بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله رب العالمين، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد ، لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

faktor eksternal yang mempengaruhi belajar bahasa, contoh faktor internal dan eksternal dalam belajar faktor pendekatan belajar contoh faktor eksternal faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca faktor yang mempengaruhi pembelajaran menurut para ahli faktor siswa makalah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pengertian faktor internal dan eksternal

faktor eksternal yang mempengaruhi belajar bahasa, tokoh pengemuka teori faktor eksternal yang mempengaruhi belajar bahasa


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsic siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan factor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa factor eksternal yang berpengaruh pada aktifias belajar.

Adapun factor-faktor eksternal yang mempengaruhi pembelajaran bahasa akan dibahas pada bab II.

B.     Rumusan Masalah

1.      Ada berapa faktor eksternal yang mempengaruhi belajar bahasa ?
2.      Siapa saja tokoh pengemuka teori faktor eksternal ?

BAB II
PEMBAHASAN

Faktor Eksternal Belajar Bahasa/Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitarnya dengan iklimnya, flora dan faunanya.

Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.

Certain (seorang ahli psikologi Amerika) dalam Daltono (1997), mengatakan bahwa lingkungan adalah semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dipandang sebagaimempersiapkan lingkungan bagi gen yang lain.


Dalam kaitannya dengan belajar bahasa kedua, lingkungan diartikan sebagai hal yang didengar dan dilihat oleh si pembelajar sehubungan dengan bahasa kedua seperti suasana dikelas, toko, pasar, percakapan dengan teman-teman, dalam proses belajar-mengajar di kelas dan sebagainya. Kualitas lingkungan bahasa merupakan hal penting untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar kedua.[1]

Perkembangan potesi bahasa anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan karena kekayaan lingkungan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan meniru sesuai dengan apa yang anak dengar, lihat dan yang anak hayati dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siapapun sependapat bahwa lingkungan sangat menentukan perkembangan potensi berbahasa anak. Meski begitu, ada perbedaan peran lingkungan dalam mempengaruhi perkembangan berbahasa anak. Perkembangan bahasa lingkungan perkotaan akan berbeda dengan lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil dan di kelompol sosial yang lain.

Lingkungan yang kritis sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak daripada lingkungan yang kaku. Oleh karena itu, perbedaan perkembangan bahasa karena lingkungan yang berbeda menyebabkan perkembangan bahasa anak berbeda-beda.

Krashen (1981) seperti yang dikemukakan Chaer membagi lingkungan bahasa menjadi lingkungan formal dan lingkungan informal/ normal/ alamiah.

Lingkungan formal adalah salah satu lingkungan dalam belajar bahasa yang memfokuskan pada penguasaan kaidah-kaidah bahasa yang dipelajari secara sadar.

Krashen (1983: 36) menyatakan bahwa lingkungan formal ini memiliki ciri, yaitu:

a.       Bersifat artifisial.
b.      Merupakan bagian dari keseluruhan pengajaran bahasa di sekolah atau di kelas.
c.       Di dalamnya pembelajaran diarahkan untuk melakukan aktivitas bahasa yang menampilkan kaidah-kaidah bahasa yang telah dipelajarinya.

Ellis (1986: 217) mengatakan lingkungan formal dapat dilihat pengaruhnya pada dua aspek, yaitu:

a.       Urutan pemerolehan bahasa kedua.
b.      Kecepatan atau keberhasilan dalam menguasai bahasa kedua.
Pengaruh lingkungan formal terhadap kecepatan dan keberhasilan pembelajaran bahasa kedua, pakar bahasa melihatnya dari segi peranan koreksi, peranan perluasan dan peranan frekuensi dalam pemerolehan bahasa kedua.[2]

Lingkungan informal bersifat alami atau natural. Yang termasuk dalam lingkungan ini adalah bahasa yang digunakan oleh teman sebaya, bahasa pengasuh orang tua, bahasa yang digunakan anggota kelompok etnis pembelajar, yang digunakan media massa, bahasa para guru, baik di kelas maupun di luar kelas.

Hasil penelitian Milon (1977) dan Plann (1977) menunjukkan bahwa bahasa teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada bahasa guru.[3]


Dalam pembahasan mengenai pembelajaran bahasa di atas belum disinggung adanya perbedaan antara yang berlangsung dalam lingkungan formal dan yang berlangsung dalam lingkungan informal. Dalam lingkungan formal, kemampuan yang diharapkan adalah penguasaan ragam bahasa formal atau bahasa baku untuk digunakan dalam situasi dan keperluan formal. Sedangkan dalam lingkungan informal, yang diharapkan adalah kemampuan atau penguasaan akan ragam bahassa informal. Kalau dalam kenyataannya kemampuan berbahasa informal lebih dikuasai dari kemampuan berbahasa formal, itu karena kesempatan untuk berbahasa informal jauh lebih luas daripada kesempatan untuk berbahasa formal.[4]

Untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Anak yang secara sengaja dicegah untuk mendengarkan sesuatu atau menggunakan bahasanya untuk berkomunikasi tidak akan memiliki kemampuan berbahasa. Mengapa demikian? Karena bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetis atau keturunan, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa.

Anak memerlukan orang lain untuk mengirimkan atau menerima tanda-tanda suara dalam bahasa itu secara fisik. Anak memerlukan contoh atau model berbahasa, respon atau tanggapan untuk berlatih dan uji coba dalam belajar bahasa dalam konteks yang sesungguhnya.

Dengan demikian, lingkungan sosial tempat anak tinggal dan tumbuh seperti keluarga dan masyarakat merupakan salah satu factor utama yang menentukan pemerolehan bahasa anak. Lau bagaimana kaitan lingkungan sosial dengan perangkat biologis yang telah dimiliki anak sejak lahir? Apakah kalau unsur biologis anak normal masih tetap memerlukan lingkungan sosial untuk mendapatkan kemampuan berbahasanya? Kaitan keduanya sangat erat, tak terpisahkan. Kehilangan salah satudari keduanya akan mengakibatkan anak tidak mampu berbahasa. Jika disederhanakan piranti biologis adalah wadah atau alat, maka lingkungan berperan memberi isi atau muatan.

Konsep lingkungan sosial disini mengacu kepada berbagai prilaku berbahasa setiap individu, seperti orang tua, saudara, anggota masyarakat sekitar dalam mendukung perkembangan bahasa anak. Dukungan dan keterlibatan sosial ini diperlukan anak. Inilah yang disebut Bruner (1983 dalam Santrock, 1994) sebagai system pendukung pemerolehan bahasa.

Kita semua tahu bahwa pengguna bahasa yang baik itu harus memiliki dua hal. Pertama, harus menguasai system atau aturan bahasa yang digunakannya. Kedua, harus memahami dan menguasai aturan sosial penggunaan bahasa itu.kita akan menyebutkan anak kurang ajar apabila dia berbahasa dengan gurunya menggunakan bahasa seperti ketika dia berbicara dengan teman sebayanya. Apabila pirantibiologis memungkinkan anak memahami sistem bahasanya, maka lingkungan sosial memberikan kesempatan baginya untuk berinteraksi dengan bahasa yang dimilikinya sehingga bahasanya berfungsi secara wajar.


BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Lingkungan merupakan faktor pendukung perkembangan anak. Di lingkungan seperti apa dia berkembang, maka seperti itu bentuk kesehariannya. Begitu juga dengan bahasa, apabila seorang anak lahir dan tumbuh di daerah X, maka bahasa sedikit atau banyak bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat.

Demikian juga halnya dalam pembelajaran bahasa Arab, faktor lingkungan sangat berpengaruh sekali dalam kemampuan berbahasa.


DAFTAR PUSTAKA



Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003.

Dra. Hj. Zalyana, AU, M.Ag, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab, Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, 2010.

[1] Dra. Hj. Zalyana, AU, M.Ag, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, 2010) hlm. 204-205.

[2] Dra. Hj. Zalyana, AU, M.Ag, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, 2010) hlm. 206.

[3] Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) hlm. 260.

[4] Dra. Hj. Zalyana, AU, M.Ag, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press, 2010) hlm. 209.



Related Post:




0 Response to "faktor eksternal yang mempengaruhi belajar bahasa, contoh faktor internal dan eksternal dalam belajar faktor pendekatan belajar contoh faktor eksternal faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca faktor yang mempengaruhi pembelajaran menurut para ahli faktor siswa makalah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar pengertian faktor internal dan eksternal"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel