بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

Keterampilan mengelola sebuah kelas, komponen keterampilan mengelola kelas tujuan keterampilan mengelola kelas keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan mengapa guru harus menguasai keterampilan mengelola kelas ? keterampilan mengadakan variasi keterampilan dasar mengajar keterampilan memberi penguatan pengelolaan kelas

Keterampilan mengelola sebuah kelas, Manajemen penataan penegakan disiplin kelas, Manajemen Perilaku Murid, Manajemen Konflik di dalam KelasMenata Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan

A.    Keterampilan mengelola sebuah kelas

Pengelola kelas adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisi belajar dalam keadaan menyenangkan apabila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.Kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah laku siswa yang membuat perhatian kelas teralihkan.[1]

1.      Manajemen tata Lingkungan fisik kelas

Salah satu faktor terpenting dalam sebuah pembelajaran adalah lingkungan. Siswa harus dibuat terus-menerus memberikan reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi sesuai dengan kondisi yang diinginkan.Guru harus bisa menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan para peserta didiknya .
Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam lingkungan fisik ini adalah:
·         Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat.
·         Keindahan kelas, sedapat mungkin kelas itu harus merupakan tempat yang indah dan menyenagkan.
·         Lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan, maksudnya peredaraan udara dan cahaya yang masuk sangat diperlukan.

2.      Pengaturan tempat duduk siswa

Pengaturan tempat duduk siswa yang paling populer dikebayakan kelas adalah siswa secara berderet menghadap kepapan tulis dan guru. Pada umumnya tempat duduk ini diatur sesuai dengan tinggi dan pendeknya siswa. Yang tinggi duduk yang paling belakang dan yang pendek didepan.[2]

B.     Manajemen penataan penegakan disiplin kelas

1.      Pengertian disiplin kelas

Kata disiplin berasal dari bahasa latin“Disciplina” yang merujuk kepada belajar mengajar. Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun.[3] Adapun menurut kamus bahasa  indonesia, W.j.S Poerwadarminta, disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala untuk menaati tata tertib disekolah.
Dengan demikian, anak yang tidak mengenal disiplin akan cenderung menjadi nakal/ pembangkang, oleh karena itu pembentukan disiplin adalah sejalan dengan pendidikan watak.

2.      Pendekatan dalam penegakan disiplin

a.       Pemberikan Bimbingan
Guru hendaknya memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbuat dan menumbuhkan gagasan baru/ ide-ide baru secara wajar sesuai tingkatan kelasnya. Untuk itu siswa perlu diberi bimbingan dan penyuluhan untuk memahami dan mengenali diri mereka sendiri agar bisa mengembangkan tingkah laku yang baik.

b.      Evaluasi pada diri sendiri.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi tingkah lakunya sendiri berdasarkan peraturan tata tertib yang telah ditetapkan.

3.      Teknik-teknik membina disiplin kelas

a.       Teknik keteladanan guru
Guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan perilaku yang baik kepada siswanya.
b.      Teknik bimbingan guru
Guru hendaknya senantiasa memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisipilan para siswanya.
c.       Teknik pengawasan bersama
Disiplin kelas yang baik mengandung pula kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa menerimanya sebagai pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib.

4.      Upaya Menegakkan disiplin

Upaya untuk menegakkan kesiplinan didalam kelas dilakukan melalui pihak yang terkait, semua pihak harus bekerja sama yang baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk menciptakan kedisplinan bagi para siswa.
a.  Guru
kedisplinan sangat berperan penting bagu pribadi seorang guru, karena guru merupakan suri tauladan bagi para siswanya. Guru harus mempunyai kewibawaan sehingga disegani siswanya, sehingga ia tidak kesulitan dalam menciptakan suasana yang dispin didalam kelas tanpa menggunakan hukuman ataupun tindakan.


b. Siswa
Peran siswa dalam menciptakan kedisplinan didalam kelas tak kalah pentingnya, karena faktor pertamanya adalah siswa itu sendiri dan siswa merupakan subjek dalam pembelajaran. Jadi kesadaran siswa dalam menaati segala aturan tata tertib sangat diperlukan disekolah.


c.  Orang tua.
Peran orang tua dalam mewujudkan disiplin khususnya bagi anaknya turut membantu, karena orang tualah yang lebih banyak mempunyai waktu untuk mengawasi putra/ri nya di rumah.[4]

C.    Manajemen Perilaku Murid

      Perilaku manusia ( murid ) adalah hal yang sangat komplek sekali untuk dipelajari. Kita semua percaya bahwa bahwa semua perilaku adalah hasil proses pembelajaran yang terus menerus. Yang pada akhirnya tertanam dalam memori dan outputnya dapat kita lihat saat kita menghadapi krisis.Perilaku merupakan masalah karena terkait erat dengan efektif belajar dari kedua siswa dan perspektif guru.

1.      Perilaku sebagai pusat orientasi pendidikan

a.       Pengertian sikap/kepribadian (Attitude)

Lebih dari 30 definisi tentang sikap telah dikemukakan para ahli psikologi. Apabila di himpun, maka dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu yang menyatakan bahwa sikap merupakan :
1.      Bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.
2.      Kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu ( Stimulus-Respon ).
3.      Konstelasi komponen kognitif, afektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku  terhadap suatu objek.
     Jadi, perubahan sikap tergantung kepada ada tidaknya perubahan pengalaman, motivasi, persepsi, keyakinan, dan kondisi lingkungan seorang individu.

b.      Perubahan sikap (perilaku) sebagai tujuan utama pendidikan

      Hakekat pendidikan adalah perubahan tingkah laku. Apabila tidak terjadi perubahan perilaku, maka pada hakekatnya tidak ada pendidikan atau pendidikan yang dilaksanakan tidak berhasil.
      Perilaku yang menjadi tujuan pendidikan tergantung kepada keyakinan dan filosofi hidup suatu bangsa. Untuk Indonesia dapat tergambar dari filosofis bangsa, yaitu Pancasila. Turunan dari tujuan tersebut adalah masyarakat yang Taqwa, Cerdas, dan Trampil menuju masyarakat yang adil dan makmur.
      Jadi, tujuan pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia Indonesia, yang Taqwa (Iman, Islam, Ikhsan),Cerdas (displin, cermat, kritis, peka, kreatif, tabah, penuh inisiatif, dan selalu berbuat baik), dan Trampil ( mengerjakan sesuatu dengan cepat, tepat, rapi, dan baik).

c.       Kurikulum berorientasi pada Perilaku

Penyusunan kurikulum di Indonesia sampai saat ini masih mengacu kepada tiga domain yang dikemukakan Benyamin S.Bloom, yaitu Domain Kognitif, affective, dan psikomotor. Apabila melihat kepada GBPP yang ada, maka sesungguhnya ketiga aspek ini telah disusun dan tercantum sebagai Tujuan Pembelajaran Umum. Namun, realita di lapangan yang menjadi pusat perhatian guru hanya kepada aspek kognitif sehingga aspek nilai/sikap dan Psikomotor kurang mendapat perhatian.
      Menurut Mudasir sudah saatnya diadakan perubahan dari konsep tentang kurikulum ini. Domain yang dikemukakan oleh Bloom yang berdasarkan filosofi materi alistis bisa jadi tidak cocok bagi bangsa Indonesia yang berfilosofi idealis sehingga hasilnya nampak kering dari sisi aspek perilaku yang berkaitan yang berkaitan dengan moral bangsa.disamping itu kurang pas dengan tujuan pendidikan yaitu Taqwa, Cerdas, dan Trampil.
      Oleh karena itu, kurikulum mestinya disusun berdasarkan tujuan meningkatkan dan mengoptimalkan potensi anak didik yang berupa penguasaan akan bahasa, logika, etika, dan estetika. Bahasa dan logika merupakan alat untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu (fikir), sedangkan etika dan estetika sebagai sarana untuk mengoptimalkan rasa bathin dan hubungan antara individu dengan alam sekitarnya termasuk hubungan dengan Tuhan dan sesama makhluk (dzikir).

2.      Sikap guru dalam menghadapi siswa

a.       Pengertian dan Problematika guru

      Sepertinya halnya pengertian-pengertian cerdas dan trampil sebagaiman dikemukakan di atas, maka terhadap pengertian guru pun terjadi suatu degradasi. Kini guru hanyalah seorang pekerja penyampai materi pelajaran. Kadangkala guru hanya bertindak sebagai pengganti mesin photo-copy. Dia menyampaikan materi persis seperti apa yang tertera pada buku paket yang menjadi pegangannya bahkan sampai tanda titik dan komanya. Terjadinya degradasi ini tidak lepas dari perubahan nilai dan filosofi kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Pergeseran telah terjadi dari filosofi idealis (Timur) ke filosofi materialis (Barat). Hal ini karena arah, gaya, dan model kurikulum kita lebih condong mengacu ke Barat.
      Ada tiga istilah yang kini menjadi tidak jelas lagi pengertian hakikinya, yaitu pengajar, pendidik, dan guru. Ketiga istilah itu saat ini seolah-olah sama. Padahal secara hakiki terdapat perbedaan apabila mengacu kepada konsep ketiga istilah itu pada masa lalu. Pengajar adalah seseorang yang mengajarkan suatu pengetahuan, keterampilan, atau seni pada seorang atau sekelompok orang. Penekanannya hanya kepada mengajarkan. Pendidik disamping dia pasti seorangpengajar juga dia menyampaikan nilai-nilai dan norma-norma yang baik.penekanannya lebih bersifat kepada nilai dan norma (moral). Guru adalah orang yang “digugu dan ditiru” sehingga dikenal suatu satire atau peribahasa “ guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Pergeseran telah terjadi, karena sekarang tempat buang air kecil di disain memang untuk berdiri.
      Saat ini mendengar istilah” yang perlu digugu dan ditiru” saja, nampaknya sudah seperti tabu, sudah menjadi suatu yang tidak mungkin lagi dilakukan. Mereka berdalih guru bukan pula malaikat bukan pula nabi.
Akhirnya, tujuan idealisme seorang guru telah dibunag jauh-jauh. Akibatnya, pendidikan menjadi kering dari makna nilai dan norma (moral). Disisi lain budaya paternalistik masyarakat kita masih melekat kuat.
      Pergeseran-pergeseran makna, nilai, dan filosofi hidup inilah yang menyebabkan bergesernya makna pendidikan kita. Hasil suatu pendidikan hanya ditunjukkan dengan sehelai kertas berupa Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) atau ijazah yang dilengkapi dengan sederet angka-angka hasil pengukuran pengetahuannya.

b.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Guru

      Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan karena guru secara langsung berhadapan dan secara formal bertugas mengkondisikan optimalisasi potensi muridnya. Sikap guru terhadap siswa, sebagai mana konsep sikap di atas, sangat tergantung kepada pengalaman hidupnya, motif untuk menjadi guru, keyakinan/filosofi hidupnya, dan lingkungan dimana dia hidup.
      Pengalaman hidup yang paling mungkin memepengaruhi sikapnya terhadap siswa adalah pengalaman ketika da menjadi murid. Pengalaman tersebut tentu saja ada yang menyenangkan dan ada pula yang tidak menyenangkan. Pengalaman yang menyenangkan diduga akan ditiru sehingga sikap positif terhadap siswa bukan amsalah lagi. Namun pengalaman yang tidak menyenangkan akan menyebabkan dua kemungkinan sikapnya terhadap siswa tergantung kepada motif dan keyakinan dia sebagai guru. Apabila dia mempunyai motivasi kuat untuk menjadi guru yng baik, maka pengalaman yang tidak menyenangkan akan ditinggalkan, namun apabila motifnya untuk menjadi guru hanya sekedar melaksanakan pekerjaan (demi pekerjaan), maka kemungkinan besar pengalaman pahitnya akan ditularkan kepada siswanya. Bahkan bisa terjadi ajang balas dendam.
      Motivasi yang kuat menjadi seorang guru yang baik akan menyebabkan sikap positif kepada siswa. Motivasi ini dipengaruhi juga oleh keyakinan yang dia yakini. Jika meyakini bahwa menjadi seorang guru itu sebagai pekerjaan mulia, maka dia akan selalu sungguh-sungguh menjadi seorang guru yang baik sehingga bersikap baik pula kepada siswanya.Lingkungan juga sangat mempengaruhi sikap seorang guru baik itu lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, maupun lingkungan kerja.

c.       Filosofi Guru dan Sikap Guru terhadap Siswa

      Bangsa Indonesia yang mengaku bangsa yang besar, dan memang bangsa yang besar, sesungguhnya telah mempunyai tokoh penegak filosofi bagi para guru di negeri tercinta ini, yaitu Ki Hajar Dewantara. Filosofi yang terkenal tentang sikap/perilaku yang mesti dimiliki guru dari Ki Hajar Dewantara adalah :
      ING NGARSA SUNG TULADA, ING MADYA MANGUN KARSA,dan TUT WURI HANDAYANI.
      Namun demikian, nampaknya filosofi ini terus terkikis. Pada awalnya hanya dijadikan slogan, kemudian kini hanya tinggal motto Departemen Pendidikan Nasional, yaitu TUT WURI HANDAYANI.
      Beberapa guru pun nampaknya keberatan menggunakan filosofi ini terutama  ING NGARSA SUNG TULADA. Mereka mengatakan bahwa mereka bukan malaikat sehingga tidak mungkin dapat menjadi tuladan. Hal ini mengindikasikan:
a)      Pemahaman filosofi dari Ki Hajar Dewantara mulai kurang dipahami.
b)      Terjadi pergeseran Nilai, dari nilai-nilai idealis ke nilai-nilai materialistis praktis (pragmatisme).
     Segala sesuatu dipandang dari sisi praktisnya dan materinya sehingga tidak punya cita-cita ideal lagi. Hal inilah salah satu penyebab keringnya pendidikan kita dari nilai dan norma tauladan.

D.    Manajemen Konflik di dalam Kelas

      Diketahui bahwa setiap organisasi memiliki aktifitas-aktifitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut dan salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen. Dalam dunia pendidikan manajemen kelas itu dapat diartikan sebagai aktifitas proses pembelajaran yang memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
      Manajemen kelas penting kedudukannya dalam dunia pendidikan , khususnya dalam proses pembelajaran, utamanya untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

1.      Konflik yang terjadi di dalam kelas

            Di dalam kelas tidak selamanya berjalan dengan baik. Banyak konflik-konflik yang terjadi di dalam kelas tersebut. Adapun konfli-konflik ini terjadi bila seorang siswa menghadapi permasalahan. Terkadang permasalahan tersebut terjadi diluar sekolah dan di dalam sekolah. Misalnya diluar sekolah, siswa menghadapi permasalahan yang ada pada keluarga akan menjadi beban pikiran seorang anak sehingga permasalahan tersebut dibawa ke sekolah.

            Di bawah ini ada beberapa hal yang menjadi permasalahan-permasalahan di dalam kelas:

a.       Perbedaan pendapat.
b.      Perbedaan tingkah laku.
c.       Adanya kepentingan masing-masing individu di dalam kelas.
d.      Adanya kelompok di dalam kelas itu sendiri.
e.       Kurangnya alat-alat pembelajaran di dalam kelas.

Adapun yang menyebabkan terjadinya konflik didalam kelas adalah:

a.         Adanya kesalahpahaman atau kegagalan komunikasi.
b.        Keadaan pribadi individu yang saling konflik.
c.         Perbedaan nilai, pandangan dan tujuan.
d.        Perbedaan standar penampilan.
e.         Perbedaan yang berkenaan dengan cara-cara.
f.         Hal-hal yang berkaitan dengan tanggung jawab.
g.        Kurangnya kemampuan berkomunikasi.
h.        Hal-hal yang berhubungan dengan kekuasaan.
i.          Adanya prutrasi dan kejengkelan.
j.          Adanya kompetensi memperebut sumber yang terbatas.

2.      Menangani konflik di dalam kelas

a.       Menciptakan komunikasi timbal balik vertical maupun horizontal.
b.      Menggunakan jasa pihak ketiga.
c.       Menggunakan jasa pengawas.
            Konflik-konflik ini biasanya dipicu oleh hal-hal yang kecil seperti mengganggu siswa lain, meminjam barang tanpa izin, berebut menggunakan peralatan sekolah, dan lain-lain. Siswa yang terlibat konflik apabila dapat menyelesaikan sendiri, maka biasanya para guru membawa mereka keluar kelas untuk menyelesaikan masalah mereka agar tidak mngganggu siswa-siswa lain dan pada saat yang sama melatih mereka memecahkan masalah mereka sendiri. Namun bila menurut para guru diperlukan campur tangan guru yang lain untuk menyelesaikan masalah maka berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa kita ambil sebagai mediator:
1) Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang terlibat konflik untuk mengatakan masalah dan perasaan yag dirasakan dari sudut pandang mereka.
2) Memberi pengertian kepada kedua belah pihak mengapa tindakan yang mereka lakukan itu salah.
3)      Mendiskusikan tentang cara terbaik untuk menyelesaikan konflik dan memilih penyelesaian yang dapat diterima oleh mereka berdua.
4)      Bila masalah telah terselesaikan maka tinggal mengawasi mereka apakah mereka menjalankan hasil dari diskusi tersebut dan mengingatkan mereka bila mereka lupa.
5)      Menegur.

3.      Beberapa hal yang harus diperhatikan guru

Agar kelas menjadi efisien dan terhindar dari konflik maka guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Kelas adalah kelompok kerja yang organisir untuk tujuan tertentu, yang dilengkapi dengan tugas-tugas dan diarahkan oleh guru.
b.      Dalam situasi kelas guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tapi bagi semua anak atau kelompok.
c.       Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku masing-masing individu dalam kelompok itu.
d.      Kelompok kelas mempersiapkan pengaruhnya kepada anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam bimbingan mereka dikelas soal mereka belajar.
e.       Praktek guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan siswa makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas anggota-anggota dalam kelas.
f.       Struktur kelompok pada komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara guru mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi mereka yang opotis, masa bodoh atau bermusuhan.

4.      Tips khusus mengelola konflik

a.       Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan kesulitan dan permasalahan.
b.      Mampu menjelaskan batasan-batasan bagi peserta tanpa harus mengajukan sebuah alternatif lainnya.
c.       Memiliki kemampuan untuk memotivasi dan mendorong semua peserta untuk berpartisipasi aktif dalam forum diskusi yang sedang berlangsung.
d.      Memiliki kemampuan mengulang pendapat seseorang peserta dan menjelaskan dengan cara yang lebih jeas dan efektif.
e.       Mempunyai keahlian mengajukan pertanyaan yang membantu menyelesaikan kesulitan peserta didik.
f.       Mempunyai kemampuan untuk membuat kesimpulan ketika hal itu dibutuhkan peserta didik.
g.      Memiliki kemampuan untuk membedakan antara pembentukan ide dan penilaian terhadap sebuah ide, dimana biasanya penilaian terhadap sebuah pendapat lebih sulit dari pada pembentuknya.


E.     Menata Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan

      Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka, bertumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional.oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang menyenangkan. Menurut Ahmad syarat-syarat kelas yang baik adalah :
1.      Rapi, bersih, sehat, dan tidak lembab.
2.      Cukup cahaya yang meneranginya.
3.      Sirkulasi udara cukup.
4.      Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi, dan jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.
     Beberapa syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan menurut Ahmad adalah sebagai berikut:

1.      Tata Ruang Kelas

           Pada prinsipnyasistem belajar yang kita anut di Sekolah Dasar (SD) adalah sitem klasikal. Tetapi ada beberapa metode mengajar yang tidak selalu memakai sistem klasikal, misalnya metode eksperimen, diskusi kelompok, dan lain sebagainya.
           Dalam penataan ruang kelas, almari kelas adapat ditempatkan disamping papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat ditaruh dibelakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk menyimpan piagam, vandel dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi setempat.

2.      Menata Perabot KelaS

           Ahmad menyatakan “ perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan kelas “. Menurut Djauzak Ahmad perabot kelas meliputi:
a.       Papan tulis.
b.      Meja kursi guru.
c.       Meja kursi siswa.
d.      Almari kelas.
e.       Jadwal pelajaran.
f.       Papan absensi.
g.      Daftar piket kelas.
h.      Kalender pendidikan.
i.        Gambar-gambar.
j.        Tempat cuci tangan.
k.      Tempat sampah.
l.        Sapu dan alat pembersih lainnya.
Gambar-gambar alat peraga.


[1] http://pandangan.com/keterampilan-mengelola-kelas-penting-untuk-guru/
[2]Mudasir, Manajemen kelas, Zanafa Publishing :Tampan pekanbaru,riau hal.85.
[3]Anonim, Displin kelas.(Online), Tersedia : Http:// manajkelas.Wordpress.com/2012/06/04/disiplin-kelas/.2012
[4]Ibid, hal : 89-95


Related Post:




0 Response to "Keterampilan mengelola sebuah kelas, komponen keterampilan mengelola kelas tujuan keterampilan mengelola kelas keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan mengapa guru harus menguasai keterampilan mengelola kelas ? keterampilan mengadakan variasi keterampilan dasar mengajar keterampilan memberi penguatan pengelolaan kelas"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel