بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

Sejarah munculnya tasawuf dan Perkembangannya Di Indonesia, makalah sejarah perkembangan tasawuf perkembangan tasawuf di indonesia makalah sejarah munculnya tasawuf sejarah singkat perkembangan tasawuf makalah perkembangan ilmu tasawuf di indonesia pertanyaan sejarah perkembangan tasawuf sejarah tasawuf sejarah perkembangan tasawuf modern

pengertian tasawuf, tujuan tasawuf, Sejarah munculnya tasawuf dan perkembangannya, ilmu-ilmu tasawuf, perkembangan tasawuf diindonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Manusia sebagaimana disebutkan Ibn Khaldun memiliki pancaindera (anggota tubuh), akal pikiran dan hati sanubari. Ketiga potensi ini harus bersih, sehat, berdaya guna dan dapat bekerja sama secara harmonis. Untuk menghasilkan kondisi seperti ini ada tiga bidang ilmu yang berperan penting. Pertama, fikih berperan penting dalam membersihkan dan menyehatkan panca-indera dan anggota tubuh. Istilah yang digunakan fikih untuk pembersihan dan penyehatan pancaindera dan anggota tubuh ini adalah thaharah (bersuci). Karenanya fikih banyak berurusan dengan dimensi eksoterik (lahiriah) dari manusia. Kedua filsafat berperan dalam menggerakkan, menyehatkan dan meluruskan akal pikiran. Karenanya filsafat banyal berurusan dengan dimensi metafisik dari manusia, dalam rangka menghasilkan konsep-konsep yang menjelaskan inti tentang sesuatu. Inti dari bermacan-macam merek bulpoint misalnya adalah alat tulis, dan ketika disebut alat tulis maka seluruh merek bulpoint akan tercakup. Ketiga tasawuf berperan dalam membersihkan hati sanubari. Karenanya tasawuf banyak berurusan dengan dimensi esoteric (batin) dari manusia.

Adanya tiga potensi yang dimiliki manusia itu dapat dilihat dari isyarat yang terkandung dalam ayat berikut:

“Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur”.

Pada ayat tersebut terdapat kata al-af’idah yang diartikan hati. Al-Raghib al-Asfahani, Ahli Kamus Al-Qur’an mengatakan bahwa kata al-al’afidah adalah jamak dari kata fu’ad yang artinya sama dengan al-qalb (hati), namun al-fu’ad lebih menunjukkan pada bekerjanya hati dalam menimbang-nimbang masalah secara jernih. Karenanya al-fu’ad lebih cocok disebut hati kecil yang tak pernah berbohong. Sedangkan al-qalb secara harfiah berarti bulak balik dan ini menunjukkan paa bekerjanya hati yang tidak tetap, terkadang suka, terkadang benci, terkadang kasihan, terkadang kejam, dan seterusnya. Karenanya ia bisa dibisikkan setan. Hal ini berbeda dengan kata al-kabidu yang artinya hati dalam bentuk fisiknya seperti hati kerbau, hati ayam yang merupakan bahan makanan.[1]

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tasawuf ?
2.      Apa tujuan tasawuf?
3.       Bagaimana Sejarah munculnya tasawuf dan perkembangannya
4.      Apa saja ilmu-ilmu taswuf?
5.      Bagaimana perkembangan tasawuf diindonesia?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tasawuf

Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution, misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah), (orang yang ikut pindah dengan Nabi dari Makkah ke Madinah), saf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa Yunani: hikmat), dan suf (kain wol)[2]. Keseluruhan kata ini bisa-bisa saja dihubungkan dengan tasawuf.

Dari segi Linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.

Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakan masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu :

a.       Manusia sebagai makhluk terbatas maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.

b.      Manusia sebagai makhluk yang harus berjuang maka tasawuf dapat dapat didefinisikan sebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan

c.       Manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan maka tasawuf dapat didefinisikan sebagai kesadaran fitrah (Ke-Tuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa agar tertuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.



Jika tiga definisi tasawuf tersebut di atas satu dan lainnya dihubungkan, maka segera tampak bahwa tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dengan kata lain, tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan.



2.2 Tujuan Tasawuf


Tujuan tasawuf yang penjabaran secara aksiologi dipahami sebagai berikut:

a)      Kembali kepada nilai kemanusian yang seutuhnya

Tasawuf dalam hal ini dipandang sebagai sum-sum tulang atau dimensi dalam dari wahyu keislaman, sebagai upaya luhur tercapainya tauhid, semua orang Islam yakin akan kesatuan sebagaimana mana terungkap dalam pengertian yang universal akan syahadat.

b)      Ketenangan Jiwa (kebahagian) dan kesadaran diri

c)      Pencapaian tujuan-tujuan tasawuf dalam penjabaran maqamat.[3]



2.3  Sejarah Munculnya Tasawuf dan perkembangannya


Berbagai pendapat tentang muncul dan berkembangnya tasawuf:

a.       Pada abad pertama dan kedua Hijriyah

1.      Perkembangan Tasawuf pada Masa Sahabat


Para sahabat juga mencontohi kehidupan Rasulullah yang serba sederhana, dimana hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada Tuhan-Nya. Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan berfungsi maha guru bagi pendatang dari luar kota madinah, yang tertarik pada kehidupan sufi antara lain:

a.       Abu Bakar Ash-Shiddiq

b.      Umar bin Khattab

c.       Utsman bin Affan

d.      Ali bin Abi Thalib

e.       Salman Al-Farisy

f.       Abu zar Al-Ghifary

g.      Ammar bin Yasir

h.      Hudzaifah bin Al-Yaman

i.        Niqdad bin Aswad

2.      Perkembangan tasawuf pada masa tabiin


Ulama sufi dari kalangan tabiin, adalah murid dari ulama-ulama sufi dari kalangan sahabat. Ada beberapa tokoh-tokoh ulama sufi tabiin, antara lain:

a.       Al-Hasan Al-Bashri hidup tahun 22H-110H

b.      Rabi’ah Al-Adawiyah, wafat tahun 105H

c.       Sufyan bin Said Ats-Tsaury hidup tahun 97H-161H

d.      Syaqieq Al-Bakhiy, wafat tahun 194H 

b.      Pada Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah

1.      Perkembangan tasawuf pada abad ketiga hijriyah


Pada abad ini, terlihat perkembangan tasawuf yang pesat, ditandai dengan adanya segolongan ahli tasauf yang mencoba memiliki inti ajaran tasawuf yang bekembang masa itu.

2.      Perkembangan tasawuf pada abad keempat hijriyah


Pada abad ini, ditandai dengan kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan dengan kemajuannya di abad ketiga hijriyah karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan ajaran tasawuf masing-masing. Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf diluar kota Baghdad. Perkembangan tasawuf diberbagai negeri dan kota tidak mengurangi perkembangan tasawuf dikota Baghdad.

c.       Pada Abad Kelima Hijriyah


Di samping adanya pertentangan yang turun temukan antara ulama sufi dengan ulama Fiqh, maka abad kelima ini, keadaan semakin rawan ketika berkembangnya mazhab syi’ah ismailiyah yaitu suatu mazhab (paham) yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib.

d.      Abad Keenam, Ketujuh, dan Kedelapan Hijriyah


Perkembangan tasawuf pada abad keenam hijriyah banyak ulama tasawuf yang sangat berpengaruh dalam perkembangan tasawuf abad ini antara lain Syihabuddin Abul Futu As-Suhrawardy, wafat tahun 587H/1191M. Ia mula-mula belajar filsafat dan ushul Fiqh pada Asy-syekh Al-Iman Majdudin Al-Jily di Aleppo, bahkan sebagian besar ulama dari berbagai disiplin ilmu agama di negeri itu, telah dikunjunginya untuk menimba ilmu pengetahuan dari mereka.



e.       Pada Abad Kesembilan, Kesepuluh Hijriyah, dan Sesudahnya


Disini tasawuf sangat sunyi di dunia Islam, berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh, kedelapan Hijriyah. Faktor yang menonjol menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf didunia Islam yaitu:

1.      Karena memang ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan dikalangan masyarakat Islam, sebab banyak diantara mereka yang teralu menyimpang di ajaran Islam yang sebenarnya.

2.      Karena ketika itu, penjajah bangsa Eropa yang beragama nasrani sudah menguasai seluruh negeri Islam. Tentu paham-paham selalu dibawa dan digunakan untuk menghancurkan ajaran tasawuf yang sangat bertentangan dengan pahamnya.[4]

2.4 Ilmu-ilmu dalam Tasawuf

1. Syariat


Ahmad sirhindi (1024/1663H) Menggunakan kata syariat dalam dua pengertian: pertama, yaitu undang-undang yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadits yang berkenaamn dengan moral, ibadah, masyarakat, ekonomi dan sebagainya. Kedua, yaitu segala sesuatu yang ditetapkan oleh Allah SWT melalui rasul-Nya.[5]

2. Tarekat

Tarekat dari segi bahasa berasal dari bahasa arab yang berarti jalan, keadaan, aliran dan garis tertentu. Menurut istilah, tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat, tabi’in sampai kepada guru secara berantai sampai pada masa sekarang.[6]

3. Hakekat

Hakekat termasuk tonggak untuk menempuh jalan menuju akhirat. Dalam hakikat itu manusia yang mencari dapat menemukan ma’rifatullah. Ia akan menemukan hakikat yang tajalli dari kebesaran Allah SWT.

4. Ma’rifat

Dari segi bahasa ma’rifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifah yang meliputi pengetahuan dan pengalaman batin yang mendalam. Dapat pula berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi dari pada ilmu yang bisa didapat oleh orang-orang pada umumnya. Selanjutnya ma’rifat digunakan untuk menunjukkan pada salah satu tingkatan dalam tasawuf.[7]

2.5 Perkembangan Tasawuf di Indonesia

a. Sejarah Pekembangannya Tasawuf

Diskusi tentang keberadaan tasawuf dinusantara tidak bisa lepas dari pengkajian proses islamisasi dikawasan ini. Sebab, tidaklah berlebihan kalau dikatakan, bahwa tersebar luasnya Islam di Indonesia sebagian besar adalah karena jasa para sufi. Akan tetapi, belakangan ini sufisme yang melandasi etos keja mereka itu, kelihatannya hampir terlupakan, kecuali dikalangan tertentu saja. Tasawuf menjadi unsur yang cukup dominan dalam masyarakat pada masa itu. Kenyataan lain dapat pula ditunjuk bagaimana peranan ulama dalam struktur kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam di Aceh sampai pada masa Wali Songo di Jawa. Kepemimpinan raja atau sulthan selalu didampingi dan didukung oleh karisma ulama tasawuf. Dikawasan bagian Sumatra bagian utara saja setidaknya ada 4 sufi terkemuka, antara lain Hamzah Fansuri (abad 17M) di Barus, kota kecil dipantai barat Sumatra di utara Sibolga.

 Perkembangan Islam di Jawa untuk selanjutnya, umumnya digerakkan oleh ulama yang diketahui dan dikenal dengan panggilan Wali Songo atau Wali Sembilan. Semenjak penyiaran Islam di Jawa diambil alih oleh kerabat elit keraton, kelihatannya secara pelan terjadi proses akulturasi sufisme dengan kepercayaan lama dan tradisi lokal, yang berakibat bergesernya nilai keislaman sufisme karena telah tergantikan oleh model spiritualis non religius.

b. Sejarah Masuknya

Membicarakan sejarah masuknya tasawuf ke Indonesia adalah lebih tepat apabila terlebih dahulu meninjau kembali sekilas lintas tentang sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Dari gambaran ini akan kita lihat, apakah masuknya Islam ke Indonesia bersamaan atau sekaligus dengan tasawuf.

Akan tetapi, dari fakta sejarah telah terbukti bahwa pada abad ke-1H atau abad ke-7M Islam telah masuk ke Indonesia dari tanah Arab dan kemudian mengalami kemunduran total dan lalu tampak lagi dengan kekuasaan yang penuh berwibawa pada aba ke-11. Kemunculan kedua ini tampak jelas betapa besar usaha dan dorongan Rajendra Tjola yang berasal dari India Selatan. Setelah itu Islam terus berkembang, samapai pada masa kerajaan Islam yang bersifat nasional pada abad ke-12 dan ke-13M.

Dari uraian diatas dengan jelas kita telah mendapat gambaran, bahwa tasawuf memasuki Indonesia tidak sejak awal mula masuknya Islam ke Indonesia. (Abad ke-1H), tetapi datangnya kemudian. Tentu paling cepat pada awal abad ke-2H dan yang jelas pada abad ke-8 atau abad ke-14H paham tasawuf ini sudah mendapat pasaran di Indonesia.

c. Tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia

•         Hamzah al-Fansuri

•         Syamsudin al-Sumatrani

•         Nuruddin ar-Raniri

•         Abd. Rauf al-Sinkli

•         Abd. Shomad al-Palimbani

•         Syekh Yusuf Al-Makasari

2.6 Pengaruh dan Pengamalan Tasawuf di Indonesia


Ajaran tasawuf pada kemudiannya adalah berhubungan erat dengan tarikat. Di Indonesia tarikat-tarikat yang telah berkembang dan memiliki pengaruh ialah seperti, tarikat qadariyah, naqsabandiyah, syattariyah, saziliyah, khal awatiyah dan sebagainya.

Jauh sebelum ajaran Islam menyentuh bumi Indonesia, dikalangan masyarakat sebenarnya telah tumbuh dan berkembang sikap hidup kerohanian yang selalu mendambakan diri kepada sesuatu yang maha ghoib, telah bersemi, dan mendarah daging dalam diri setiap bangsa Indonesia. Jauh dalam ajaran Islam menyentuh bumi Indonesia, dikalangan masyarakat sebenarnya telah tumbuh dan berkembang sikap hidup kerohanian tertentu, baik berupaya kepercayaan primitif yang bersifat lokal, ataupun yang bercorak hindu budhisme yang datang kemudian.

Dalam keadaan kondisi sikap mental seperti ini, ajaran islam pun datang bersama dengan paham tasawufnya yang kemudian berkembang menjadi ajaran tarekat.

Sumber yang dijadikan dalam pengembangan kesustraan jawa baru ini kitab-kitab kuno yang diubah kedalam bahasa dan syair jawa baru. Selain itu juga bersumber kepada ajaran islam yang telah lama berpusat di pesantren. Dalam pertumbuhan bahasa jawa, pengaruh tasawuf ini telah  meresap dalam perpustakaan jawa. Hal ini dilihat misalnya, dalam primbon sunan Bonang, Suluk Wijil, Suluk Sukarsa dan sebagainya.

Wali Songo dalam usahanya mengembangkan Islam, telah banyak menggunakan adat istiadat tradisi, dan kebudayaan yang berkembang ditengah masyarakat.[8]




BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhlak merupakan ajaran Islam yang menyangkut masalah-masalah kehidupan yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan ukuran-ukuran baik buruk atau benar salahnya suatu perbuatan lahir maupun batin, baik perbuatan yang hanya menyangkut diri pribadi atau yang berkaitan dengan orang lain atau dengan alam.

Akhlak berkitan dengan ajaran bagaimana seharusnya seseorang bertindak sehingga ia dapat mengukur dan diukur moralitasnya. Dengan begitu ia dapat ditentukan apakah ia bermoral atau tidak bermoral berdasarkan kaidah-kaidah moral yang telah ditetapkan oleh Islam.

Tasawuf merupakan ekspresi batin dari akhlak islami yang ditempuh oleh kaum beriman dalam proses penyucian diri. Tujuan utama orang menempuh jalan tasawuf adalah keinginan kuat untuk merasa dekat dengan Allah SWT, sehingga Allah dirasakan hadir di dalam dirinya. Rasulullah Saw adalah model kepribadian yang sempurna dalam menampilkan nilai-nilai moral ketuhanan dalam kehidupan. Pada dirinya ada contoh-contoh bagaimana menerapkan nilai-nilai ketuhanan itu dalam kehidupan nyata umat manusia.



3.2 Saran

Agar tercipta pribadi yang berakhlak mulia, perbanyaklah mempelajari ilmu-ilmu tentang akhlak dan jadikan Rasulullah sebagai cerminan dalam menjalankan kehidupan. Berusahalah menjadi cerminan yang baik bagi orang lain.




DAFTAR PUSTAKA
Nata. Abudin .,  Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia., (Jakarta:Rajawali)
Nasution. Harun,.  Falsafah dan Mistisme dalam Islam (Jakarta:Bulan Bintang, 1983),cet.II
Sabran. Dja’far Pemikiran Sufistik,(Jakarta: Mitra Wacana Media,2014)
Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum siregar,. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2013)
 Abd.Haq Ansari. Muhammad,  Antara Sufisme Dan Syariat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1993
Said. Usman  Ilmu Tasawuf (Medan: Naspar Djaja, 1981)




[1]Abudin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta:Rajawali)., hlm.153-154
[2]Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam (Jakarta:Bulan Bintang, 1983),cet.III.hlm.56-57
[3]Dja’far Sabran, Pemikiran Sufistik,(Jakarta: Mitra Wacana Media,2014), hlm.37-38
[4] Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum siregar,. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2013) hlm. 21-23
[5] Muhammad Abd.Haq Ansari, Antara Sufisme Dan Syariat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1993), Hlm. 103
[6] Abudin Nata, Op.Cit, hlm. 269-270
[7] Ja’far Sabran, Op.Cit hlm. 45
[8] Usman Said, Ilmu Tasawuf (Medan: Naspar Djaja, 1981) hlm. 252-256



Related Post:




0 Response to "Sejarah munculnya tasawuf dan Perkembangannya Di Indonesia, makalah sejarah perkembangan tasawuf perkembangan tasawuf di indonesia makalah sejarah munculnya tasawuf sejarah singkat perkembangan tasawuf makalah perkembangan ilmu tasawuf di indonesia pertanyaan sejarah perkembangan tasawuf sejarah tasawuf sejarah perkembangan tasawuf modern"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel