Keterampilan mengelola sebuah kelas, komponen keterampilan mengelola kelas tujuan keterampilan mengelola kelas keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan mengapa guru harus menguasai keterampilan mengelola kelas ? keterampilan mengadakan variasi keterampilan dasar mengajar keterampilan memberi penguatan pengelolaan kelas
Friday, June 29, 2018
Add Comment
Keterampilan mengelola sebuah kelas, Manajemen penataan penegakan disiplin kelas, Manajemen Perilaku Murid, Manajemen Konflik di dalam KelasMenata Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan
A. Keterampilan mengelola sebuah kelas
Pengelola kelas adalah sebuah
kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan kondisi belajar dalam keadaan
menyenangkan apabila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran.Kegiatan-kegiatan
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang kondusif bagi terjadinya
proses pembelajaran ini misalnya menghentikan tingkah laku siswa yang membuat
perhatian kelas teralihkan.[1]
1. Manajemen tata Lingkungan fisik kelas
Salah satu faktor terpenting
dalam sebuah pembelajaran adalah lingkungan. Siswa harus dibuat terus-menerus
memberikan reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi
sesuai dengan kondisi yang diinginkan.Guru harus bisa menciptakan lingkungan kelas
yang membantu perkembangan pendidikan para peserta didiknya .
Adapun langkah-langkah yang harus
diperhatikan dalam lingkungan fisik ini adalah:
·
Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat.
·
Keindahan kelas, sedapat mungkin kelas itu harus merupakan tempat yang
indah dan menyenagkan.
·
Lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan, maksudnya
peredaraan udara dan cahaya yang masuk sangat diperlukan.
2. Pengaturan tempat duduk siswa
Pengaturan tempat duduk siswa
yang paling populer dikebayakan kelas adalah siswa secara berderet menghadap
kepapan tulis dan guru. Pada umumnya tempat duduk ini diatur sesuai dengan
tinggi dan pendeknya siswa. Yang tinggi duduk yang paling belakang dan yang
pendek didepan.[2]
B. Manajemen penataan penegakan disiplin kelas
1. Pengertian disiplin kelas
Kata disiplin berasal dari bahasa
latin“Disciplina” yang merujuk kepada belajar mengajar. Disiplin adalah
kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa
paksaan dari siapapun.[3] Adapun menurut kamus bahasa indonesia, W.j.S
Poerwadarminta, disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya
segala untuk menaati tata tertib disekolah.
Dengan demikian, anak yang tidak
mengenal disiplin akan cenderung menjadi nakal/ pembangkang, oleh karena itu
pembentukan disiplin adalah sejalan dengan pendidikan watak.
2. Pendekatan dalam penegakan disiplin
a.
Pemberikan Bimbingan
Guru hendaknya memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berbuat dan menumbuhkan gagasan baru/ ide-ide baru
secara wajar sesuai tingkatan kelasnya. Untuk itu siswa perlu diberi bimbingan
dan penyuluhan untuk memahami dan mengenali diri mereka sendiri agar bisa
mengembangkan tingkah laku yang baik.
b. Evaluasi
pada diri sendiri.
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengevaluasi tingkah lakunya sendiri berdasarkan peraturan tata
tertib yang telah ditetapkan.
3. Teknik-teknik membina disiplin kelas
a.
Teknik keteladanan guru
Guru hendaknya memberi contoh
teladan sikap dan perilaku yang baik kepada siswanya.
b. Teknik
bimbingan guru
Guru hendaknya senantiasa
memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan kedisipilan para
siswanya.
c.
Teknik pengawasan bersama
Disiplin kelas yang baik
mengandung pula kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa menerimanya
sebagai pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib.
4. Upaya Menegakkan disiplin
Upaya untuk menegakkan kesiplinan
didalam kelas dilakukan melalui pihak yang terkait, semua pihak harus bekerja
sama yang baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab untuk menciptakan
kedisplinan bagi para siswa.
a. Guru
kedisplinan sangat berperan
penting bagu pribadi seorang guru, karena guru merupakan suri tauladan bagi
para siswanya. Guru harus mempunyai kewibawaan sehingga disegani siswanya,
sehingga ia tidak kesulitan dalam menciptakan suasana yang dispin didalam kelas
tanpa menggunakan hukuman ataupun tindakan.
b. Siswa
Peran siswa dalam menciptakan
kedisplinan didalam kelas tak kalah pentingnya, karena faktor pertamanya adalah
siswa itu sendiri dan siswa merupakan subjek dalam pembelajaran. Jadi kesadaran
siswa dalam menaati segala aturan tata tertib sangat diperlukan disekolah.
c. Orang tua.
Peran orang tua dalam mewujudkan
disiplin khususnya bagi anaknya turut membantu, karena orang tualah yang lebih
banyak mempunyai waktu untuk mengawasi putra/ri nya di rumah.[4]
C. Manajemen Perilaku Murid
Perilaku
manusia ( murid ) adalah hal yang sangat komplek sekali untuk dipelajari. Kita
semua percaya bahwa bahwa semua perilaku adalah hasil proses pembelajaran yang
terus menerus. Yang pada akhirnya tertanam dalam memori dan outputnya dapat
kita lihat saat kita menghadapi krisis.Perilaku merupakan masalah karena
terkait erat dengan efektif belajar dari kedua siswa dan perspektif guru.
1. Perilaku sebagai pusat orientasi pendidikan
a. Pengertian sikap/kepribadian (Attitude)
Lebih dari 30 definisi tentang
sikap telah dikemukakan para ahli psikologi. Apabila di himpun, maka dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu yang menyatakan bahwa sikap merupakan :
1. Bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan.
2. Kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu ( Stimulus-Respon
).
3. Konstelasi
komponen kognitif, afektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami,
merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.
Jadi,
perubahan sikap tergantung kepada ada tidaknya perubahan pengalaman, motivasi,
persepsi, keyakinan, dan kondisi lingkungan seorang individu.
b. Perubahan sikap (perilaku) sebagai tujuan utama pendidikan
Hakekat
pendidikan adalah perubahan tingkah laku. Apabila tidak terjadi perubahan
perilaku, maka pada hakekatnya tidak ada pendidikan atau pendidikan yang
dilaksanakan tidak berhasil.
Perilaku
yang menjadi tujuan pendidikan tergantung kepada keyakinan dan filosofi hidup
suatu bangsa. Untuk Indonesia dapat tergambar dari filosofis bangsa, yaitu
Pancasila. Turunan dari tujuan tersebut adalah masyarakat yang Taqwa, Cerdas,
dan Trampil menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Jadi, tujuan
pendidikan di Indonesia adalah membentuk manusia Indonesia, yang Taqwa (Iman,
Islam, Ikhsan),Cerdas (displin, cermat, kritis, peka, kreatif, tabah, penuh
inisiatif, dan selalu berbuat baik), dan Trampil ( mengerjakan sesuatu dengan
cepat, tepat, rapi, dan baik).
c. Kurikulum berorientasi pada Perilaku
Penyusunan kurikulum di Indonesia
sampai saat ini masih mengacu kepada tiga domain yang dikemukakan Benyamin
S.Bloom, yaitu Domain Kognitif, affective, dan psikomotor. Apabila melihat
kepada GBPP yang ada, maka sesungguhnya ketiga aspek ini telah disusun dan
tercantum sebagai Tujuan Pembelajaran Umum. Namun, realita di lapangan yang
menjadi pusat perhatian guru hanya kepada aspek kognitif sehingga aspek
nilai/sikap dan Psikomotor kurang mendapat perhatian.
Menurut
Mudasir sudah saatnya diadakan perubahan dari konsep tentang kurikulum ini.
Domain yang dikemukakan oleh Bloom yang berdasarkan filosofi materi alistis
bisa jadi tidak cocok bagi bangsa Indonesia yang berfilosofi idealis sehingga
hasilnya nampak kering dari sisi aspek perilaku yang berkaitan yang berkaitan
dengan moral bangsa.disamping itu kurang pas dengan tujuan pendidikan yaitu
Taqwa, Cerdas, dan Trampil.
Oleh karena
itu, kurikulum mestinya disusun berdasarkan tujuan meningkatkan dan mengoptimalkan
potensi anak didik yang berupa penguasaan akan bahasa, logika, etika, dan
estetika. Bahasa dan logika merupakan alat untuk mempelajari dan mengembangkan
ilmu (fikir), sedangkan etika dan estetika sebagai sarana untuk mengoptimalkan
rasa bathin dan hubungan antara individu dengan alam sekitarnya termasuk
hubungan dengan Tuhan dan sesama makhluk (dzikir).
2. Sikap guru dalam menghadapi siswa
a. Pengertian dan Problematika guru
Sepertinya
halnya pengertian-pengertian cerdas dan trampil sebagaiman dikemukakan di atas,
maka terhadap pengertian guru pun terjadi suatu degradasi. Kini guru hanyalah
seorang pekerja penyampai materi pelajaran. Kadangkala guru hanya bertindak
sebagai pengganti mesin photo-copy. Dia menyampaikan materi persis seperti apa
yang tertera pada buku paket yang menjadi pegangannya bahkan sampai tanda titik
dan komanya. Terjadinya degradasi ini tidak lepas dari perubahan nilai dan
filosofi kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Pergeseran telah
terjadi dari filosofi idealis (Timur) ke filosofi materialis (Barat). Hal ini
karena arah, gaya, dan model kurikulum kita lebih condong mengacu ke Barat.
Ada tiga
istilah yang kini menjadi tidak jelas lagi pengertian hakikinya, yaitu
pengajar, pendidik, dan guru. Ketiga istilah itu saat ini seolah-olah sama.
Padahal secara hakiki terdapat perbedaan apabila mengacu kepada konsep ketiga
istilah itu pada masa lalu. Pengajar adalah seseorang yang mengajarkan suatu
pengetahuan, keterampilan, atau seni pada seorang atau sekelompok orang.
Penekanannya hanya kepada mengajarkan. Pendidik disamping dia pasti
seorangpengajar juga dia menyampaikan nilai-nilai dan norma-norma yang
baik.penekanannya lebih bersifat kepada nilai dan norma (moral). Guru adalah
orang yang “digugu dan ditiru” sehingga dikenal suatu satire atau peribahasa “
guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Pergeseran telah terjadi, karena
sekarang tempat buang air kecil di disain memang untuk berdiri.
Saat ini
mendengar istilah” yang perlu digugu dan ditiru” saja, nampaknya sudah seperti
tabu, sudah menjadi suatu yang tidak mungkin lagi dilakukan. Mereka berdalih
guru bukan pula malaikat bukan pula nabi.
Akhirnya, tujuan idealisme
seorang guru telah dibunag jauh-jauh. Akibatnya, pendidikan menjadi kering dari
makna nilai dan norma (moral). Disisi lain budaya paternalistik masyarakat kita
masih melekat kuat.
Pergeseran-pergeseran makna, nilai, dan filosofi hidup inilah yang menyebabkan
bergesernya makna pendidikan kita. Hasil suatu pendidikan hanya ditunjukkan
dengan sehelai kertas berupa Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) atau ijazah yang
dilengkapi dengan sederet angka-angka hasil pengukuran pengetahuannya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Guru
Guru
merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan karena guru secara langsung
berhadapan dan secara formal bertugas mengkondisikan optimalisasi potensi
muridnya. Sikap guru terhadap siswa, sebagai mana konsep sikap di atas, sangat
tergantung kepada pengalaman hidupnya, motif untuk menjadi guru,
keyakinan/filosofi hidupnya, dan lingkungan dimana dia hidup.
Pengalaman
hidup yang paling mungkin memepengaruhi sikapnya terhadap siswa adalah
pengalaman ketika da menjadi murid. Pengalaman tersebut tentu saja ada yang
menyenangkan dan ada pula yang tidak menyenangkan. Pengalaman yang menyenangkan
diduga akan ditiru sehingga sikap positif terhadap siswa bukan amsalah lagi.
Namun pengalaman yang tidak menyenangkan akan menyebabkan dua kemungkinan
sikapnya terhadap siswa tergantung kepada motif dan keyakinan dia sebagai guru.
Apabila dia mempunyai motivasi kuat untuk menjadi guru yng baik, maka
pengalaman yang tidak menyenangkan akan ditinggalkan, namun apabila motifnya
untuk menjadi guru hanya sekedar melaksanakan pekerjaan (demi pekerjaan), maka
kemungkinan besar pengalaman pahitnya akan ditularkan kepada siswanya. Bahkan
bisa terjadi ajang balas dendam.
Motivasi
yang kuat menjadi seorang guru yang baik akan menyebabkan sikap positif kepada
siswa. Motivasi ini dipengaruhi juga oleh keyakinan yang dia yakini. Jika
meyakini bahwa menjadi seorang guru itu sebagai pekerjaan mulia, maka dia akan
selalu sungguh-sungguh menjadi seorang guru yang baik sehingga bersikap baik
pula kepada siswanya.Lingkungan juga sangat mempengaruhi sikap seorang guru baik
itu lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, maupun lingkungan kerja.
c. Filosofi Guru dan Sikap Guru terhadap Siswa
Bangsa
Indonesia yang mengaku bangsa yang besar, dan memang bangsa yang besar,
sesungguhnya telah mempunyai tokoh penegak filosofi bagi para guru di negeri
tercinta ini, yaitu Ki Hajar Dewantara. Filosofi yang terkenal tentang
sikap/perilaku yang mesti dimiliki guru dari Ki Hajar Dewantara adalah :
ING NGARSA
SUNG TULADA, ING MADYA MANGUN KARSA,dan TUT WURI HANDAYANI.
Namun
demikian, nampaknya filosofi ini terus terkikis. Pada awalnya hanya dijadikan
slogan, kemudian kini hanya tinggal motto Departemen Pendidikan Nasional, yaitu
TUT WURI HANDAYANI.
Beberapa
guru pun nampaknya keberatan menggunakan filosofi ini terutama ING NGARSA
SUNG TULADA. Mereka mengatakan bahwa mereka bukan malaikat sehingga tidak
mungkin dapat menjadi tuladan. Hal ini mengindikasikan:
a) Pemahaman
filosofi dari Ki Hajar Dewantara mulai kurang dipahami.
b) Terjadi
pergeseran Nilai, dari nilai-nilai idealis ke nilai-nilai materialistis praktis
(pragmatisme).
Segala
sesuatu dipandang dari sisi praktisnya dan materinya sehingga tidak punya
cita-cita ideal lagi. Hal inilah salah satu penyebab keringnya pendidikan kita
dari nilai dan norma tauladan.
D. Manajemen Konflik di dalam Kelas
Diketahui
bahwa setiap organisasi memiliki aktifitas-aktifitas pekerjaan tertentu dalam
rangka mencapai tujuan organisasi tersebut dan salah satu aktivitas tersebut
adalah manajemen. Dalam dunia pendidikan manajemen kelas itu dapat diartikan
sebagai aktifitas proses pembelajaran yang memadukan sumber-sumber pendidikan
agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Manajemen
kelas penting kedudukannya dalam dunia pendidikan , khususnya dalam proses
pembelajaran, utamanya untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam pencapaian
tujuan yang diinginkan.
1. Konflik yang terjadi di dalam kelas
Di dalam kelas tidak selamanya berjalan dengan baik. Banyak
konflik-konflik yang terjadi di dalam kelas tersebut. Adapun konfli-konflik ini
terjadi bila seorang siswa menghadapi permasalahan. Terkadang permasalahan
tersebut terjadi diluar sekolah dan di dalam sekolah. Misalnya diluar sekolah,
siswa menghadapi permasalahan yang ada pada keluarga akan menjadi beban pikiran
seorang anak sehingga permasalahan tersebut dibawa ke sekolah.
Di bawah ini ada beberapa hal yang menjadi permasalahan-permasalahan di dalam kelas:
a.
Perbedaan pendapat.
b. Perbedaan
tingkah laku.
c.
Adanya kepentingan masing-masing individu di dalam kelas.
d. Adanya
kelompok di dalam kelas itu sendiri.
e.
Kurangnya alat-alat pembelajaran di dalam kelas.
Adapun yang menyebabkan terjadinya konflik didalam kelas adalah:
a.
Adanya kesalahpahaman atau kegagalan komunikasi.
b.
Keadaan pribadi individu yang saling konflik.
c.
Perbedaan nilai, pandangan dan tujuan.
d.
Perbedaan standar penampilan.
e.
Perbedaan yang berkenaan dengan cara-cara.
f.
Hal-hal yang berkaitan dengan tanggung jawab.
g.
Kurangnya kemampuan berkomunikasi.
h.
Hal-hal yang berhubungan dengan kekuasaan.
i.
Adanya prutrasi dan kejengkelan.
j.
Adanya kompetensi memperebut sumber yang terbatas.
2. Menangani konflik di dalam kelas
a.
Menciptakan komunikasi timbal balik vertical maupun horizontal.
b.
Menggunakan jasa pihak ketiga.
c.
Menggunakan jasa pengawas.
Konflik-konflik ini biasanya dipicu oleh hal-hal yang kecil
seperti mengganggu siswa lain, meminjam barang tanpa izin, berebut menggunakan
peralatan sekolah, dan lain-lain. Siswa yang terlibat konflik apabila dapat
menyelesaikan sendiri, maka biasanya para guru membawa mereka keluar kelas
untuk menyelesaikan masalah mereka agar tidak mngganggu siswa-siswa lain dan
pada saat yang sama melatih mereka memecahkan masalah mereka sendiri. Namun
bila menurut para guru diperlukan campur tangan guru yang lain untuk
menyelesaikan masalah maka berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa kita
ambil sebagai mediator:
1) Memberikan
kesempatan kepada siswa-siswa yang terlibat konflik untuk mengatakan masalah
dan perasaan yag dirasakan dari sudut pandang mereka.
2) Memberi
pengertian kepada kedua belah pihak mengapa tindakan yang mereka lakukan itu
salah.
3)
Mendiskusikan tentang cara terbaik untuk menyelesaikan konflik dan memilih
penyelesaian yang dapat diterima oleh mereka berdua.
4) Bila
masalah telah terselesaikan maka tinggal mengawasi mereka apakah mereka
menjalankan hasil dari diskusi tersebut dan mengingatkan mereka bila mereka
lupa.
5) Menegur.
3. Beberapa hal yang harus diperhatikan guru
Agar kelas menjadi efisien dan
terhindar dari konflik maka guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Kelas adalah kelompok kerja yang organisir untuk tujuan tertentu, yang
dilengkapi dengan tugas-tugas dan diarahkan oleh guru.
b. Dalam
situasi kelas guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tapi bagi
semua anak atau kelompok.
c.
Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku
masing-masing individu dalam kelompok itu.
d. Kelompok
kelas mempersiapkan pengaruhnya kepada anggota. Pengaruh yang jelek dapat
dibatasi oleh usaha guru dalam bimbingan mereka dikelas soal mereka belajar.
e.
Praktek guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan
siswa makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas
anggota-anggota dalam kelas.
f.
Struktur kelompok pada komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh
cara guru mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun bagi
mereka yang opotis, masa bodoh atau bermusuhan.
4. Tips khusus mengelola konflik
a.
Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan kesulitan dan permasalahan.
b. Mampu
menjelaskan batasan-batasan bagi peserta tanpa harus mengajukan sebuah
alternatif lainnya.
c.
Memiliki kemampuan untuk memotivasi dan mendorong semua peserta untuk
berpartisipasi aktif dalam forum diskusi yang sedang berlangsung.
d. Memiliki
kemampuan mengulang pendapat seseorang peserta dan menjelaskan dengan cara yang
lebih jeas dan efektif.
e. Mempunyai
keahlian mengajukan pertanyaan yang membantu menyelesaikan kesulitan peserta
didik.
f.
Mempunyai kemampuan untuk membuat kesimpulan ketika hal itu dibutuhkan
peserta didik.
g. Memiliki
kemampuan untuk membedakan antara pembentukan ide dan penilaian terhadap sebuah
ide, dimana biasanya penilaian terhadap sebuah pendapat lebih sulit dari pada
pembentuknya.
E. Menata Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan
Kelas
merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka, bertumbuh dan
berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional.oleh karena itu
kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar
yang menyenangkan. Menurut Ahmad syarat-syarat kelas yang baik adalah :
1. Rapi,
bersih, sehat, dan tidak lembab.
2. Cukup
cahaya yang meneranginya.
3. Sirkulasi
udara cukup.
4. Perabot
dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi, dan jumlah siswa
tidak lebih dari 40 orang.
Beberapa
syarat yang perlu diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan menurut Ahmad
adalah sebagai berikut:
1. Tata Ruang Kelas
Pada prinsipnyasistem belajar yang kita anut di Sekolah Dasar (SD)
adalah sitem klasikal. Tetapi ada beberapa metode mengajar yang tidak selalu
memakai sistem klasikal, misalnya metode eksperimen, diskusi kelompok, dan lain
sebagainya.
Dalam penataan ruang kelas, almari kelas adapat ditempatkan
disamping papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan
dapat ditaruh dibelakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca
untuk menyimpan piagam, vandel dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot
kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi setempat.
2. Menata Perabot KelaS
Ahmad menyatakan “ perabot kelas adalah segala sesuatu
perlengkapan yang harus ada dan diperlukan kelas “. Menurut Djauzak Ahmad
perabot kelas meliputi:
a.
Papan tulis.
b. Meja kursi
guru.
c. Meja
kursi siswa.
d. Almari
kelas.
e.
Jadwal pelajaran.
f.
Papan absensi.
g. Daftar
piket kelas.
h. Kalender
pendidikan.
i.
Gambar-gambar.
j.
Tempat cuci tangan.
k. Tempat sampah.
l.
Sapu dan alat pembersih lainnya.
Gambar-gambar alat peraga.
[1]
http://pandangan.com/keterampilan-mengelola-kelas-penting-untuk-guru/
[2]Mudasir, Manajemen kelas,
Zanafa Publishing :Tampan pekanbaru,riau hal.85.
[3]Anonim, Displin
kelas.(Online), Tersedia : Http://
manajkelas.Wordpress.com/2012/06/04/disiplin-kelas/.2012
[4]Ibid, hal : 89-95
0 Response to "Keterampilan mengelola sebuah kelas, komponen keterampilan mengelola kelas tujuan keterampilan mengelola kelas keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan mengapa guru harus menguasai keterampilan mengelola kelas ? keterampilan mengadakan variasi keterampilan dasar mengajar keterampilan memberi penguatan pengelolaan kelas"
Post a Comment