sejarah singkat Kesultanan Kerajaan Malaka, sumber sejarah kerajaan malaka peninggalan kerajaan malaka sejarah singkat kerajaan aceh kelebihan dan kekurangan kerajaan malaka makalah kerajaan malaka kesultanan malaka berhasil dikuasai portugis pada tahun islam mengalami kemajuan yang pesat pada waktu malaka mencapai asal usul kerajaan malaka
Tuesday, July 10, 2018
Add Comment
Sejarah Singkat Kesultanan Kerajaan Malaka, Awal Berdirinya Kesultanan Malaka, Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam, Posisi Islam Dalam Konstitusi Malaka
PENDAHULUAN
Kota Malaka pada abad ke-15 adalah sebuah
entrepot. Sebagai kota atau bandar pelabuhan, kekuatan dan ketahanannya dapat
dikekalkan sebab adanya kegiatan dan usaha-usaha perdagangan secara
besar-besaran sehingga apabila diambil kira Malaka sebagai penguasa kelautan
melayu, kegiatan dan usaha inilah yang mendasari faktor ekonominya, faktor ini
juga yang menjadikan Malaka sebagai kuasa dibagian barat laut nusantara yang
cukup unggul. Malaka sebenarnya menjadi penyambung rantai lalu lintas
perdagangan dilaut diantara bagian timur dengan bagian barat dunia.Malaka
menjadi sebagian sistem perjalanan dan perdagangan dunia yang amat penting
sepanjang abad ke-15 dan beberapa abad setelah itu. Oleh karena itu, inilah
yang menyebabkan orang-orang Portugis bersungguh-sungguh mau menguasai dan
menaklukan Malaka.
PEMBAHASAN
A. Awal Berdirinya Kesultanan Malaka
Pembentukan negara Malaka disinyalir ada
kaitannya dengan perang saudara di Majapahit setelah Hayam Wuruk (1360-89 M)
meninggal dunia. Sewaktu perang saudara tersebut, Parameswara, Putra raja
Sriwijaya – Palembang turut terlibat karena ia menikah dengan salah seorang
putri Majapahit. Parameswara kalah dalam perang tersebut dan melarikan diri ke
Tumasik (sekarang Singapura) yang berada di bawah pemerintahan Siam saat itu.
Beliau membunuh penguasa Tumasik, yang bernama Temagi dan kemudian menobatkan
dirinya sebagai penguasa baru. Persoalan ini diketahui oleh Kerajaan Siam dan
memutuskan untuk menuntut balas atas kematian Temagi. Parameswara dan
pengikutnya mengundurkan diri ke Muar dan akhirnya sampai di Malaka lalu
membuka sebuah kerajaan baru di sana pada tahun 1402 M.
Menurut versi ini, kedatangan islam ke
Malaka terjadi tahun 1406 M, ketika Parameswara menganut Islam dan mengganti
nama menjadi Muhammad Iskandar Syah. Pengislamannya diikuti oleh
pembesar-pembesar istana dan rakyat jelata. Dengan demikian Islam mulai
tersebar di Malaka.
Parameswara (Muhammad Iskandar Syah)
memerintah selama 20 tahun. Baginda mendapati Malaka sebagai sebuah kampung dan
meninggalkannya sebagai sebuah kota serta pusat perdagangan terpenting di Selat
Malaka, sehingga orang-orang Arab menggelarinya sebagai malakat (perhimpunan
segala pedagang). Kitab sejarah melayu (The Malay Annals), turun menceritakan
bahwa raja Malaka, Megat Iskandar Syah, adalah orang pertama di kesultanan itu
yang memeluk agama Islam. Selanjutnya ia memerintahkan segenap warganya baik
yang berkedudukan tinggi maupun rendah untuk menjadi Muslim.
Respon sultan dan rakyat malaka yang
antusias terhadap kedatangan islam, pada gilirannya turut pula mengangkat
posisi malaka sebagai pusat kegiatan dakwah. Selain rakyatnya menyebarkan
dakwah keluar negeri, banyak pula orang luar yang datang ke malaka untuk
menuntut ilmu. Sunan bonang dan sunan kalijaga adalah dua ulama dari jawa yang
begitu terkenal menamatkan pengajiannya dimalaka.
