya didunia”.
Malaka tidak hanya menguasai beberapa kerajaan yang telah masuk islam seperi Aru, Pedir, dan Lambri, tetapai juga menguasai daerah-daerah baru disumatera yang juga telah masuk islam seperti kampar, indra giri, siak, jambi, bengkalis, riau, dan lingga. Disamping itu, disemenanjung malaya, daerah seperti pahang, pattani, kedah, johor, serta daerah lain yang telah menerima islam juga mngakui kekuasaan kerajaan malaka.[1]

B.     Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam

Sebelum muncul dan tersebarnya Islam di Semenanjung Arabia, para pedagang Arab telah lama mengadakan hubungan dagang di sepanjang jalan perdagangan antara Laut Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya agama Islam semakin memberikan dorongan pada perkembangan perniagaan Arab, sehingga jumlah kapal maupun kegiatan perdagangan mereka di kawasan timur semakin besar.

Pada abad VIII, para pedagang Arab sudah banyak dijumpai di pelabuhan Negeri Cina. Diceritakan, pada tahun 758 M, Kanton merupakan salah satu tempat tinggal para pedagang Arab. Pada abad IX, di setiap pelabuhan yang terdapat di sepanjang rute perdagangan ke Cina, hampir dapat dipastikan ditemukan sekelompok kecil pedagang Islam. Pada abad XI, mereka juga telah tinggal di Campa dan menikah dengan penduduk asli, sehingga jumlah pemeluk Islam di tempat itu semakin banyak.

Namun, rupanya mereka belum aktif berasimilasi dengan kaum pribumi sehingga penyiaran agama Islam tidak mengalami kemajuan.Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnyamasuk Islam pada tahun 1406M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam. Salatus Salatin, juga merekam dengan baik peristiwa ini dan menceritakan bagaimana proses konversi Islam yang dialami SultanIskandar Muhammad Syah, di mana Rasulullah hadir dalam mimpinya dan mengajarkannya mengucap syahadat.

Kedatangan seorang makhdum dari Jeddah yang bernama Syed Abdul Azis yang diberitakan dalam mimpinya, dikisahkan keesokan harinya menjadi kenyataan. Dari Syed inilah Sultan Iskandar Muhammad Syah dan rakyatnya mendalami Islam. Di negara Malaka yang terkenal sebagai pusat perdagangan Internasional, para sultan turut mendukung proses islamisasi, dengan turut meningkatkan pemahaman terhadap Islam dan berpatisipasi dalam pengembangan Islam. Pemerintah memberikan kontribusi yang besar dalam mensukseskan kegiatan dakwah.

Sultan Malaka yang lebih dulu menganut islam misalnya, dilukiskan olehTome Pires – sebagaimana dikutip oleh A.C. Milner – sebagai orang yang telah mengajarkan pengetahuan agama Islam kepada para raja dari negara- negara Melayu lainnya karena pengetahuannya yang luas tentang agama islam. Selain itu, para sultan Malaka – mulai dari sultan yang pertama – begitu juga para pejabat pemerintah sangat berminat terhadap ajaran Islam.  Banyak di antara mereka yang berguru kepada ulama- ulama yang terkenal.
Sebagai contoh, sejarah melayu menyebutkan Sultan Muhammad Syah berguru kepada Maulana Abdul Azis, Sultan Mansur Syah berguru kepada Kadi Yusuf dan Maulana Abu Bakar. Sementara Sultan Mahmud Syah, Bendara Seri Maharaja, Megat Seri Rama dan Tunai Mai Ulat Bulu berguru kepada Sadr Johan, begitu juga Sultan Ahmad yang belajar ilmu tasawuf kepadanya. Kaum ulama saat itu sangat dihormati dan dihargai.

Kadi dan ahli fikih mempunyai kedudukan yang sama dengan pembesar negara yang lain. Sebagai ilustrasi, Wahid mengemukakan contoh menarik mengenai status tinggi yang dinikmati oleh para kadi dan sarjana Muslim ini. Katanya, seorang guru agama dari Arab, bernama Makhdum Sadr Johan, bisa menolak untuk mengajar penguasa Malaka, Sultan Mahmud Syah, ketika yang terahir ini menandatangi ruang kelasnya dengan menunggang seekor gajah. Hal yang sama juga terjadi pada Menteri Kepala (Bendahara), ketika yang terakhir ini datang ke kelasnya sambil minum.

Penguasa Malaka yang lain, Sultan Mansur Syah, dikisahkan konon telah mencari nasihat keagamaan dari Makhdum Patajkan, sufi ‘alim yang sangat terkenal dari Pasai. Ini semua menunjukkan betapa para ulama dihormati dan dihargai. Selain turut mendalami ajaran islam, para sultan juga diceritakan turut meningkatkan syiar islam.

Sejarah Melayu menceritakan bahwa Ramadhan, Sultan bersama pembesar istana turut berangkat ke mesjid melaksanakan shalat tarawih, di mana kala itu mesjid menjadi tumpuan umat islam terutama pada bulan Ramadhan. Respon sultan dan rakyat Malaka yang antusias terhadap kedatangan agama islam, pada gilirannya turut pula mengangkat posisi Malaka sebagai pusat kegiatan dakwah. Selain rakyatnya menyebarkan dakwah ke luar negeri, banyak pula orang luar yang datang ke Malaka untuk menuntut ilmu.

Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, dua ulama dari jawa yang begitu terkenal sebelumnya, menamatkan pengajiannya di Malaka. Adalah melalui kekuasaan kerajaan Malaka, Islamisasi kepulauan mendapat dorongan baru. Malaka menjadi salah satu pusat kunci dari mana islam berkembang dari sepanjang pesisi kewilayah- wilayah seperti kepulauan Sulu di Filipina. Agaknya, luasnya pengaruh, kekuatan ekonomi dan kejayaan Malaka telah memungkinkannya – sampai derajattertentu – menjadi pusat Islam pada saat itu.

Kejayaan dan pengaruh Malaka yang begitu besar ini diakui oleh Tome Pires yang ada pada awal abad ke- 16, mencatat bahwa “Malaka begitu penting dan menguntungkan sehingga tampak bagi saya bahwa ia tidak ada tandingannya di dunia”. Selain itu, Sejarah Melayu seperti halnya laporan dari sumber- sumber Portugis maupun Cina, juga membicarakan dengan penuh semangat, walaupun dengan agak berlebihan, mengenai kejayaan dan keluasan pengarih dan kekuatan ekonomi Malaka, suatu pengaruh yang hanya dapat diimbangi oleh kerajaan Majapahit yang berbasis di Jawa. Malaka tidak hanya menguasai beberapa kerajaan yang telah masuk Islam seperi Aru, Pedir, dan Lambri, tetapi juga menguasai daerah- daerah baru di Sumatera yang juga telah masuk Islam seperti Kampar, Indragiri, Siak, Jambi, Bengkalis, dan Lingga. Di samping itu, di Semenanjung Malaya, daerah seperti Pahang, Pattani, Kedah, Johor, serta daerah lain yang telah menerima Islam juga mengakui kekuasaan kerajaan Malaka.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Islam telah menjadi unsur penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan Malaka, pusat kunci dari mana Islam menyebar ke seluruh bagian lain di Nusantara. Sebagai pusat pengajian Islam, Malaka begitu peka terhadap perkembangan Islam. Langkah para sultan yang menitikberatkanpada pelayanan terhadap alim ulama memungkinkan Islam berkembang pesat.

Sementara itu, Islam yang mempunyai dasar filosofis dan rasional yang kuat,mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Melayu. Dalam kehidupan sehari- hari, ajaran Islam dan nilai yang konsisten dengan Islam, menjadi sumber penuntun hidup yang penting bagi Melayu. Selanjutnya, Malaka berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459—1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan antarkeluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filipina Selatan). 
Sebagaimana yang telah diketahui umum, bahwa negeri-negeri Melayu sebelum masuknya pengaruh Kerajaan British, Undang-undang asas atau Undang-undang negeri ialah Undang-undang Islam dan Adat Melayu. Pada pasal-pasal yang lain undang-undang jual beli juga dibentuk berdasarkan undang-undang Islam. Pasal 30 hukum Kanun Malaka juga menentukan barang-barang yang boleh diperniagakan serta yang tidak boleh menurut undang-undang Islam seperti arak, babi, anjing dan tuak. Untuk yang berdasarkan Hukum-hukum dan aqait Islam jelas terdapat dalam pasal 25 hingga pasal 30 yang berkaitan dengan masalah lapas ijab dan kobul dalam acara nikah, saksi-saksi dalam acara nikah, hukum iddah dalam perceraian, juga pada pasal 34 tentang hukum amanah.
Perkara yang paling menarik ialah sruktur dan sebagian dari pada kandungan hukum Kanun malaka itu sendiri. Ada hukum dan undang-undang fikih Islam yang diserap dan digunakan terus dalam undang-undang negerinya, seolah-olah teks tersebut menjadi sumber rujukan, hukum-hukum Islam pula. Umpamanya tentang hukum ibadah sembahyang dituliskan pada pasal 36 ayat 2.Begitu berkesan dan berpengaruh sekali hukum Islam terhadap hukum Kanun Malaka sehingga terdapat ekspresinya dipetik terus dari ayat al-qur’an, contohnya pada pasal 43 ayat 2 yang berbunyi : ” Bismi’l lahi al-rahman al-Rahim. Qala’ ilahu ta’ala : ati’u Allah wa ati’u ur-rasul wa uli’l amri minkum ”.Walau bagaimanapun, kedatangan Islam bukan berarti penyingkiran secara total terhadap unsur-unsur dan nilai pribumi. Malahn adat dan resam serta hukum setempat meliputi resam, norma, etika menjadi part and parcel seluruh undang-undang tadi.
Teks Sejarah Melayu telah memaparkan gambaran tentang susunan lapisan masyarakat Malaka, yang pada umumnya dapat dikelaskan pada beberapa tingkatan. Secara kasarnya, masyarakat Malaka dapat dibagi menjadi empat golongan :
1.      Golongan Diraja dan Kaum Kerabat
Golongan ini terdiri dari seorang raja yang dikelilingi oleh kerabat diraja, permaisuri serta putra-putri raja. Kuasa pemerintahan adalah terletak dibawah Baginda Raja.
2.      Golongan Bangsawan
Golongan ini pula terdiri dari pembesar dan pegawai tadbir seperti Bendahara, Penghulu Bendahari, Perdana Menteri, Temanggung, Bentara, Syahbandar. Terdapat pula kalangan pendatang yang diserap kedalam golongan ini, seperti tuan-tuan sayyid, makhdum, maulana dan kadi.
3.      Golongan Rakyat Biasa yang Merdeka
Golongan ini terdiri dari para pedagang, tukang-tukang mahir, petani dan saudagar. Terserap pula kelas nahkoda yang mempunyai kedudukan istimewa dalam masyarakat pedagang tadi
4.      Golongan Hamba
Golongan ini pula terdiri dari hamba raja, hamba berhutang dan hamba abdi. Mereka mempunyai kedudukan paling bawah dalam struktur atau lapisan masyarakatMalaka.

C.    Posisi Islam Dalam Konstitusi Malaka

Sejak malaysia meraih kemerdekaan pada tanggal 31 agustus 1957 posisi keyakinan islam semakin menonjol dalam sistem politik, islam diakui mempunyai tempat yang khusus dalam konstitusi malaysia, yang menyebutkan bahwa” islam adalah agama resmi negara” (sufyan, 1978: 167). Pada saat yang sama, konstitusi memberikan kebebasan beragama kepada komunitas non-muslim. Mereka berhak menjalankan agama mereka dan berhak memiliki kekayaan. Mendirikan sekolah-sekolah agama, mengurusi perkara-perkara mereka sendiri. Namun mereka tidak diperbolehkan berdakwah atau menyabarkan keyakinan mereka dikalangan kaum muslim, aturan ini dimaksudkan untuk membatasi pertumbuhan dan pengaruh mereka diwilayah-wilayah lain. Meskipun orang-orang nonmuslim dilindungi oleh konstitusi dan hukum, hak dan kewajiban mereka dengan kaum muslim melayu tidaklah sama.
Selain itu, para sultan menikmati kedudukan istimewa, dimana para sultan diberi wewenang dan kepercayaan sebagai pemimpin agama dinegara bagian mereka masing-masing. Sultan dipercaya sebagai pembela iman, pelindung hukum islam, pendidikan dan kebudayaan melayu. Oleh karena itu, sultan berhak menjalankan kewajiban-kewajiban moral dan agama. Pada tingkat negara, para sultan mendirikan departemen urusan agama dan pengadilan islam, mengumpulkan dan mengelola zakat, mengawasi kegiatan dakwah, mengawasi media massa, cetak, maupun elektronik, dan penyebaran agama.
Pengakuan negara atas islam sebagai agama resmi negara turut mendukung menguatnya islam di malaka. Karena pengakuan itu bnerarti bahwa negara turut membantu pelaksanaan ajaran agama islam dan memperhatikan kepentingan umat islam dinegara tersebut. Sebaliknya, sikap negara yang mengabaikan islam akan dilihat sebagai sikap yang mengabaikan undang-undang negara itu sendiri. Dengan demikian hal ini tentu saja turut mendorong bagi kuatnya pengalaman islam.[2]



PENUTUP
Kesimpulan
Sejak paruh abad ke-15, islam telah menjadi unsur penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan Malaka, pusat kunci dari mana islam menyebar keseluruh bagian lain di asia tenggara. Sebagai pusat pengajian islam, Malaka begitu peka terhadap perkembangan islam. Langkah para sultan yang menitikberatkan pada pelayanan terhadap alim ulama memungkinkan islam berkembang pesat. Sementara itu, islam yang mempunyai dasar filosofis dan rasional yang kuat, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan melayu.
Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran islam dan nilai yang konsisten dengan islam, menjadi sumber penuntun hidup yang penting bagi melayu.



DAFTAR KEPUSTAKAAN
Helmiati,2008. Dinamika Islam Asia Tenggara, Pekanbaru, Suskapers
Suhaimi, 2010. Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru, Unripers

[1]Helmiati, Dinamika Islam Asia Tenggara, Pekanbaru: Suskapers, 2008,  Hal: 29-30
[2]Suhaimi, Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekanbaru: Unripers, 2010 hal. 46-47

Related Post:




0 Response to "sejarah singkat Kesultanan Kerajaan Malaka, sumber sejarah kerajaan malaka peninggalan kerajaan malaka sejarah singkat kerajaan aceh kelebihan dan kekurangan kerajaan malaka makalah kerajaan malaka kesultanan malaka berhasil dikuasai portugis pada tahun islam mengalami kemajuan yang pesat pada waktu malaka mencapai asal usul kerajaan malaka"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel