Pengertian Aliran Perenialisme dan Latar Belakang Munculnya Aliran Perenialisme, jurnal aliran perenialisme makalah aliran perenialisme dan rekonstruksionisme kelebihan dan kekurangan aliran perenialisme dalam pendidikan aliran esensialisme aliran progresivisme pertanyaan tentang aliran filsafat perenialisme aksiologi perenialisme pengertian perenialisme essensialisme dan eksistensialisme
Written By
Muhammad Azhar
Wednesday, June 27, 2018
Apa pengertian aliran perennialisme ?, Apa latar belakang munculnya aliran perenialisme ?, Siapa sajakah tokoh aliran perenialisme ?, Bagaimana konsep dasar atau pandangan aliran perenialisme ?
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat ialah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan di jabarkan dalam konsep mendasar.filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memeberikan argumentasi dan alas an yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu di masukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi , mutlak di perlukan logika berfikir dan logika bahasa. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi tertentu berciri eksak, di samping nuansa khas filsafat , spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan. Filsafat juga bias berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanyatidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptic yang mempertanyakan segala hal.
Mula-mula filsafat berarti sifat seseorang yang berusaha menjadi bijak, selanjutnya filsafat mulai menyempit yaitu lebih menekankan pada latihan berpikir untuk memenuhi kesenangan intelektual ( intellectual curiosity ), juga filsafat pada masa ini telah menjawab pertanyaan yang tinggi yaitu pertanyaan yang tidak bisa jawab oleh sains. Secara terminologi filsafat banyak di artikan oleh para ahli secara berbeda, perbedaan konotasi filsafat di sebabkan oleh pengaruh lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian aliran perennialisme ?
2. Apa latar belakang munculnya aliran perenialisme ?
3. Siapa sajakah tokoh aliran perenialisme ?
4. Bagaimana konsep dasar atau pandangan aliran perenialisme ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian perennialisme
2. Untuk mengetahui latar belakang munculnya aliran perenialisme
3. Untuk mengetahui siapa sajakah tokoh aliran perenialisme
4. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar atau pandangan aliran perenialisme
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian aliran perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialis menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural.
Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan. Peradaban – kuno (Yunani Purba) dan abad pertengahan dianggap sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di dunia dari masa ke masa dari abad keabad .
Pandangan-pandangan yang telah menjadi dasar budaya manusia tersebut, telah teruji kemampuan dan kekukuhan oleh sejarah. Pandangan-pandangan Plato dan Aristoteles mewakili peradapan Yunani Kuno, serta ajaran Thomas Aquina dari abad pertengahan. Kaum perenialis percaya bahwa ajaran dari tokoh-tokoh tersebut memiliki kualitas yang dapat dijadikan tuntutan hidup dan kehidupan manusia pada abad ke dua puluh ini.
Mohammad Noor Syam (1984) mengemukan pandangan perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme tidak melihat jalan yang menyakinkan selain, kembali pada prinsip-prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk suatu sikap kebiasaan, bahwa kepribadian manusia yaitu kebudayaan dahulu (Yunani Kuno).
Menurut Ali Saifullah, aliran perenialisme termasuk dalam kategori filsafat pendidikan akademis-skolastik. Kategori ini meliputi dua kelompok yakni aliran perenialisme sendiri, essensialisme, idealisme dan realisme, dan kelompok progressif meliputi progresivisme, rekonstruksionisme dan eksistensialisme.
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai continuing throughout the whole yearatau lasting for a very long time, yang bermakna abadi atau kekal. Dari makna tersebut mempunyai maksud bahwa Perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal dan abadi (Khobir, 2009:62). Perenialisme memberikan pemecahan dengan jalan regressive road to culture, yaitu jalan kembali atau mundur kepada kebudayaan lama (masa lampau), kebudayaan yang dianggap ideal dan telah teruji ketangguhannya. Disinilah pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam rangka mengembalikan keadaan manusia modern kepada kebudayaan masa lampau yang ideal tersebut.
2. Latar Belakang Munculnya Aliran Perenialisme
A. Teori kependidikan kalangan perenialis mencuat sebagai sebuah pemikiran formal (resmi) pada dekade 1930-an sebagai bentuk reaksi terhadap kalangan progresif. Perenialisme modern secara umum menampilkan sebuah penolakan besar-besaran terhadap cara pandang progresif. Bagi kalangan perenealis, permanensi (keajegan), meskipun pergolakan-pergolakan politik dan sosial yang sangat menonjol, adalah lebih riil (nyata) dari pada konsep perubahan kalangan pragmatis. Dengan demikian kalangan perenialis mempelopori gerakan kembali pada hal-hal absolut dan memfokuskan pada ide-gagasan yang luhur (menyejarah dari budaya manusia), ide-gagasan ini telah terbukti keabsahan dan kegunaannya karena mampu bertahan dari ujian waktu. Perenialisme menekankan arti penting akal budi, nalar, dan karya-karya besar pemikir masa lalu
B. proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal dimaksud, “education as cultural regression.” Perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain kembali kepada prinsip-prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan, bahkan kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan kebudayaan abad pertengahan.
3. Tokoh-Tokoh Aliran Perenialisme
A. Plato
Plato (427-347 SM), hidup pada zaman kebudayaan yang sarat dengan ketidakpastian, yaitu filsafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral merupakan sofisme adalah manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak ada kepastian dalam moral, tidak ada kepastian dalam kebenaran, tergantung pada masing-masing individu. Plato berpandangan bahwa realitas yang hakiki itu tetap tidak berubah. Realitas atau kenyataan-kenyataan itu tidak ada pada diri manusia sejak dari asalnya, yang berasal dari realitas yang hakiki. Menurut Plato, “dunia ideal”, bersumber dari ide mutlak, yaitu Tuhan. Kebenaran, pengetahuan, dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang semuanya bersumber dari ide yang mutlak tadi. Manusia tidak mengusahakan dalam arti menciptakan kebenaran, pengetahuan, dan nilai moral, melainkan bagaimana manusia menemukan semuanya itu. Dengan menggunakan akal dan rasio, semuanya itu dapat ditemukan kembali oleh manusia.
B. Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM), adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya ia mereaksi terhadap filsafat gurunya, yaitu idealisme. Hasil pemikirannya disebut filsafat realism (realism klasik). Cara berfikir Aristoteles berbeda dengan gurunya, Plato, yang menekankan berfikir rasional spekulatif. Aristoteles mengambil cara berfikir rasional empiris realitas. Ia mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan alam kehidupan manusia sehari-hari.
Aristoteles hidup pada abad keempat sebelum Masehi, namun ia dinyatakan sebagai pemikir abad pertengahan. Karya-karya Aristoteles merupakan dasar berfikir abad pertengahan yang melahirkan renaissance. Sikap positifnya terhadap inkuiry menyebabkan ia mendapat sebutan sebagai Bapak Sains Modern. Kebajikan akan menghasilkan kabahagiaan dan kebajikan, bukanlah pernyataan pemikiran atau perenuangan pasif, melainkan merupakan sikap kemauan yang baik dari manusia
Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan sosial.
C. Thomas Aquina
Thomas Aquina ini mempunyai pandangan bahwa pendidikan adalah menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif dan nyata yang timbul dan bergantung dari kesadaran-kesadaran yang mendukungnya pada tiap-tiap individu.
Tuntunan yang berasal dari guru kepada anak didik berwujud sebagai bahan pengajaran, yang berfungsi untuk membantu substansi manusia untuk berkembang dan kaya akan pengalaman-pengalaman yang berasal dari luar. Sedangkan tugas seorang guru dapat dianalogikan dengan seorang dokter.
Guru adalah penghubung antara kebenaran-realita tertinggi dengan anak didik sebagai makhluk yang selalu berusaha untuk mengerti dan menginsyafi perihal realita dengan segala macam bentuk dan tingkat-tingkatnya. Dokter membantu organisme yang sakit atau luka dalam tendensi herensinya untuk menyembuhkan diri sendiri. Pandangan menurut Thomas Aquinas ini mencoba mempertemukan suatu pertentangan yang muncul pada waktu itu, yaitu antara ajaran Kristen dengan filsafat (sebetulnya dengan filsafat Aristoteles, sebab pada waktu itu yang dijadikan dasar pemikiran logis adalah filsafat neoplatonisme dari Plotinus yang dikembangkan oleh St. Agustinus. Menurut Aquina, tidak terdapat pertentangan antara filsafat (khususnya filsafat Aristoteles) dengan ajaran agama (Kristen). Keduanya dapat berjalan dalam lapangannya masing-masing. Thomas Aquina secara terus menerus dan tanpa ragu-ragu mendasarkan filsafatnya kepada filsafat Aristoteles.
Pandangan tentang realitas, ia mengemukakan, bahwa segala sesuatu yang ada, adanya itu karena diciptakan oleh Tuhan, dan tergantung kepada-Nya. Ia mempertahankan bahwa Tuhan, bebas dalam menciptakan dunia. Dunia tidak mengalir dari Tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti halnya yang dipikirkan oleh filosof neoplatonisme dalam ajaran mereka tentang teori “emanasi”. Thomas aquina menekankan dua hal dalam pemikiran tentang realitannya, yaitu : 1) dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar, dan 2) penciptaan tidak terbatas pada satu saat saja, demikian menurut Bertens (1979).
Dalam masalah pengetahuan, Thomas Aquina mengemukaan bahwa pengetahuan itu diperoleh sebagai persentuhan dunia luar dan oleh akal budi, menjadi pengetahuan. Selain pengetahuan manusia yang bersumber dari wahyu, manusia dapat memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman dan rasionya (disinilah ia mempertemukan pandangan filsafat idealism, realism, dan ajaran gerejanya). Filsafat Thomas Aquina disebut tomisme. Kadang-kadang orang tidak membedakan antara perenialisme dengan neotonisme. Perenialisme adalah sama dengan neotonisme dalam pendidikan.
4. Konsep Dasar / Pandangan Aliran Perenialisme
A. Pandangan Ontologi Perenialisme
Ontologi perenialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individual, esensi, aksiden dan substansi. Secara ontologis, perenialisme membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya. Benda individual di sini adalah benda sebagaimana yang tampak di hadapan manusia dan yang ditangkap dengan panca indra seperti batu, lembu, rumput, orang dalam bentuk, ukuran, warna, dan aktivitas tertentu.
Esensi dari suatu kualitas menjadikan suatu benda itu lebih intrinsik daripada fisiknya, seperti manusia yang ditinjau dari esensinya adalah makhluk berpikir. Sedangkan aksiden adalah keadaan-keadaan khusus yang dapat berubah-ubah dan sifatnya kurang penting dibandingkan dengan esensial.
Dengan demikian, segala yang ada di alam semesta ini, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, merupakan hal yang logis dalam karakternya. Setiap sesuatu yang ada tidak hanya merupakan kombinasi antara zat atau benda, tapi juga merupakan unsur potensialitas dengan bentuk yang merupakan unsur aktualitas.
B. Pandangan Epistemologis Perenialisme
Perenialisme berpangkal pada tiga istilah yang menjadi asas di dalam epistemologi yaitu truth, self evidence, dan reasoning. Bagi perenialisme truth adalah prasyarat asas tahu untuk mengerti atau memahami arti realita semesta raya. Sedangkan , self evidence adalah suatu bukti yang ada pada diri (realita, eksistensi) itu sendiri, jadi bukti itu tidak pada materi atau realita yang lain, pengertian kita tentang kebenaran hanya mungkin di atas hukum berpikir (reasoning), sebab pengertian logis misalnya berasal dari hukum-hukum berpikir.
C. Pandangan Aksiologi Perenialisme
Dalam aksiologi, prinsip pikiran demikian bertahan dan tetap berlaku. Secara etika, tindakan itulah yang bersesuaian dengan sifat rasional manusia, karena manusia itu secara alamiah condong pada kebaikan.Menurut Plato, manusia secara kodrat memiliki tiga potensi: nafsu, kemauan, dan pikiran.
