Masalah Pengelolaan Kelas, masalah pengelolaan kelas pdf perbedaan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas masalah individu dalam pengelolaan kelas contoh masalah di kelas dan cara mengatasinya pendekatan pengelolaan kelas masalah dalam kelas dan upaya pemecahannya masalah yang sering muncul dalam pengelolaan kelas dan solusinya tantangan manajemen kelas Navigasi Halaman
Sunday, July 1, 2018
Add Comment
Masalah Pengelolaan Kelas, jenis-jenis masalah pengelolaan kelas, pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.
Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak
didik. Permasalahan belajar adalah segala masalah yang terjadi selama proses
belajar itu sendiri. Masalah-masalah belajar tetap akan dijumpai. Hal ini
merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis, sehingga
perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada
siswa.
Agar aktivitas – aktivitas
pembelajaran yang dilakukan guru dapat lebih terarah, dan guru dapat memahami
persoalan- persoalan belajar yang sering kali atau pada umumnya terjadi
dikebanyakan siswa dalam berbagai bentuk aktivitas pembelajaran, maka akan
lebih baik bilamana guru memiliki bekal pemahaman tentang masalah – masalah
belajar.
Pemahaman tentang masalah
belajar memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan munculnya
masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Kita sebagai
calon seorang guru harus mengetahui masalah-masalah yang di hadapi siswa,
terutama siswa di sekolah menengah yang rentan dengan masalah belajar. Hal ini
bertujuan agar kita memperoleh gambaran secara rinci mengenai berbagai
permasalahan belajar.Oleh karena itu maka perlu di jelaskan lebih lanjut
mengenai masalahmasalah dalam lokal dan pendekatannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah
jenis-jenis masalah pengelolaan kelas?
2. Apa saja
pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui jenis-jenis masalah pengelolaan kelas.
2. Untuk
mengetahui pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengelolaan kelas adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan
baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah bersumber dari kondisi
tempat belajar dan pelajar yang terlibat dalam belajar Kondisi tempat belajar
misalnya bisa berupa ruang kotor, papan tulis rusak, meja kursi rusak, dan
sebagainya dapat mengganggu belajar.
Dalam menangani tugasnya,
guru-guru sering menghadapi permasalahan dengan kegiatan-kegiatan didalam
kelasnya. Permasalahan ini meliputi dua jenis juga, yaitu yang menyangkut
pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan kelas. Guru-guru harus mampu
membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat. Amat
sering terjadi guru-guru menangani masalah yangbersifat pengajaran dengan
pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya. Misalnya, seorang guru
berusaha membuat penyajian pelajaran lebih menarik agar siswa yang sering tidak
masuk menjadi lebih tertarik untuk menghadiri pelajaran itu, padahal siswa
tersebut tidak senang berada di kelas itu karena dia merasa tidak diterima oleh
kawan-kawannya. Pemecahan seperti ini tentu saja tidak tepat. “Membuat
pelajaran lebih menarik” adalah permasalahan pengajaran, sedangkan “diterima
atau tidak diterima oleh kawan” adalah permasalahan pengelolaan. Masalah
pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan
masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
Untuk dapat menangani masalah-masalah
pengelolaan kelas secara efektif guru harus mampu:
1. Mengenali
secara tepat berbagai jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat
perorangan maupun kelompok;
2. Memahami
pendekatan mana yang cocok dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.
3. Memilih dan
menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang dimaksud.
Dalam salah satu tulisannya
Raka Joni mengupas tentang pengelolaan kelas. Menurutnya pengelolaan kelas
merupakan salah satu keterampilan penting yang harus dikuasai guru. Pengelolaan
kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih
menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut
dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan
upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta
didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian
tugas oleh peserta didik secara tepat waktupenetapan norma kelompok yang
produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Ada dua jenis masalah
pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual dan yang
bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan atau individual dan
masalah kelompok seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari
yang lain. Namun demikian, pembedaan antara kedua jenis masalah itu akan
bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan menangani permasalahan
yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.
Masalah pengelolaan kelas tersebut, yaitu :
1. Masalah Individual :
Penggolongan masalah individual
ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada
pencapaian suatu tujuan. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk
memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal
mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah
laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku
menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas dan
memperlihatkan ketidakmampuan. Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama
makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain
boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan.
- Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
Seorang siswa yang gagal
menemukan kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang
saling menerima biasanya (secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari
perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang aktif
dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, melawak(memperolok), membuat
onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya; singkatnya, tukang
rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada
anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
- Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan)
Tingkah laku mencari kekuasaan
sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan
yang aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat,
tidak mau melakukan yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak
patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan yang pasif tampak pada anak-anak yang
amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan apa-apa sama sekali.
Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan
ketidakpatuhan.
- Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
Siswa yang menuntut balas
mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya
mencari sukses dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara
fisik (mencakar, menggigit, menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau
pengusaha, ataupun terhadap binatang sering dilakukan anak-anak ini. Anak-anak
seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan pemain-pemain
yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini
biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif. Anak-anak penuntut
balas yang aktif sering dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang
yang pasif dikenal sebagai anak-anak pencemberut dan tidak patuh (suka
menetang).
- Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Siswa yang memperlihatkan
ketidakmampuan pada dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu
yang dikehendakinya (yaitu rasa memiliki) yang bersikap menyerah terhadap
tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini menganggap bahwa yang ada
dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus. Perasaan tanpa harapan dan
tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau
memencilkan diri. Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk
pasif.
Keempat masalah individual
tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang,
yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan
orang lain atau kelompok.
Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah individu seperti diuraikan diatas pada diri para siswa.
a. Jika guru
merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu
merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari
perhatian.Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan
tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari
kekuasaan.
b. Jika guru
merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan
mungkin mengalami masalah menuntut balas.
c. Jika guru
merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru
hendaknya benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah
laku siswa-siswa yang dimaksud (apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke
mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan
ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
2. Masalah kelompok
Dikenal adanya tujuh masalah
kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas :
- Kurangnya kekompakan
Kurangnya kekompakan kelompok
ditandai dengan adanya kekurang-cocokkan (konflik) diantara para anggota
kelompok. Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang berjenis kelamin atau
bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat
dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat
yang diwarnai oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di
kelas seperti ini akan merasa tidak senang dengan kelompok kelasnya sehingga
mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka duduki itu. Para siswa
tidak saling bantu membantu.
- Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
Jika suasana kelas menunjukkan
bahwa siswa-siswa tidak mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan,
maka masalah yang kedua muncul, yaitu kekurang-mampuan mengikuti peraturan
kelompok. Contoh-contoh masalah ini ialah berisik; bertingkah laku mengganggu
padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-keras atau
mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria
dan lain-lain.
- Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
Reaksi negatif terhadap anggota
kelompok terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap
anggota kelompok yang tidak diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang
menyimpang dari aturan kelompok atau anggota kelompok yang menghambat kegiatan
kelompok. Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini kemudian “dipaksa” oleh
kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
- Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang.
Penerimaan kelompok (kelas)
atas tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong
timbulnya dan mendukung anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari
norma-norma sosial pada umumnya. Contoh yang amat umum ialah perbuatan
memperolok-olokan (memperlawakkan), misalnya membuat gambar-gambar yang “lucu”
tentang guru. Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan
telah berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat
perhatian.
- Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.
Masalah kelompok anak timbul
dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya. Dalam hal ini
kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak
berarti atau bahkan memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran
kegiatan kelompok itu. Contoh yang sering terjadi ialah para siswa menolak
untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika hal ini
terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
- Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes.
Masalah kelompok yang paling
rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan
kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung. Permintaan
penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa
mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di rumah, tidak dapat
mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan
contoh-contoh protes atau keengganan bekerja. Pada umumnya protes dan
keengganan seperti itu disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara
terbuka biasanya jarang terjadi.
- Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Ketidak-mampuan menyesuaikan
diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak
wajar terhadap peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan
kelompok, perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan
jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi
sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai
ancaman terhadap keutuhan kelompok. Contoh yang paling sering terjadi ialah
tingkah laku yang tidak sedap pada siswa terhadap guru pengganti, padahal
biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.
3. Pendekatan-Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Untuk mengatasi masalah dalam
pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan :
a. Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang mendasari
penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu
merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas
dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku
positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif).
Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan
secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah
baru.
b. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari
penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik
didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik –
guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting
bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers
mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness,
congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance,
prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri
(emphatic understanding).
Selain itu juga dikemukakan
William Glasser bahwa guru sebaiknya membantu mengarahkan peserta didik untuk
mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah;
menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed
terhadap rencana yang telah dibuat memupuk keberanian menanggung akibat “kurang
menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru
yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs
mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab;
memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil
keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.
c. Group Process Approach
Asumsi yang mendasari
penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam
konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok
yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck
mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu :
(a)mutualexpectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c)
norm; (d) communication; (d) cohesiveness.
d. Pendekatan Otoriter
Pandangan yang otoriter dalam
pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk nienciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses untuk
mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah
yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
1. perintah dan
larangan
2. penekanan dan
penguasaan
3. penghukuman dan
pengancaman
4. Pendekatan
perintah dan larangan
e. Pendekatan
Permisif
Pendekatan yang primisif dalam
pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan pengajar yang memaksimalkan
kebebasan pembelajar untuk melakukan sesuatu. Sehingga pembelajar bila
kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan pembelajar. Berbagai
bentuk pendekatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan
segala inisiatif dan tindakan pada diri pembelajar.
1. Tindakan
pendekatan pengalihan dan pemasabodohan merupakan tindakan yang bersifat
premisif. Dari tindakan pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh
pembelajar:
2. Meremehkan
sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali
3. Memberi peluang
kemalasan dan menunda pekerjaan .
4. Menukar dan
mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya
5. Menukar
kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain
6. Mengalihkan
tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota.
f. Pendekatan
membiarkan dan memberi kebebasan
Sekali lagi pengajar memandang
pembelajar telah mampu meiakiikan sesuatu dengan prosedur yang benar. “Biarlah
mereka bekerja sendiri dengan bebas”, Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan
kelompok lainnya kurang atau malahan lebih rendah. Kedua pendekatan inipun
kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta memandang
ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar dan pembelajar tampak
bebas, kurang memikat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah kami,
dapat disimpulkan bahwa:
Masalah-masalah yang sudah
dijelaskan diatas merupakan masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah
individual peserta didik, sedangkan yang menyangkut kelompok yaitu kelas kurang
kohesif atau kurangnya kepaduan antar sesama. Hal ini biasanya dikarenakan alasan
jenis kelamin, suku, tingkatan, sosial ekonomi, dan sebagainya.
Pendekatan dalam manajemen
kelas oleh guru dapat dilakukan dengan berbagai ciri, diantaranya yaitu
pendekatan otoriter. Pada pendekatan ini guru merasa bahwa siswa perlu diawasi
dan diatur. Pendekatan intimidasi dilakukan untuk mengawasi siswa dan
menertibkan siswa dengan cara intimidasi. Selanjutnya yaitu pendekatan
permisif, yaitu guru melakukan pendekatan dengan memberikan kebebasan kepada
siswa mengenai apa yang ingin dilakukan siswa, sedangkan guru hanya memantau.
Jika guru menggunakan pendekatan resep masakan berarti siswa harus mengikuti
dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa
yang tidak boleh dilakukan. Guru juga bisa menggunakan pendekatan pengajaran
yang bisa dilakukan dengan menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk
menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan.
Selain itu, ada juga pendekatan
modifikasi perilaku yang mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa.
Pendekatan iklim sosio-emosional lebih mengutamakan hubungan sosial yang
terjadi antara guru dan murid, yaitu saling menjalin hubungan yang positif
antara guru dan siswa. Yang terakhir adalah pendekatan sistem proses kelompok
atau dinamika kelompok yang berusaha meningkatkan dan memelihara kelompok kelas
yang efektif dan produktif.
B. Saran
Demikanlah hasil makalah ini,
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca semuanya.
Akhirnya kami ucapkan terimah
kasih. Billahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum. Wr. Wb.
DAFTAR PUSTAKA
Mudassir. 2011. Manajemen
kelas. Nusa Media Yogyakarta
Manan Rahman. MenejemenKelas.
(Jakarta: ProyekPendidikan Guru SD,1998)
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2197011-masalah-pengelolaan-kelas,
diaksestgl: 27-03-2012
http://blog.tp.ac.id/tag/pengertian-masalah-sosial-dlm-sistem-pembelajaran-klasikal,
diaksestgl: 27-03-2012
0 Response to "Masalah Pengelolaan Kelas, masalah pengelolaan kelas pdf perbedaan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas masalah individu dalam pengelolaan kelas contoh masalah di kelas dan cara mengatasinya pendekatan pengelolaan kelas masalah dalam kelas dan upaya pemecahannya masalah yang sering muncul dalam pengelolaan kelas dan solusinya tantangan manajemen kelas Navigasi Halaman"
Post a Comment