Makalah kisah Nabi Shaleh As, kisah nabi shaleh mukjizat nabi saleh nabi saleh keturunan nabi sifat nabi saleh ayah nabi saleh seruan nabi saleh kepada kaumnya terdapat dalam surah kisah nabi luth contoh sikap berani nabi saleh
Friday, June 29, 2018
Add Comment
Makalah kisah Nabi Shaleh As, Biografi dan Silsilah Nabi Shaleh As, Kronologi kisah Nabi Shaleh As, Kaum Tsamud membangkang dakwah Nabi Shaleh As, Azab yang diturukan Allah terhadap Kaum Tsamud, Pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Shaleh As
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Tsamud adalah nama suatu suku
yang oleh sementara ahli sejarah dimasukkan bahagian dari bangsa Arab dan ada
pula yang menggolongkan mereka ke dalam bangsa Yahudi. Mereka bertempat tinggal
di suatu dataran bernama " Alhijir " terletak antara Hijaz dan Syam
yang dahulunya termasuk jajahan dan dikuasai suku Aad yang telah habis binasa
disapu badai yang di kirim oleh Allah sebagai pembalasan atas pembangkangan dan
pengingkaran mereka terhadap dakwah dan risalah Nabi Hud A.S.
Kemakmuran dan kemewahan hidup
serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad telah
diwarisi oleh kaum Tsamud. Tanah-tanah yang subur yang memberikan hasil
berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan lemak yang berkembang biak,
kebun-kebun bunga yag indah-indah, bangunan rumah-rumah yang didirikan di atas
tanah yang datar dan dipahatnya dari gunung.Semuanya itu menjadikan mereka
hidup tenteram ,sejahtera dan bahgia, merasa aman dari segala gangguan alamiah
dan bahawa kemewahan hidup mereka akan kekal bagi mereka dan anak keturunan
mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan.
Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang mereka sembah dan puja, kepadanya
mereka berqurban, tempat mereka minta perlindungan dari segala bala dan musibah
dan mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.Mereka tidak dapat melihat atau
memikirkan lebih jauh dan apa yang dapat mereka jangkau dengan pancaindera.
Lalu Allah mengutus nabi Shaleh As kepada mereka untuk mengubah keyakinan
mereka menyembah berhala menjadi menyembah Allah Swt.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
kisah dan latar belakang Nabi Shaleh As ?
2. Bagaimana
kronologis kisah nabi Shaleh as ?
3. Mengapa
kaum Tsamud membangkang kepada Nabi Shaleh ?
4. Bagaimana Allah SWT mengazab
kaum Tsamud?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
kisah dan latar belakang Nabi Shaleh As.
2. Mengetahui
kronologi kisah nabi Shaleh As.
3. Mengetahui
alasan kaum Tsamud membangkan kepada nabi Shaleh.
4. Mengetahui
seperti apa azab yang diberikan Allah kepada kaum Tsamud.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi dan Silsilah Nabi Shaleh As
Nabi Shaleh As adalah nabi kaum
Tsamud. Mereka adalah nama sebuah kabilah terkenal bernama “Tsamud”. Nama itu
diambil dari nama kakek mereka, Tsamud, saudara Judais. Keduanya adalah anak
Atsir bin Iram bin Saam bin Nuh.
Mereka adalah bangsa Arab asli
yang tinggal di bebatuan yang terdapat di antara Hijaz dan Tabuk. Kaum
Tsamud ini datang setelah kaum Aad. Seperti mereka, kaum Tsamud juga menyembah
berhala.
Lalu Allah mengutus seorang
hamba-Nya dari kaum mereka sendiri, yaitu nabi Shalih.Nama lengkapnya Shaleh
bin Ubaid bin Hud bin Asif bin Masah bin Ubaid bin Hadzir bin Tsamud bin Atsir
bin Iram bin Sam bin Nuh bin Lamik bin Matwasyah bin Idris (Khanukh) bin Yarad
bin Maylayil bin Qanin bin Anwasy bin Syits bin Adam Abul Basyar (1).[1]
Ia mengajak mereka agar menyembah
Allah semata, Tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya, serta menyerukan agar mereka
merobohkan dan membinasakan berhala-berhala sdan sekutu-sekutu bagi-Nya. Dari
seruan itu, ada sekolompok orang yang beriman, tetapi kebanyakan mereka kufur.
Mereka mencaci maki dan menyakiti nabi Shaleh As baik melalui ucapan maupun
perbuatan, bahkan mereka bermaksud untuk membunuhnya. Dan mereka sempat
membunuh unta yang oleh Allah dijadikan sebagai hujjah atas mereka, sehingga
Dia menimpakan azab yang sangat pedih.
B. Kronologi kisah Nabi Shaleh As
Kaum Tsamud bermukim di daerah
al-Hijr. Saat ini daerah tersebut dinamakan dengan Mada'in Salih: satu wilayah
pegunungan diantara Madinah dan Syam (Syria). Allah berfirman, "(Terhadap)
kaum Tsamud yang memotong batu-batuan besar di lembah," (QS. Al-Fajr [89]:
9).
Mereka ahli dalam memahat batu
pegunungan dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Selain itu, mereka juga
pandai mengolah tanah datar dan mengubahnya menjadi istana. Alla berfirman,
"Ingatlah ketika Dia menjadikan kalian khalifah-khalifah setelah kaum 'Ad
dan menempatkan kalian di bumi. Di tempat yang datar kalian dirikan
istana-istana dan bukit-bukit kalian pahat menjadi rumah-rumah, Maka, ingatlah
nikmat-nikmat Allah dan janganlah kalian membuat kerusakan di bumi," (QS.
Al-a'raf [7]: 74).
Negeri mereka memiliki
keistimewaan dengan kesuburan tanahnya, selain posisi geografisnya yang berada
di jalur perdagangan antara Syam dan Yaman. Hal itu, membuat sumber kehidupan
mereka melipah dan makmur.
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya berada dalam kegelapan
terus-menerus tanpa diutusnya pesuruh disisi-Nya untuk memberi penerangan dan
memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat ke jalan yang benar.
Demikian pula Allah tidak akan
menurunkan azab dan seksaan kepada suatu umat sebelum mereka diperingatkan dan
diberi petunjukkan oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi
utusan dan rasul-Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang
kepada mereka telah diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari
suku mereka sendiri, dari keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya,
terkenal tangkas, cerdik, pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam
pergaulan.[2]
Dikenalkan mereka oleh Nabi Saleh
kepada Tuhan yang sepatutnya mereka sembah, Tuhan Allah Yang Maha Esa, yang
telah mencipta mereka, menciptakan alam sekitar mereka, menciptakan tanah-tanah
yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup mereka, mencipta
binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi mereka dan dengan
demikian memberi kepada mereka kenikmatan dan kemewahan hidup dan kebahagiaan
lahir dan batin. Tuhan Yang Esa itulah yang harus mereka sembah dan bukan
patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak
berkuasa memberi sesuatu kepada mereka atau melindungi mereka dari ketakutan
dan bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mereka
bahwa ia adalah seorang daripada mereka, terjalin antara dirinya dan mereka
ikatan keluarga dan darah. Mereka adalah kaumnya dan sanak keluarganya dan dia
adalah seketurunan dan sesuku dengan mereka. Ia mengharapkan kebaikan dan
kebajikan bagi mereka dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka ke dalam
hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi mereka. Ia
menerangkan kepada mereka bahwa dia adalah pesuruh dan utusan Allah, dan apa
yang diajarkan dan didakwahkan kepada mereka adalah amanat Allah yang harus dia
sampaikan kepada mereka untuk kebaikan mereka semasa hidup dan sesudah mereka
mati di akhirat kelak.
Dia berharap
yang kaumnya mempertimbangkan dan memikirkan bersungguh-sungguh apa yang dia
serukan dan anjurkan agar mereka segera meninggalkan penyembahan kepada patung
berhala itu dan percaya beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan
mohon keampunan kepada-Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah
mereka lakukan. Allah maha dekat kepada mereka dengan mendengarkan doa mereka
dan memberi keampunan kepada yang bersalah apabila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh
mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mereka merupakan hal yang baru yang
tidak diduga akan datang dari saudara atau anak mereka sendiri. Maka serentak
ditolaknya ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka kepadanya:"Wahai
Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan cerdas, pikiranmu tajam
dan pendapat serta semua pertimbanganmu selalu tepat. Pada dirimu kami melihat
tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami mengharapkan dari
engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-hal yang rumit yang
kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap bagi kami dan menjadi
ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi krisis dan kesusahan. Akan
tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan kepercayaan kami kepadamu
tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak tandukmu yang menyalahi
adat-istiadat dan tatacara hidup kami. Apakah yang engkau serukan kepada kami?
Engkau menghendaki agar kami meninggalkan persembahan kami dan nenek moyang
kami, persembahan dan agama yang telah menjadi darah daging kami menjadi
sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan dan tetap menjadi pegangan untuk
selama-lamanya. Kami sesekali tidak akan meninggalkannya karena seruanmu dan
kami tidak akan mengikutimu yang sesat itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap
kosongmu bahkan meragui kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang
kami dengan meninggalkan persembahan mereka dan mengikuti jejakmu."
Nabi Saleh memperingatkan mereka
agar jangan menentangnya dan agar mengikuti ajakannya beriman kepada Allah yang
telah mengurniai mereka rezeki yang luas dan penghidupan yang sejahtera.
Diceritakan kepada mereka kisah kaum-kaum yang mendapat seksaan dan azab dari
Allah karena menentang rasul-Nya dan mendustakan risalah-Nya. Hal yang serupa
itu dapat terjadi ke atas mereka jika mereka tidak mahu menerima dakwahnya dan
mendengar nasihatnya, yang diberikannya secara ikhlas dan jujur sebagai seorang
anggota dari keluarga besar mereka dan yang tidak mengharapkan atau menuntut
upah daripada mereka atas usahanya itu. Ia hanya menyampaikan amanat Allah yang
ditugaskan kepadanya dan Allahlah yang akan memberinya upah dan ganjaran untuk
usahanya memberi pimpinan dan tuntutan kepada mereka.
C. Kaum Tsamud membangkang dakwah Nabi Shaleh As
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud
yang kebanyakannya terdiri dari orang-orang yang berkedudukan sosial lemah
menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman kepadanya sedangkan sebahagian yang
terbesar terutamanya mereka yang tergolong orang-orang kaya dan berkedudukan
tetap berkeras kepala dan menyombongkan diri menolak ajakan Nabi Saleh dan
mengingkari kenabiannya dan berkata kepadanya:
"Wahai Saleh! Sesungguhnya
kamu adalah seorang dari orang yang kena sihir” (As-Syu’ara 153).[3] Engkau
telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah berubah dan
pikiranmu sudah kacau sehingga engkau tidak sedar yang engkau telah
mengeluarkan kata-kata yang tidak masuk akal dan mungkin engkau sendiri tidak
memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh Tuhanmu sebagai
nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu daripada kami semua sehingga engkau
dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami yang lebih patut
dan lebih cakap untuk menjadi nabi atau rasul daripada engkau. Tujuanmu dengan
bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar kedudukan dan ingin
diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaummu. Jika engkau merasa bahwa
engkau cerdas dan mengaku bahwa engkau tidak mempunyai arah dan tujuan
yang terselubung dalam dakwahmu itu maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama
barumu dengan mencerca penyembahan kami dan nenek moyangmu sendiri. Kami tidak
akan mengikuti jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh
orang-orang tua kami lebih dahulu.
Nabi Saleh menjawab: " Aku
telah berulang-ulang mengatakan kepadamu bahwa aku tidak mengharapkan sesuatu
apapun daripadamu sebagai balasan atas usahaku memberi penerangan kepada kamu.
Aku tidak mengharapkan upah atau mendambakan pangkat dan kedudukan bagi usahaku
ini yang aku lakukan semata-mata atas perintah Allah dan daripada-Nya kelak aku
harapkan balasan dan ganjaran untuk itu dan bagaimana aku dapat mengikutimu dan
menterlantarkan tugas dan amanat Tuhan kepadaku, padahal aku talah memperoleh
bukti-bukti yang nyata atas kebenaran dakwahku. Janganlah sesekali kamu
harapkan bahwa aku akan melanggar perintah Tuhanku dan melalaikan kewajibanku
kepada-Nya hanya semata-mata untuk melanjutkan penyembahan nenek moyang kami
yang jahil itu. Siapakah yang akan melindungiku dari murka dan azab Tuhan jika
aku berbuat demikian? Sesungguhnya kamu hanya akan merugikan dan membinasakan
aku dengan seruanmu itu."
Setelah gagal dan berhasil
menghentikan usaha dakwah Nabi Saleh dan dilihatnya ia bahkan makin giat
menarik orang-orang mengikutnya dan berpihak kepadanya, para pemimpin dan
pemuka kaum Tsamud berusaha hendak membendung arus dakwahnya yang makin lama
makin mendapat perhatian terutama dari kalangan bawahan menengah dalam
masyarakat. Mereka menentang Nabi Saleh dan meminta untuk membuktikan kebenaran
kenabiannya dengan suatu bukti mukjizat dalam bentuk benda atau kejadian luar
biasa yang berada di luar kekuasaan manusia.
Nabi Saleh sadar bahwa tentangan
kaumnya yang menuntut bukti daripadanya berupa mukjizat itu adalah bertujuan
hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis habis kewibawaannya di mata
kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal memenuhi tentangan dan tuntutan
mereka. LaluNabi Saleh membalas tentangan mereka dengan menuntut janji dengan
mereka apabila dia berhasil mendatangkan mukjizat yang mereka minta bahwa
mereka akan meninggalkan agama dan penyembahan mereka dan akan mengikuti Nabi
Saleh dan beriman kepadanya.
Sesuai dengan permintaan dan
petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud, sholeh berangkat ke tempat sholatnya, lalu
mengerjakan sholat benar-benar karena allah persis seperti yang ditetapkan
baginya, kemudian berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya
suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan
perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon kepada
Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari
perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka
tunjuk. Lalu Allah menyuruh batu itu menjadi unta betina yang besar sesuai
dengan permintaan mereka.
Dengan menunjuk kepada binatang
yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka:
" Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah dia mencari
makanannya sendiri di atas bumi Allah, dia mempunyai giliran untuk mendapatkan
air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendapatkan minuman bagimu dan bagi
ternakmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya apabila kamu
mengganggu binatang ini."
Kemudian berkeliaranlah unta di
ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan dan ketika
giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama
perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi
Saleh itu datang minum, tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal
mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang makin
hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu
merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh
mendatangkan mukjizat yang mereka tuntut gagallah para pemuka kaum Tsamud dalam
usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan menghilangkan pengaruh Nabi Saleh
bahkan sebaliknya telah menambah tebal kepercayaan para pengikutnya dan menghilangkan
banyak keraguan dari kaumnya. Pemimpin orang yang beriman itu adalah Junda’ bin
Amr bin Mihlat bin labid bin Jawas. Ia merupakan salah satu pemimpin mereka dan
Junda’ mengajak keponakannya Shihab bin Khalifah memeluk islam, namun
dihalang-halangi oleh Dzu’ab bin Amr bin Labid, Al-hibab, Rubab bin Sha’r bin
Jalmas.[4]
Setelah hal itu berlangsung lama
di tengah –tengah mereka, maka para Pemuka menghasut pemilik-pemilik ternakan
yang merasa jengkel dan tidak senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang
bermaharajalela di ladang dan kebun-kebun mereka serta ditakuti oleh
binatang-binatang peliharaannya.
Persekongkolan diadakan oleh
orang-orang dari kaum Tsamud untuk mengatur rancangan pembunuhan unta Nabi
Saleh dan selagi orang masih dibayangi oleh rasa takut dari azab yang diancam
oleh Nabi Saleh apabila untanya diganggu. Yang ditugasi untuk membunuh unta itu
adalah salah seorang pemimpin mereka yaitu Qidar bin Salif bin Junda’. Ada yang
mengatakan ia adalah anak Haram, hasil perzinahan yang terjadi di tempat tidur
Salif anak dari Siban, di samping adanya dorongan keinginan yang kuat
untuk melenyapkan binatang itu dari atas bumi mereka, tiba-tiba muncul seorang
janda bangsawan yang kaya raya yang bernama Shadaqah binti Mihya Zuhair bin
Mukhtar yang akan menyerah dirinya kepada siapa yang dapat membunuh unta Saleh.
Di samping janda itu ada seorang wanita lain yang bernama Unaizah binti Ghanam
bin Mujaiz yang juga mempunyai sebutan Ummu Usman, suaminya Dzuab bin Umar, ia
yang mempunyai beberapa puteri cantik-cantik menawarkan akan menghadiahkan
salah seorang dari puteri-puterinya kepada orang yang berhasil membunuh unta
itu.
Dua macam hadiah yang menggiurkan
dari kedua wanita itu di samping hasutan para pemuka Tsamud mengundang dua
orang lelaki bernama Mushda' bin Muharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas
akan melakukan pembunuhan, mereka berdua berangkat dan meminta bantuan para
preman dari kaum Tsamud. Kemudian ada 7 orang dari mereka yang mau memenuhi
ajakan keduanya, sehingga jumlah mereka menjadi 9 orang.
Dengan bantuan tujuh orang
lelaki, bersembunyilah kumpulan itu di suatu tempat di mana biasanya dilalui
oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat ia minum. Qidar bersembunyi
dibawah sebongkah batu yang menjadi lewatan unta itu. Dan Mashda’ juga bersembunyi
di sebongkah batu yang lain. Ketika unta itu berjalan melewati tempat yang
berada di bawah penjagaan Mashda’, maka ia langsung melemparkan anak panah ke
arah unta tersebut tepat mengenai tulang betisnya.
Kemudian unaizah binti Ghanam
keluar dan memerintahkan anak gadisnya yang paling cantik untuk memperlihatkan
dirinya kepada Qidar dan kelompoknya. Lalu Qidar menghujam pedang dengan
kerasnya ke arah unta tersebut sehingga urat kaki unta itu putus
dan jatuh tersungkur ke tanah . setelah itu Qidar bersuara kras memperingatkan
anak unta itu, kemudian menusuk leher unta itu dan menyembelihya, dan memotong
daging unta itu dengan pedang mereka, sedang anak unta itu lari ke gunung yang
sangat terjal, lalunaik keatas sebongkah batu di gunung itu sambil melenguh
sebanyak 3 kali. Pembunuhan terhadap unta betina itu berlangsung pada hari
rabu.
Dengan perasaan megah dan bangga
pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota menyampaikan berita matinya unta
Nabi Saleh yang mendapat sambutan sorak-sorai dan teriakan gembira dari pihak
musyrikin seakan-akan mereka kembali dari medan perang dengan membawa
kemenangan yang gilang- gemilang. Berkata mereka kepada Nabi Saleh:" Wahai
Saleh! Untamu telah mati dibunuh, cobalah datangkan akan apa yang engkau
katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul
termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya."
D. Azab yang diturukan Allah terhadap Kaum Tsamud
Nabi Saleh menjawab:" Aku
telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika
kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah
engkau akan tibanya masa azab yang Allah telah janjikan dan telah aku sampaikan
kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu
kepada-Nya. Janji Allah tidak akan meleset. Kamu boleh bersuka-ria dan
bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian terimalah ganjaranmu yang
setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan takdir-Nya yang
tidak dapat ditunda atau dihalang."
Ada kemungkinan menurut ahli
tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya, Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu
untuk memberi kesempatan, kalau-kalau mereka sadar akan dosanya dan bertaubat
minta ampun serta beriman kepada Nabi Saleh kepada risalahnya.
Akan tetapi dalam kenyataannya
tempoh tiga hari itu bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang
ditentangnya untuk mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan
tiga hari lagi.
Nabi Saleh memberitahu kaumnya
bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas mereka akan didahului dengan
tanda-tanda, yaitu pada hari pertama bila mereka terbangun dari tidur, wajah
mereka menjadi kuning dan akan berubah menjadi merah pada hari kedua dan hitam
pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang
diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaum kelompok sembilan orang yaitu
kelompok pembunuh unta merancang melakukan pembunuhan ke atas diri Nabi Saleh
mendahului tibanya azab yang diancamkan itu. Mereka mengadakan pertemuan
rahasia dan bersumpah bersama akan melaksanakan rancangan pembunuhan itu di
waktu malam, di saat orang masih tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas
darah oleh keluarga Nabi Saleh, jika diketahui identitas mereka sebagai
pembunuhnya. Rancangan mereka ini dirahasiakan sehingga tidak diketahui dan
didengar oleh siapapun kecuali kesembilan orang itu sendiri.
Ketika mereka datang ke tempat
Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di malam yang gelap-gelita dan
sunyi-senyap jatuhlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang datang dari
langit dan yang seketika merebahkan mereka di atas tanah dalam keadaan tidak
bernyawa lagi. Demikianlah Allah telah melindungi rasul-Nya dari perbuatan
jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.
Dan pada pagi hari kamis, hari
pertama disaksikannya pemandangan itu, wajah kaum Tsamud itu menguning, dan
pada hari jum’at, yaitu hari kedua, wajah mereka menjadi merah, dan pada hari
ketiga, yaitu hari sabtu, wajah mereka berubah menjadi hitam. Sebelum mereka
memasuki hari ahad, mereka tidak mengetahui azab yang akan menimpa mereka.
Lalu terbitlah matahari pada hari
ahad, maka muncullah suara keras dari langit dan gempa yang sangat dahsyat dari
bawah mereka, sehingga arwah dan nyaewa semuanya melayang dalam satu waktu.
Satu hari sebelum hari turunnya
azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh
bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah, sebuah tempat di Palestina,
meninggalkan Hijir dan penghuninya,[5] kaum Tsamud habis binasa, ditimpa
halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.
E. Pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Shaleh As
·
Bahwa dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil
warga masyarakat yang negatif dapat membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
·
jangan mempersekutukan Allah, sebab hal itu adalah sumber kejahatan dan
merupakan dosa yang tidak terampuni.[6]
·
Sikap sabar menerima cemoohan dan sikap pantang menyerah dalam berjuang
yang dimiliki Nabi Saleh patut kita jadikan teladan bagi kita dalam membela
kebenaran.
·
Kelemahan iman dapat menjadikan kita sombong atas kelebihan yang kita
miliki dan menentang perintah Allah. Akibatnya, sikap ini dapat mendatangkan
azab.
·
Janji Allah pasti akan terjadi maka kita harus berhati-hati dalam setiap
langkah dan perbuatan kita.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Nama: Shalih bin Ubaid
·
Garis Keturunan: Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒
Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒
Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒
Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒
Iram (Aram) ⇒ Amir ⇒ Tsamud ⇒
Hadzir ⇒ Ubaid ⇒ Masah ⇒
Asif ⇒ Ubaid ⇒ Shalih as
·
Periode sejarah: 2150 - 2080 SM
·
Tempat diutus (lokasi): Daerah al-Hijr (Mada'in Salih, antara Madinah dan
Syria)
·
Jumlah keturunannya (anak): -
·
Tempat wafat: Mekah al-Mukarramah
·
Sebutan kaumnya: Kaum Tsamud
·
Mukjizat : unta betina keluar dari batu
·
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 10 kali
·
azab allah terhadap kaum Tsamud berupa gempa dan halalintar dahsyat yang
memusnahkannya.
·
Bersikap acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di
depan mata dapat diartikan sebagai bentuk persetujuan dan penyekutuan terhadap
perbuatan mungkar itu.
B.
Saran
Demikanlah hasil makalah ini,
saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
kritik dan saran sangat saya harapkan dari pembaca semuanya.
Akhirnya saya ucapkan terimah
kasih. Billahi taufiq wal hidayah, wassalamualaikum. Wr. Wb.
DAFTAR RUJUKAN
Katsir Ibnu. 2008. Kisah Para
Nabi. Cetakan 16. Jakarta : Pustaka Azzam.
Murdodiningrat, k.r.m.t.h. 2012.
Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul dalam Al-quran. Cetakan 1. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Rahmat Baitin M.A. 2014. Tarikh
Islam. Cetakan 1. Pekanbaru : Pustaka Mafatih
[1]ibnu katsir, kisah Para Nabi.
Cetakan 16 ( jakarta : pustaka Azzam, 2008 ), hlm. 138
[2]ibnu katsir, kisah Para Nabi.
Cetakan 16 ( jakarta : pustaka Azzam, 2008 ), hlm. 143
[3]Murdodiningrat, k.r.m.t.h,
Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul dalam Al-quran. Cetakan 1 ( Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 301
[4]Baitin Rahmat, M.a, Tharekh
islam. Jilid 1 ( pekanbaru : Pustaka Mafatih, 2014 ), hlm. 7
[5]ibnu katsir, kisah Para Nabi.
Cetakan 16 ( jakarta : pustaka Azzam, 2008 ), hlm. 150
[6]Murdodiningrat, k.r.m.t.h,
Kisah Teladan 25 Nabi dan Rasul dalam Al-quran. Cetakan 1 ( Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 310
0 Response to "Makalah kisah Nabi Shaleh As, kisah nabi shaleh mukjizat nabi saleh nabi saleh keturunan nabi sifat nabi saleh ayah nabi saleh seruan nabi saleh kepada kaumnya terdapat dalam surah kisah nabi luth contoh sikap berani nabi saleh"
Post a Comment