D. Pandangan Perenialisme Mengenai Kenyataan
Perenialisme berpendapat bahwa apa yang dibutuhkan manusia terutama ialah jaminan bahwa realita itu bersifat universal dan ada di mana saja dan sama di setiap waktu.Dengan keputusan yang bersifat ontologisme kita akan sampai pada pengertian pengerian hakikat.Esensi dari sesuatu adalah suatu kualitas tertentu yang menjadikan benda itu lebih baik intrinsik daripada halnya, misalnya manusia ditinjau dari esensinya adalah berpikir Aksiden adalah keadaan khusus yang dapat berubah-ubah dan sifatnya kurang penting dibandingkan dengan esensialnya, misalnya orang suka barang-barang antik. Substansi adalah suatu kesatuan dari tiap-tiap hal individu dari yang khas dan yang universal, yang material dan yang spiritual.
E. Pandangan Perenialisme Mengenai Nilai
Perenialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sedangkan perbuatan manusia merupakan pancaran isi jiwanya yang berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan.
F. Pandangan Perenialisme Mengenai Pendidikan
Pendidikan menurut filsafat ini mesti membangun sejumlah mata pelajaran yang umum, bukan spesialis, liberal bukan vokasionalis, yang humanistik bukan teknikal. Dengan cara inilah pendidikan akan memenuhi fungsi humanistiknya, yakni pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki oleh manusia. Sebagai filsafat pendidikan umumnya, filsafat pendidikan Perenialisme juga mempengaruhi sekolah-sekolah modern sekarang, dimana pandangan-pandangan kurikulumnya mempengaruhi praktik pendidikan
1. Pendidikan Dasar dan (Sekolah) Menengah
a. Pendidikan sebagai persiapan
Perbedaan Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada sikapnya tentang “education as preparation”. Perenialisme berpendapat bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di masyarakat. Dasar pandangan ini berpangkal pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase potensialitas menuju aktualitas, menuju kematangan.
b. Kurikulum Sekolah Menengah
Prinsip kurikulum pendidikan dasar, bahwa pendidikan sebagai persiapan, berlaku pula bagi pendidikan menengah. Perenialisme membedakan kurikulum pendidikan menengah antara program,“general education” dan pendidikan kejuruan, yang terbuka bagi anak 12-20 tahun.
2. Pendidikan Tinggi dan Adult Education
a. Kurikulum Universitas
Program “General Education” dipersiapkan untuk pendidikaan tinggi dan adult education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan menengah dengan program general education yang telah selesai disiapkan, bagi umur 21 tahun sebab dianggap telah cukup mempunyai kemampuan melaksanakan program pendidikan tinggi.
b. Kurikulum Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education)
Tujuan pendidikan orang dewasa adalah meningkatkan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam pendidikan lama sebelum itu, menetralisir pengaruh-pengaruh jelek yang ada. Nilai utama pendidikan orang dewasa secara filosofis ialah mengembangkan sikap bijaksana guna mereorganisasi pendidikan anak-anaknya, dan membina kebudayaannya.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Aliran Perenialisme adalah merupakan aliran dalam filsafat pendidikan yang memandang bahwa kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar pendidikan sekarang.
Pandangan aliran ini tentang pendidikan adalah “belajar untuk berpikir”. Oleh sebab itu, peserta didik harus dibiasakan untuk berlatih berpikir sejak dini. Perenialisme juga memiliki formula mengenai jenjang pendidikan beserta kurikulum, yaitu pendidikan dasar dan (sekolah) menengah, pendidikan tinggi dan adult education.
B.Saran
Demikianlah hasil makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca semuanya.
0 Response to "Pengertian Aliran Perenialisme dan Latar Belakang Munculnya Aliran Perenialisme, jurnal aliran perenialisme makalah aliran perenialisme dan rekonstruksionisme kelebihan dan kekurangan aliran perenialisme dalam pendidikan aliran esensialisme aliran progresivisme pertanyaan tentang aliran filsafat perenialisme aksiologi perenialisme pengertian perenialisme essensialisme dan eksistensialisme"
Post a Comment