Pengertian, Fungsi dan Peranan, Prinsip-prinsip Dasar, Model-model Kepemimpinan Kepala Madrasah, gaya kepemimpinan kepala madrasah kepemimpinan islami kepala madrasah dan sekolah contoh makalah kepemimpinan kepala madrasah problematika kepemimpinan kepala madrasah jurnal kepemimpinan kepala madrasah makalah peran kepala madrasah kepemimpinan madrasah yang efektif fungsi kepala madrasah
Wednesday, June 27, 2018
Add Comment
Pengertian, Fungsi dan Peranan, Prinsip-prinsip Dasar, Model-model Kepemimpinan Kepala Madrasah
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu
kewajiban yang harus ditempuh oleh setiap individu, dan tidak bisa ditawar
lagi, karena pada dasarnya pendidikan adalah merupakan proses sosial yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia guna menghadapi tuntutan zaman
yang selalu berkembang dan berubah bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Didiklah anakmu karena ia akan hidup di zaman yang berbeda dengan zaman mu,
demikian pesan khalifah kedua umat islam, umar bin khattab, Oleh karena itu
untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin maju serta untuk memenuhi
kebutuhan pengembangan ilmu pengetahuan diperlukan pendidikan yang selalu
ditingkatkan kualitasnya. Dan usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan itu
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembangunan bangsa
Indonesia secara keseluruhan.
Madrasah sebagai salah satu
lembaga pendidikan Islam yang bertujuan agar peserta didik dapat menumbuhkembangkan
potensi-potensi kemanusiaan. Potensi kemanusiaan merupakan benih untuk
kehidupan masa yang akan datang, yang harus lebih maju dari kehidupan sekarang,
baik dalam bidang ilmu pengetahuan yang bersifat keagamaan, umum atau
teknologi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian
Kepemimpinan ?
2. Apa Fungsi dan
Peranan Kepemimpinan ?
3. Bagaimana
prinsip-prinsip dasar kepemimpinan ?
4. Bagaimana
Model-model Kepemimpinan ?
5. Bagaimana
Langkah-langkah Meningkatkan Kepemimpinan Kepala Madrasah ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui
apa pengertian kepemimpinan
2. Untuk mengetahui
fungsi dan peranan kepemimpinan
3. Untuk mengetahui
prinsip dasar kepemimpinan
4. Untuk mengetahui
model kepemimpinan
5. Untuk mengetahui
langkah-langkah kepemimpinan kepala madrasah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai arti yang
berbeda-beda tergantung pada sudut pandang para peneliti yang bersangkutan.
kata kepemimpinan diambil dari kata-kata yang umum dipakai dan merupakan
gabungan dari kata ilmiah yang tidak didefinisikan kembali secara tepat. Maka
kata ini memiliki konotasi yang tidak ada hubungannya dengan kepemimpinan
sehingga mempunyai arti yang mendua. Disamping itu juga ada hal-hal yang
membingungkan karena adanya penggunaan istilah lain seperti kekuasaan,
wewenang, manajemen, administrasi, pengendalian, dan supervisi yang juga
menjelaskan hal yang sama dengan kepemimpinan. Gary Yukl mengutip hasil
observasi yang dilakukan oleh Bennis (yang masih dianggap benar hingga
sekarang) mengatakan bahwa: Sepertinya, konsep kepemimpinan selalu kabur atau
kembali menjadi tidak
jelas karena artinya yang
kompleks dan mendua. Jadi kita harus berjanji untuk menemukan dan menghentikan
perkembangan istilah kepemimpinan tetapi tetap saja konsep ini tidak ada yang
tuntas mendefinisikannya. Ngalim Purwanto mendefinisikan kepemimpinan sebagai
sekumpulan dari serangkaian kemampuan-kemampuan dan kepribadian, termasuk di
dalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka menyakinkan
yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat serta tidak merasa dipakasa.
Wahjosumidjo mengutip pendapat
Koontz, O’Donnel dan Weilhrich. Di dalam bukunya yang berjudul Management
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan secara umum adalah
pengaruh seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh
kemauan berusaha kearah tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan menurut D.E.
Mc. Farland sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses di mana pimpinan dilukiskan akan memberi
perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain
dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. pemimpinan kepala
madrasah dianggap berhasil apabila kepala madrasah itu benar-benar dapat
mencerminkan nilai-nilai kepribadian kepala madrasah yang diharapkan, dalam
melaksanakan tugasnya tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, serta
hasil yang dicapai mencerminkan tercapainya keseimbangan antara tujuan
madrasah, tujuan sumber daya manusia yang ada dalam madrasah, serta keinginan
atau harapan masyarakat. Akhirnya kepemimpinan kepala madrasah dapat juga
artikan sebagai model atau macam-macam kepemimpinan kepala madrasah yang sesuai
dengan situasi dalam rangka mempengaruhi, mengarahkan, membimbing kepada
bawahan dengan cara memperkuat keyakinan, dukungan, dorongan dan kerjasama
dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan lembaga pendidikan.Tentu saja kepala
madrasah bukan satu-satunya determinan bagi efektif tidaknya suatu
madrasah karena masih banyak faktor lain yang perlu diperhitungkan. Ada
guru yang dipandang sebagai faktor kunci yang berhadapan langsung dengan para
peserta didik dan masih ada lagi sejumlah masukan instrumental dan masukan
lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran. Namun, kepala madrasah
memainkan peran yang termasuk sangat menentukan.
B. fungsi dan Peranan kepemimpinan
secara operasional fungsi
kepemimpinan dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok, yaitu:
a. .Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi
satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa,
bagaimana, bilamana, dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat
dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan
untuk menggerakan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi
dua arah Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin
kerapkali memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi
dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan
informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya
konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah
keputusan di tetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan
untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back) untuk memperbaiki dan
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini,
pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi
tidak berarti bebas melakukan semuanya, tetapi dilakukan secara terkendali dan
terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok
orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin
dan bukan pelaksana.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi Delegasi dilaksanakan
dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik
melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi
pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus
diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi,
dan aspirasi.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud
bahwa kepemimpinan yang sukses (efektif) mampu mengatur aktivitas anggotanya
secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan bersama maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan
melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Seluruh
fungsi kepemimpinan tersebut diselenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan
secara integral, yaitu pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja, mampu
memberikan petunjuk yang jelas, berusaha mengembangkan kebebasan berfikir dan
mengeluarkan pendapat, mengembangkan kerja sama yang harmonis, mampu memecahkan
masalah dan mengambil keputusan masalah sesuai batas tanggung jawab
masing-masing, menumbuhkembangkan kemampuan memikul tanggung jawab, dan
pemimpin harus mendayagunakan pengawasan sebagai alat pengendali.
Peranan utama
kepala madrasah dalam mengembangkan budaya mutu mengelola instansi pendidikan
yang efektif, diantaranya: memiliki visi yang jelas mengenai mutu terpadu bagi
organisasinya memiliki komitmen yang jelas terhadap perbaikan mutu, memimpin
mengembangkan staf, dan mengarahkan inovasi dalam organisasi Untuk dapat
mengimplementasikan sistem belajar mengajar secara efektif dan efisien kepala
madrasah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan, dan pandangan
yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala madrasah harus
ditumbuh kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat
belajar, disiplin kerja keteladanan. Lebih lanjut dikatakan bahwa kepala
madrasah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan
proses pembelajaran dengan melakukan survey kelas, pembinaan, dan memberikan
saran-saran positif kepada guru. Di samping itu kepala madrasah juga harus
melakukan tukar pikiran, sumbang saran dan studi banding antar madrasah untuk
menyerap kiat-kiat kepemimpinan dari kepala madrasah yang lain.
Seorang ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa peranan seorang pemimpin yang baik dapat disimpulkan menjadi 10 macam :
a. Sebagai pelaksana (Executive),
yaitu yang ikut berkiprah dalam mencapai tujuan dalam kelompok, dan juga bertanggung jawab atas pelaksanaan hal-hal yang telah di gariskan dalam kelompok yang di pimpinnya.b. Sebagai perencana (Planner),
yaitu pemimpin yang bertugas membuat rencana kegiatan dari yang di pimpinnya. Apa yang mestinya dikerjakan oleh kelompok perlu direncanakan, digariskan oleh pemimpin.c. Sebagai seorang ahli (Expert),
yaitu pemimpin disamping sebagai pembuat kebijakan, maka seorang pemimpin juga digunakan sebagai sumber informasi dari anggota kelompok yang dipimpinnya. Karena itu diharapkan seorang pemimpin adalah seorang ahli dalam bidang yang dipimpinnya.d. Mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (Eksternal group representative), yaitu pemimpin mewakili kelompoknya ke dunia luar kelompoknya. Pemimpin sebagai cerminan sifat-sifat ataupun kepribadian kelompok yang dipimpin.
e. Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (Controller of internal relationship), karena itu seorang pemimpin harus peka terhadap keadaan atau situasi dalam kelompoknya.
f. Bertindak sebagai pemberi penghargaan dan hukuman (Purveyor of rewards and punishments)
g. Merupakan bagian dari kelompok atau panutan ( as Exemplar), yaitu pemimpin harus mampu menjadi panutan, menjadi teladan yang baik dalam ucapan maupun prilaku dari yang dipimpinnya. Hal tersebut menyangkut kewajiban pemimpin.
h. Merupakan lambang dari pada kelompok (Symbol of the group), yaitu bahwa pemimpin merupakan lambing dari yang dipimpinnya.
i. Pemegang tanggung jawab pada anggota kelompoknya (Surrogate for individual responsibility), yaitu di sadari atau tidak seorang pemimpin turut memikul tanggung jawab segala tindakan yang dipimpinnya.
j. Bertindak sebagai seorang ayah (Father figure), yaitu seorang pemimpin juga sebagai seorang “bapak” atau “sesepuh” dari para anggota kelompok, sebagai tempat identifikasi, tempat pencurahan isi hati dari para anggota yang dipimpinnya.
Berdasarkan dari peranan pemimpin
tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki
peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki
tugas yang di embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto sebagai berikut
:
a. Menyelami
kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
b. Dari keinginan
itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar
dapat dicapai.
c. Meyakinkan
kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis
dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut
akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang
harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam
proses di mana seseorang
mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran,
perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
C. Frinsip-frinsip dasar kepemimpinan
Frinsip sebagai paradigma terdiri
dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai
pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R.
Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan
konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai
sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat
atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi
seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan
kekuatan.Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip
(Stephen R. Coney) sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui
pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui
membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik
maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2.Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani
tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan
karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih
berprinsip pada pelayanan yang baik.
3.Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan
semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan
keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif
untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja
untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu,
seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;
a.Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai
orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan
mempertahankan pekerjaan yang
baik. Oleh karena itu, kepercayaan
harus diikuti dengan kepedulian.
b.Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat
menyeimbangkan tugasnya.Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan
keseimbangan diri antara kerja dan olahraga, istirahat dan rekreasi.
Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.
c.Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’sering di
interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk
menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu
tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri
sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas,
kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d.Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa
hidup dalam sinergi dan satu kata perubahan. Mereka selalu mengatasi
kelemahannya sendirian. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan
kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary,
Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari
pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan
setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
e.Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat
memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia
tidak hanya berorientasi pada proses. Proses dalam mengembangkan diri terdiri
dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: pemahaman materi, memperluas materi
melalui belajar dan pengalaman, mengajar materi kepada orang lain,
mengaplikasikan prinsip-prinsip, memonitoring hasil, merefleksikan kepada
hasil;, menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi, pemahaman baru dan
kembali menjadi diri sendiri lagi. Mencapai kepemimpinan yang berprinsip
tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk,
misalnya: kemauan dan keinginan sepihak, kebanggaan dan penolakan
ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman
yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan
perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi.
Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding
perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai
keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam
kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar.
Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain.
Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah
bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam
proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan
memenuhi keinginan orang. Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih
menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan
kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk
menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan
sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip
karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi
juga emosional.
D. Model Kepemimpinan Kepala Madrasah
Dari sekian banyak model
kepemimpinan seperti model kepemimpinan kontigensi, model kepemimpinan efektif,
model kepemimpinan Vroom-Teton, model kepemimpinan Jalur tujuan dan banyak lagi
yang lainnya, yang cocok dengan kepala madrasah adalah model kepemimpinan
transformasional. Secara sederhana kepemimpinan transformasional dapat
diartikan sebagai proses untuk merubah dan mentransformasikan individu agar mau
berubah dan meningkatkan dirinya, yang didalamnya melibatkan motif dan
pemenuhan kebutuhan serta penghargaan terhadap para bawahan. Sudarwan
Danim dan Suparno mengutip pendapat James Mc Gregor Burns menjelaskan bahwa
model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin
perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggung jawab mereka
lebih dari yang mereka harapkan.
Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan
mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas
pemimpinnya. Dalam kepemimpinan transformasional pemimpin mempunyai kemampuan
untuk membawa perubahan yang sangat besar terhadap individu maupun organisasi
dengan jalan: memperbaiki kembali karakter diri individu dalam organisasi
ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau
kembali struktur, proses dan nilai nilai organisasi agar lebih baik dan lebih
relevan. Akhmad Sudrajat berpendapat bahwa terdapat empat faktor untuk menuju
kepemimpinan tranformasional yang dikenal dengan sebutan sebagai berikut:
a.Idealized influenc
kepala madrasah merupakan sosok
ideal yang dapat dijadikan sebagai panutan bagi guru dan karyawannya,
dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk
kepentingan madrasah.
b.Inspirational motivation
kepala madrasah dapat memotivasi
seluruh guru dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi
dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan di
madrasah.
c.Intellectual Stimulation
kepala madrasah dapat menumbuhkan
kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan stafnya dengan mengembangkan
pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan madrasah ke arah yang
lebih baik.
d.Individual consideration
kepala madrasah dapat bertindak
sebagai pelatih dan penasihat bagi guru dan stafnya.
Menurut keterangan diatas
kepemimpinan transfomasioal akan mengahasilkan seorang pemimpin yang efektif
dengan hasil kerja yang lebih baik. Sehingga kepala madrasah perlu menjadikan
kepemimpinan transformasional sebagai model kepemimpinannya, karena
kepemimpinan transformasional merupakan sebuah rentang yang luas tentang
aspek-aspek kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi seorang pemimpin
transformasional yang efektif membutuhkan suatu proses dan memerlukan usaha
sadar dan sungguh-sungguh dari yang bersangkutan di antara model
kepemimpinan yang lainnya ialah :
1. Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis –Demokratis)
Pemimpin memengaruhi pengikutnya
melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrem yang
disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi
ekstrem lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis
pada umumnya bersifat negatif, ketika sumber kuasa atau wewenang bersal dari
adanya pengaruh pimpinan. Jadi, otoritas berada di tangan pemimpin karena
pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang
tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan
hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat,
antara lain pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu,
orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas dan selalu
memberikan arahan kepada bawahannya.
Model Kepemimpinan Ohio dalam
penelitiannya universitas Ohio melahirkan teori dua factor tentang gaya
kepemimpinan yaitu stuktur inisiasi dan konsiderasi. Struktur inisiasi mengacu
pada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungan Makalah Calon Kepala
Madrsah MTs Al Ikhlas Mayung 10 antara dirinya dengan anggota kelompok kerja
dalam upaya membentuk pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau
prosedur yang ditetapkan dengan baik. Adapun konsiderasi mengacu kepada perilaku
yang menunjukan persahabatan, kepercayaan timbal balik, rasa hormat, dan
kehangatan dalam hubungan antara pemimpin dengan anggota stafnya (bawahan).
2. Model Kepemimpinan Likert (Likert’s Management System)
Likert mengembangkan suatu
pendekatan penting untuk memahami perilaku pemimpin. Ia mengembangkan teori
kepemimpinan dua dimensi, yaitu orientasi Tugas dan individu.
Melalui penelitian ini akhirnya Likert berhasil merancang empat system kepemimpinan seperti yang diungkapkan oleh Thoha, yang dikutipoleh E. Mulyasa, yaitu system otoriter, otoriter yang bijaksana, konsultatif, dan partisipatif.
a.Sistem otoriter (sangat
otokratis)
b.Sistem otoriter bijak
(otokratis paternalistik)
c.Sistem konsultatif
d.Sistem partisipatif
D.langkah-langkah Meningkatkan Kepemimpinan Kepala Madrasah
Kunci keberhasilan suatu madrasah
pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang
kepala madrasah. Keberhasilan madrasah adalah keberhasilan kepala madrasah dan
keberhasilan kepala madrasah adalah keberhasilan madrasah. Betapa perlunya
kualitas kepemimpinan kepala madrasah, maka selalu ditekankan pentingnya tiga
kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh kepala madrasah, yaitu conceptual
skills, human skills, technical skills. Di samping ketiga keterampilan dasar
yang harus dimiliki oleh kepala madrasah, bahwa seorang kepala madrasah juga
perlu memahami dan mewujudkan prinsip-prinsip, pelaksanaan atau praktik, dan
prosedur dalam, memperbaiki program pengajaran, bekerja secara efektif dengan
guru, staf dan para siswa, mengelola segala sumber daya madrasah dan
meningkatkan hubungan kerjasama antara madrasah dengan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian
kepemimpinan kepala madrasah
Istilah kepemimpinan berasal dari
kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata kerja pimpin
lahirlah kata kerja memimpin dan kata benda pemimpin. Kemudian timbullah kata
“kepemimpinan”. Adapun istilah pemimpin dalam bahasa Inggris adalah leader dan
kepemimpinan dari kata leadership.
2. Fungsi dan
peranan utama kepala sekolah
1. Fungsi Instruksi
2. Fungsi Konsultasi
3. Fungsi
Partisipasi
4. Fungsi delegasi
5. Fungsi
pengendalian
Peranan kepala sekolah
1. Sebagai pelaksana
(Executive)
2. Sebagai perencana
(Planner)
3. Sebagai seorang
ahli (Expert)
4. Mewakili kelompok
dalam tindakannya ke luar (Eksternal group representative)3
5. Mengawasi
hubungan antara anggota-anggota kelompok (Controller of internal relationship)
6. Bertindak sebagai
pemberi penghargaan dan hukuman (Purveyor of rewards and punishments)
7. Merupakan bagian
dari kelompok (Exemplar)
8. Merupakan lambang
dari pada kelompok (Symbol of the group)
9. Pemegang tanggung
jawab pada anggota kelompoknya (Surrogate for individual responsibility)
10. Bertindak
sebagai seorang ayah (Father figure)
3. Frinsp-frinsif
dasar kepemimpinan
1. Seorang yang belajar seumur
hidup
2.Berorientasi pada
pelayanan
3.Membawa energi yang positif
4. Model
kepemimpinan kepala madrasah
1. Model
Kepemimpinan Kontinum (Otokratis –Demokratis)
2. Model
KepemimpinanLikert (Likert’s Management System)
5. langkah-langkah
untuk meningkatkan kepemimpinan kepala madrasah
Keberhasilan madrasah adalah
keberhasilan kepala madrasah dan keberhasilan kepala madrasah adalah
keberhasilan madrasah. Betapa perlunya kualitas kepemimpinan kepala madrasah,
maka selalu ditekankan pentingnya tiga kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh
kepala madrasah, yaitu conceptual skills, human skills, technical skills.
B. Saran
Demikianlah hasil makalah ini,
penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
kritik dan saran sangat kami harapkan dari pembaca semuanya.
0 Response to "Pengertian, Fungsi dan Peranan, Prinsip-prinsip Dasar, Model-model Kepemimpinan Kepala Madrasah, gaya kepemimpinan kepala madrasah kepemimpinan islami kepala madrasah dan sekolah contoh makalah kepemimpinan kepala madrasah problematika kepemimpinan kepala madrasah jurnal kepemimpinan kepala madrasah makalah peran kepala madrasah kepemimpinan madrasah yang efektif fungsi kepala madrasah"
Post a Comment