Malaka menjadi salah satu pusat kunci dari
mana islam berkembang disepanjangpesisir kewilayah-wilayah seperti kepulauan
sulu di filipina. Kejayaan dan pengaruh malaka yang begitu besar diakui oleh
Tomepires yang pada awal abad ke-16, mencatat bahwa “malaka begitu penting dan
menguntungkan sehingga tampak bagi saya bahwa ia tidak ada tandingannya didunia”.
Malaka tidak hanya menguasai beberapa
kerajaan yang telah masuk islam seperi Aru, Pedir, dan Lambri, tetapai juga
menguasai daerah-daerah baru disumatera yang juga telah masuk islam seperti
kampar, indra giri, siak, jambi, bengkalis, riau, dan lingga. Disamping itu,
disemenanjung malaya, daerah seperti pahang, pattani, kedah, johor, serta
daerah lain yang telah menerima islam juga mngakui kekuasaan kerajaan
malaka.[1]
B. Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam
Sebelum muncul dan tersebarnya Islam di
Semenanjung Arabia, para pedagang Arab telah lama mengadakan hubungan dagang di
sepanjang jalan perdagangan antara Laut Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya
agama Islam semakin memberikan dorongan pada perkembangan perniagaan Arab,
sehingga jumlah kapal maupun kegiatan perdagangan mereka di kawasan timur
semakin besar.
Pada abad VIII, para pedagang Arab sudah
banyak dijumpai di pelabuhan Negeri Cina. Diceritakan, pada tahun 758 M, Kanton
merupakan salah satu tempat tinggal para pedagang Arab. Pada abad IX, di setiap
pelabuhan yang terdapat di sepanjang rute perdagangan ke Cina, hampir dapat
dipastikan ditemukan sekelompok kecil pedagang Islam. Pada abad XI, mereka juga
telah tinggal di Campa dan menikah dengan penduduk asli, sehingga jumlah pemeluk
Islam di tempat itu semakin banyak.
Namun, rupanya mereka belum aktif
berasimilasi dengan kaum pribumi sehingga penyiaran agama Islam tidak mengalami
kemajuan.Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai
dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di
Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara
akhirnyamasuk Islam pada tahun 1406M. Dengan masuknya raja ke dalam agama
Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga
banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam. Salatus Salatin, juga merekam dengan
baik peristiwa ini dan menceritakan bagaimana proses konversi Islam yang
dialami SultanIskandar Muhammad Syah, di mana Rasulullah hadir dalam mimpinya
dan mengajarkannya mengucap syahadat.
Kedatangan seorang makhdum dari Jeddah
yang bernama Syed Abdul Azis yang diberitakan dalam mimpinya, dikisahkan
keesokan harinya menjadi kenyataan. Dari Syed inilah Sultan Iskandar Muhammad
Syah dan rakyatnya mendalami Islam. Di negara Malaka yang terkenal sebagai
pusat perdagangan Internasional, para sultan turut mendukung proses islamisasi,
dengan turut meningkatkan pemahaman terhadap Islam dan berpatisipasi dalam
pengembangan Islam. Pemerintah memberikan kontribusi yang besar dalam mensukseskan
kegiatan dakwah.
Sultan Malaka yang lebih dulu menganut
islam misalnya, dilukiskan olehTome Pires – sebagaimana dikutip oleh A.C.
Milner – sebagai orang yang telah mengajarkan pengetahuan agama Islam kepada
para raja dari negara- negara Melayu lainnya karena pengetahuannya yang luas
tentang agama islam. Selain itu, para sultan Malaka – mulai dari sultan yang
pertama – begitu juga para pejabat pemerintah sangat berminat terhadap ajaran
Islam. Banyak di antara mereka yang berguru kepada ulama- ulama yang
terkenal.
Sebagai contoh, sejarah melayu menyebutkan
Sultan Muhammad Syah berguru kepada Maulana Abdul Azis, Sultan Mansur Syah
berguru kepada Kadi Yusuf dan Maulana Abu Bakar. Sementara Sultan Mahmud Syah,
Bendara Seri Maharaja, Megat Seri Rama dan Tunai Mai Ulat Bulu berguru kepada
Sadr Johan, begitu juga Sultan Ahmad yang belajar ilmu tasawuf kepadanya. Kaum
ulama saat itu sangat dihormati dan dihargai.
Kadi dan ahli fikih mempunyai kedudukan
yang sama dengan pembesar negara yang lain. Sebagai ilustrasi, Wahid
mengemukakan contoh menarik mengenai status tinggi yang dinikmati oleh para
kadi dan sarjana Muslim ini. Katanya, seorang guru agama dari Arab, bernama
Makhdum Sadr Johan, bisa menolak untuk mengajar penguasa Malaka, Sultan Mahmud
Syah, ketika yang terahir ini menandatangi ruang kelasnya dengan menunggang
seekor gajah. Hal yang sama juga terjadi pada Menteri Kepala (Bendahara),
ketika yang terakhir ini datang ke kelasnya sambil minum.
Penguasa Malaka yang lain, Sultan Mansur
Syah, dikisahkan konon telah mencari nasihat keagamaan dari Makhdum Patajkan,
sufi ‘alim yang sangat terkenal dari Pasai. Ini semua menunjukkan betapa para
ulama dihormati dan dihargai. Selain turut mendalami ajaran islam, para sultan
juga diceritakan turut meningkatkan syiar islam.
Sejarah Melayu menceritakan bahwa
Ramadhan, Sultan bersama pembesar istana turut berangkat ke mesjid melaksanakan
shalat tarawih, di mana kala itu mesjid menjadi tumpuan umat islam terutama
pada bulan Ramadhan. Respon sultan dan rakyat Malaka yang antusias terhadap
kedatangan agama islam, pada gilirannya turut pula mengangkat posisi Malaka
sebagai pusat kegiatan dakwah. Selain rakyatnya menyebarkan dakwah ke luar
negeri, banyak pula orang luar yang datang ke Malaka untuk menuntut ilmu.
Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, dua ulama
dari jawa yang begitu terkenal sebelumnya, menamatkan pengajiannya di Malaka.
Adalah melalui kekuasaan kerajaan Malaka, Islamisasi kepulauan mendapat
dorongan baru. Malaka menjadi salah satu pusat kunci dari mana islam berkembang
dari sepanjang pesisi kewilayah- wilayah seperti kepulauan Sulu di Filipina.
Agaknya, luasnya pengaruh, kekuatan ekonomi dan kejayaan Malaka telah
memungkinkannya – sampai derajattertentu – menjadi pusat Islam pada saat itu.
Kejayaan dan pengaruh Malaka yang begitu
besar ini diakui oleh Tome Pires yang ada pada awal abad ke- 16, mencatat bahwa
“Malaka begitu penting dan menguntungkan sehingga tampak bagi saya bahwa ia
tidak ada tandingannya di dunia”. Selain itu, Sejarah Melayu seperti halnya
laporan dari sumber- sumber Portugis maupun Cina, juga membicarakan dengan
penuh semangat, walaupun dengan agak berlebihan, mengenai kejayaan dan keluasan
pengarih dan kekuatan ekonomi Malaka, suatu pengaruh yang hanya dapat diimbangi
oleh kerajaan Majapahit yang berbasis di Jawa. Malaka tidak hanya menguasai
beberapa kerajaan yang telah masuk Islam seperi Aru, Pedir, dan Lambri, tetapi
juga menguasai daerah- daerah baru di Sumatera yang juga telah masuk Islam
seperti Kampar, Indragiri, Siak, Jambi, Bengkalis, dan Lingga. Di samping itu,
di Semenanjung Malaya, daerah seperti Pahang, Pattani, Kedah, Johor, serta
daerah lain yang telah menerima Islam juga mengakui kekuasaan kerajaan Malaka.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
Islam telah menjadi unsur penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan Malaka,
pusat kunci dari mana Islam menyebar ke seluruh bagian lain di Nusantara.
Sebagai pusat pengajian Islam, Malaka begitu peka terhadap perkembangan Islam.
Langkah para sultan yang menitikberatkanpada pelayanan terhadap alim ulama
memungkinkan Islam berkembang pesat.
Sementara itu, Islam yang mempunyai dasar
filosofis dan rasional yang kuat,mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Melayu.
Dalam kehidupan sehari- hari, ajaran Islam dan nilai yang konsisten dengan
Islam, menjadi sumber penuntun hidup yang penting bagi Melayu. Selanjutnya,
Malaka berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara,
hingga mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah
(1459—1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama
Islam. Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk
agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan
perkawinan antarkeluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara
bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para tentara ini
akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung,
mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari Malaka, Islam
kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau
(Filipina Selatan).
Sebagaimana yang telah diketahui umum,
bahwa negeri-negeri Melayu sebelum masuknya pengaruh Kerajaan British,
Undang-undang asas atau Undang-undang negeri ialah Undang-undang Islam dan Adat
Melayu. Pada pasal-pasal yang lain undang-undang jual beli juga dibentuk
berdasarkan undang-undang Islam. Pasal 30 hukum Kanun Malaka juga menentukan
barang-barang yang boleh diperniagakan serta yang tidak boleh menurut
undang-undang Islam seperti arak, babi, anjing dan tuak. Untuk yang berdasarkan
Hukum-hukum dan aqait Islam jelas terdapat dalam pasal 25 hingga pasal 30 yang
berkaitan dengan masalah lapas ijab dan kobul dalam acara nikah, saksi-saksi
dalam acara nikah, hukum iddah dalam perceraian, juga pada pasal 34 tentang
hukum amanah.
Perkara yang paling menarik ialah sruktur
dan sebagian dari pada kandungan hukum Kanun malaka itu sendiri. Ada hukum dan
undang-undang fikih Islam yang diserap dan digunakan terus dalam undang-undang
negerinya, seolah-olah teks tersebut menjadi sumber rujukan, hukum-hukum Islam
pula. Umpamanya tentang hukum ibadah sembahyang dituliskan pada pasal 36 ayat
2.Begitu berkesan dan berpengaruh sekali hukum Islam terhadap hukum Kanun
Malaka sehingga terdapat ekspresinya dipetik terus dari ayat al-qur’an, contohnya
pada pasal 43 ayat 2 yang berbunyi : ” Bismi’l lahi al-rahman al-Rahim. Qala’
ilahu ta’ala : ati’u Allah wa ati’u ur-rasul wa uli’l amri minkum ”.Walau
bagaimanapun, kedatangan Islam bukan berarti penyingkiran secara total terhadap
unsur-unsur dan nilai pribumi. Malahn adat dan resam serta hukum setempat
meliputi resam, norma, etika menjadi part and parcel seluruh undang-undang
tadi.
Teks Sejarah Melayu telah memaparkan
gambaran tentang susunan lapisan masyarakat Malaka, yang pada umumnya dapat
dikelaskan pada beberapa tingkatan. Secara kasarnya, masyarakat Malaka dapat
dibagi menjadi empat golongan :
1. Golongan Diraja dan
Kaum Kerabat
Golongan ini terdiri dari seorang raja
yang dikelilingi oleh kerabat diraja, permaisuri serta putra-putri raja. Kuasa
pemerintahan adalah terletak dibawah Baginda Raja.
2. Golongan Bangsawan
Golongan ini pula terdiri dari pembesar
dan pegawai tadbir seperti Bendahara, Penghulu Bendahari, Perdana Menteri,
Temanggung, Bentara, Syahbandar. Terdapat pula kalangan pendatang yang diserap
kedalam golongan ini, seperti tuan-tuan sayyid, makhdum, maulana dan kadi.
3. Golongan Rakyat
Biasa yang Merdeka
Golongan ini terdiri dari para pedagang,
tukang-tukang mahir, petani dan saudagar. Terserap pula kelas nahkoda yang mempunyai
kedudukan istimewa dalam masyarakat pedagang tadi
4. Golongan Hamba
Golongan ini pula terdiri dari hamba raja,
hamba berhutang dan hamba abdi. Mereka mempunyai kedudukan paling bawah dalam
struktur atau lapisan masyarakatMalaka.
C. Posisi Islam Dalam Konstitusi Malaka
Sejak malaysia meraih kemerdekaan pada
tanggal 31 agustus 1957 posisi keyakinan islam semakin menonjol dalam sistem
politik, islam diakui mempunyai tempat yang khusus dalam konstitusi malaysia,
yang menyebutkan bahwa” islam adalah agama resmi negara” (sufyan, 1978: 167).
Pada saat yang sama, konstitusi memberikan kebebasan beragama kepada komunitas
non-muslim. Mereka berhak menjalankan agama mereka dan berhak memiliki
kekayaan. Mendirikan sekolah-sekolah agama, mengurusi perkara-perkara mereka
sendiri. Namun mereka tidak diperbolehkan berdakwah atau menyabarkan keyakinan
mereka dikalangan kaum muslim, aturan ini dimaksudkan untuk membatasi
pertumbuhan dan pengaruh mereka diwilayah-wilayah lain. Meskipun orang-orang
nonmuslim dilindungi oleh konstitusi dan hukum, hak dan kewajiban mereka dengan
kaum muslim melayu tidaklah sama.
Selain itu, para sultan menikmati
kedudukan istimewa, dimana para sultan diberi wewenang dan kepercayaan sebagai
pemimpin agama dinegara bagian mereka masing-masing. Sultan dipercaya sebagai
pembela iman, pelindung hukum islam, pendidikan dan kebudayaan melayu. Oleh
karena itu, sultan berhak menjalankan kewajiban-kewajiban moral dan agama. Pada
tingkat negara, para sultan mendirikan departemen urusan agama dan pengadilan
islam, mengumpulkan dan mengelola zakat, mengawasi kegiatan dakwah, mengawasi
media massa, cetak, maupun elektronik, dan penyebaran agama.
Pengakuan negara atas islam sebagai agama
resmi negara turut mendukung menguatnya islam di malaka. Karena pengakuan itu
bnerarti bahwa negara turut membantu pelaksanaan ajaran agama islam dan
memperhatikan kepentingan umat islam dinegara tersebut. Sebaliknya, sikap
negara yang mengabaikan islam akan dilihat sebagai sikap yang mengabaikan
undang-undang negara itu sendiri. Dengan demikian hal ini tentu saja turut
mendorong bagi kuatnya pengalaman islam.[2]
PENUTUP
Kesimpulan
Sejak paruh abad ke-15, islam telah
menjadi unsur penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan Malaka, pusat kunci
dari mana islam menyebar keseluruh bagian lain di asia tenggara. Sebagai pusat
pengajian islam, Malaka begitu peka terhadap perkembangan islam. Langkah para
sultan yang menitikberatkan pada pelayanan terhadap alim ulama memungkinkan
islam berkembang pesat. Sementara itu, islam yang mempunyai dasar filosofis dan
rasional yang kuat, mempengaruhi berbagai aspek kehidupan melayu.
Dalam kehidupan sehari-hari, ajaran islam
dan nilai yang konsisten dengan islam, menjadi sumber penuntun hidup yang
penting bagi melayu.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Helmiati,2008. Dinamika Islam Asia
Tenggara, Pekanbaru, Suskapers
Suhaimi, 2010. Sejarah Islam Asia
Tenggara, Pekanbaru, Unripers
[1]Helmiati, Dinamika Islam Asia Tenggara,
Pekanbaru: Suskapers, 2008, Hal: 29-30
[2]Suhaimi, Sejarah Islam Asia Tenggara,
Pekanbaru: Unripers, 2010 hal. 46-47
0 Response to "sejarah singkat Kesultanan Kerajaan Malaka, sumber sejarah kerajaan malaka peninggalan kerajaan malaka sejarah singkat kerajaan aceh kelebihan dan kekurangan kerajaan malaka makalah kerajaan malaka kesultanan malaka berhasil dikuasai portugis pada tahun islam mengalami kemajuan yang pesat pada waktu malaka mencapai asal usul kerajaan malaka"
Post a Comment